tirto.id - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dan Lembaga Keuangan Pembangunan Amerika Serikat atau United States International Development Finance Corporation (DFC) akan menjalin kerja sama untuk mendanai proyek-proyek di bidang hilirisasi mineral kritis. Kini, kedua lembaga pengelola investasi itu tengah melakukan pembicaraan lebih lanjut untuk menjajaki kerja sama ini.
"Sudah ada pembicaraan antara Danantara dengan Development Finance Corporation untuk membiayai investasi ekosistem di bidang mineral kritis," kata dia, dalam Konferensi Pers, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (24/7/2025).
Dengan kerja sama Danantara dan DFC, menurut Airlangga, membuktikan kalau Indonesia terbuka untuk menjalin kerja sama investasi dengan negara manapun dalam menggenjot hilirisasi mineral kritis, tidak terkecuali dengan Amerika Serikat. Hal ini pun semakin dibuktikan dengan kerja sama antara Dana Kekayaan Negara (Sovereign Wealth Fund/SWF) Indonesia dengan perusahaan pertamabangan asal Perancis, Eramet untuk proyek investasi hilirisasi nikel pada Mei kemarin.
"Artinya Indonesia terbuka terhadap investasi, karena investasi dari manapun itu kita terbuka, termasuk dari Amerika Serikat, dan itu juga kemarin yang diminta oleh EU, di mana EU juga mendapatkan akses melalui perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah Perancis, misalnya seperti Eramet. Itu sama dengan seperti Amerika dengan Freeportnya," jelas Airlangga.
Sementara itu, rencana kerja sama antara Danantara dengan DFC sebelumnya telah diungkapkan oleh salah seorang pejabat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Menurutnya, untuk menindaklanjuti rencana investasi ini, CEO Danantara sekaligus Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah beberapa kali bertemu dengan perwakilan DFC.
“Amerika rencanakan kerja sama dengan Danantara. Amerika tuh ada namanya DFC, di sana. Semacam lembaga keuangan kayak Danantara di kita. Kerja sama kayak apa?” ujar dia, saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (18/7/2025).
Namun demikian, ia mengaku belum bisa menjelaskan lebih lanjut kerja sama dalam bidang apa atau rencana investasi apa yang tengah dikaji oleh kedua lembaga investasi tersebut.
“Maksudnya tadi kan beberapa investasi kan sedang dibicarakan antara Danantara dengan DFC. Itu yang kita nggak tahu lagi (kelanjutan) proses. Yang proses bukan di tempat kita, Pak Rosan sendiri selaku CEO-nya Dantara sudah sering rapat dengan DFC,” imbuh dia.
Menurutnya, alasan DFC menggandeng Danantara untuk menanamkan investasi di Amerika Serikat datang dari upaya pemerintah yang sampai saat ini terus bernegosiasi dengan Gedung Putih untuk dapat memproleh tarif resiprokal yang lebih rendah, dari yang saat ini ditetapkan sebesar 19 persen. Dalam negosiasi tersebut, tim negosiator Indonesia mengatakan, selain memiliki niat yang kuat, Indonesia, utamanya Danantara punya modal besar untuk merealisasikan investasi di Amerika Serikat.
“Bahkan, ada satu perusahaan, sebutlah namanya Indorama misalkan, itu di Lousiana, dia investasi blue ammonia, 2 billion US dollar. Bahkan, sebelumnya dia membuat pabrik-pabrik kayak polypropylene dan sebagainya itu kalau nggak salah di 18 negara bagian di Amerika. Jadi, kita ceritain gitu, ke Secretary of Commerce sama USTR,” jelas sumber tersebut.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id






































