Menuju konten utama

Debut Lawas Kawasaki di Motor Retro Sport W175

Setelah Honda dan Yamaha kejar-kejaran di motor retro bebek matik yang sukses di pasar, Kawasaki mencoba membuka segmen baru pasar motor retro sport level bawah. Bagaimana kansnya?

Debut Lawas Kawasaki di Motor Retro Sport W175
Jurnalis memacu sepeda motor Kawasaki W175 saat sesi test ride di Bukit Pelangi, Bogor, Jabar, Selasa (29/11/2017). ANTARA FOTO/Andika Wahyu

tirto.id - Suaranya tak menggelegar atau segahar motor-motor sport klasik yang menggendong mesin besar. Namun, tampang Kawasaki W175 bergenre retro sport cukup membentot perhatian dengan nuansa klasik yang kental.

Motor yang menggendong mesin 177 cc ini jadi debut baru PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) jelang tutup tahun 2017. Dengan penuh percaya diri, Kawasaki mengklaim besutan terbarunya sebagai entry level retro sport—produk masa kini yang mengadopsi gaya jadul.

“Produk kami ini merupakan produk segmen baru di kelasnya. Kami selalu menjadi pioner di beberapa segmen motor,” tegas Michael C.Tanadhi, Deputy Head Sales & Promotion, Marketing Division PT KMI saat peluncuran Kawasaki W175.

W175 mulai ramai menghiasi dunia maya semenjak peluncurannya medio November 2017 lalu di Kawasaki Bike Week 2017 di Pantai Karnaval Ancol. Harganya di rentang Rp29-30 juta memang masih masuk kantong pasar di segmen bawah. Ia lebih murah dibanding "kakak-kakaknya" seperti Kawasaki Estrella 250 cc yang dibanderol Rp72 juta.

“Daripada beli sc*rpio atau t*ger terus dimodif klasik mending beli ini motor,” komentar seorang netizien di sebuah forum otomotif.

Michael C.Tanadhi mengatakan retro sport Kawasaki W175 memang disiapkan bagi segmen pasar baru pasar motor sport di Indonesia. Respons pasar cukup positif, dengan klaim Kawasaki sudah 1.500 unit lebih Kawasaki W175 yang terpesan semenjak peluncuran.

“Karakter retro sport adalah konsumen yang menginginkan motor laki-laki out of the box,” kata Michael kepada Tirto.

Namun, para penggemar motor retro yang kepincut W175 harus bersabar. Penelusuran Tirto di dealer resmi Kawasaki di Bogor dan Tangerang Selatan, rata-rata konsumen harus inden 3-4 minggu. Bahkan ada dealer belum bisa memfasilitasi pembelian secara kredit, pembelian masih berdasarkan pemesanan dan secara tunai. Peminat motor ini umumnya penasaran dengan bentuk dan mesin motor bertongkrongan lawas ini.

Seorang montir Kawasaki di kawasan Ciputat mengatakan mesin W175 mengambil dari basis utama Kawasaki Eliminator lahir sejak 1985 dan muncul awal 2000-an di Indonesia, sebagai rival dari Honda Phantom yang bergaya “Harley Davidson”. Yang membedakannya karburator pada Kawasaki W175 masih konvensional dibandingkan Eliminator 175 yang sudah vakum.

Baca juga: Kembalinya Harley Davidson

Keputusan Kawasaki menyematkan sistem pengabutan dengan karburator tentu jadi tanda tanya besar. Segmen motor sport Rp25-30 juta yang ada di pasar sudah memakai teknologi injeksi yang sudah umum di pasaran. Namun, Kawasaki cukup jitu untuk beralasan, karburator memungkinkan pengguna untuk leluasa melakukan modifikasi.

Jangan melihat karburator sebagai kekurangan, tapi kita melihat untuk mudahnya dimodifikasi untuk motor ini,” kata Michael.

infografik kawasaki retro MILD

Raja Pasar Honda Belum Melirik

Keputusan masuk ke segmen paling bawah retro sport memang tak terpisahkan dari strategi bisnis Kawasaki. Pabrikan motor berlambang “K” sedang mencoba mengotak-atik pasar di segmen sport yang belakangan ini mulai dipenuhi kompetitor dan pasarnya berangsur mulai naik melewati motor bebek konvensional yang kian tergerus.

Semenjak 2011, pasar motor sport mulai tumbuh perlahan-lahan. Pemicunya karena sejumlah varian pada jenis sport dari para produsen sepeda motor digelontorkan ke pasar. Saat itu pangsa pasar motor sport baru 5 persen. Hingga 2015 pasar sport sudah mencapai 13 persen.

Dahulu, sebelum kehadiran sport naked seperti Yamaha V-Ixion, Yamaha Xabre, Suzuki Thunder, sampai Honda CB150R Streetfire dan lain-lain, Kawasaki melenggang bebas tanpa banyak pesaing. Namun, perlahan Kawasaki mendapatkan penantang terutama dari Honda yang gencar masuk ke segmen sport naked maupun fairing. Honda pun mulai masuk ke pasar motor trail dengan CRF150, pesaing baru Kawasaki KLX 150.

Apakah Honda akan membuntuti Kawasaki, menutup ruang gerak kompetitornya dengan retro sport terbaru?

Direktur Marketing PT Astra Honda Motor (AHM) Thomas Wijaya dengan tegas memastikan AHM belum melirik segmen ini. “Kalau yang dimaksud seperti itu (Kawasaki W175), kita belum ada rencana ya,” kata Direktur Marketing PT Astra Honda Motor (AHM) Thomas Wijaya kepada Tirto.

Sikap Honda yang "pasif" sebagai raja pasar motor tentu di satu sisi melegakan Kawasaki, karena bisa melenggang sendiri, sekaligus menambah panen penjualan mereka yang trennya sedang melambat beberapa tahun terakhir termasuk tahun ini.

Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan sejak April 2017 mulai terjadi perlambatan, berlanjut hingga Agustus, Kawasaki hanya menjual 6 ribu unit. Pada masa kejayaannya, Kawasaki sempat menembus penjualan bulanan hingga 16 unit per bulan pada 2014 lalu sebelum pasar sport dipadati kompetitor.

Apakah retro sport jadi pasar baru yang empuk bagi Kawasaki?

Munawar Chalil, pemerhati industri otomotif mengatakan segmen retro sport memang jadi peluang baru bagi Kawasaki dengan harga dan performa mesin yang andal, tapi karakter peminat motor ini cenderung sebagai hobi bukan untuk pengguna harian. Apalagi mayoritas anak muda lebih condong menyukai modern sport.

Ia berpendapat sampai saat ini kiblat untuk model retro sport klasik masih ke motor-motor keluaran Eropa dan bermesin besar. Pasar segmen ini umumnya usia dewasa dan sudah mapan yang cenderung menyukai retro sport klasik kelas Eropa seperti Royal Enfield, Triumph, dan lainnya. Pandangan ini tentu perlu jadi perhatian Kawasaki, yang karakternya lawas rajin melakukan terobosan pasar di segmen sport.

“Kawasaki itu selalu lemah di marketing. Kehebatan Kawasaki dalam hal marketing itu cuma berani bikin terobosan pasar,” kata Munawar kepada Tirto.

Namun, tak bisa dipungkiri pasar retro sport memang ada, persis seperti yang pernah diutarakan oleh Peter Egan, penulis pada Cycle World yang mengulas soal motor retro dalam tulisannya yang berjudul: “The Original Retro Motorcycles: A short history of the way we were, more or less”. Ia berpendapat saat seseorang membeli motor retro, motivasinya bukan pada nostalgia atau mengembalikan masa mudanya.

“Saya rasa sederhana saja, karena beberapa desain motor setiap generasi layak dipertahankan. Atau layak diinterpretasi ulang, dengan lampu motor yang masih bekerja dan rem motor yang masih bisa berhenti.”

Baca juga artikel terkait MOTOR atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Otomotif
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti