Menuju konten utama

Dampak Konflik Thailand-Kamboja di Indonesia & Asia Tenggara

Konflik Thailand-Kamboja berdampak pada stabilitas kawasan. Simak pengaruhnya terhadap Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya.

Dampak Konflik Thailand-Kamboja di Indonesia & Asia Tenggara
Asap mengepul dari atap sebuah toko swalayan yang terhubung dengan sebuah SPBU di Provinsi Sisaket setelah terkena serangan roket dari Kamboja. Facebook Chatchak Ratsamikaeo / AFP

tirto.id - Konflik perebutan wilayah antara Thailand dan Kamboja yang terjadi sejak Kamis, 24 Juli kemarin mulai membuat negara-negara tetangganya resah. Jika konflik tersebut meluas, kira-kira apa dampaknya terhadap Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara?

Aksi saling serang mewarnai perbatasan Thailand dan Kamboja sejak kemarin. Pada Mei kemarin, seorang tentara Kamboja tewas setelah baku tembak dengan tentara Thailand di kawasan perbatasan. Kemudian, pada Rabu, 23 Juli kemarin, lima tentara Thailand dilaporkan terluka akibat ranjau darat saat patroli.

Thailand menuding Kamboja bertanggung jawab penuh terhadap insiden ranjau darat tersebut. Mereka yakin jika ranjau itu baru ditanam oleh pihak Kamboja. Akibat ketegangan ini, baku tembak pun tak terhindarkan keesokan harinya.

Dampak Konflik Thailand-Kamboja di Indonesia & Asia Tenggara

Setiap ada konflik di suatu negara, tentu negara-negara tetangganya sedikit banyak juga akan terkena dampaknya. Apalagi Thailand dan Kamboja adalah dua negara yang berpengaruh terhadap ekonomi negara-negara ASEAN.

Saat ini, konflik Thailand dan Kamboja hanya terjadi di daerah perbatasan, sehingga tidak terlalu berpengaruh pada negara tetangga. Namun, jika konflik meluas, maka dampak konflik Thailand vs Kamboja yang akan dirasakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti:

1. Pasokan kebutuhan barang impor terganggu

Thailand dan Kamboja adalah dua negara yang memasok kebutuhan pokok seperti beras, kemudian alat elektronik, dan lainnya ke negara-negara tetangganya. Dengan adanya konflik dua negara ini, tentu akan terjadi hambatan pasokan barang-barang tersebut.

2. Keamanan ASEAN terancam

Negara ASEAN, khususnya yang berbatas darat langsung dengan kedua negara berkonflik, warganya akan merasa tidak aman. Sering mendengar ledakan, tembakan, dan lainnya. Suasana menjadi mencekam dan tidak kondusif.

3. Investor mulai berpaling

Dengan adanya konflik baik itu di negara sendiri, atau di negara tetangga, akan mempengaruhi pandangan investor. Mereka akan menilai negara ini tidak cukup aman untuk mereka menanam modal.

4. Sektor wisata Indonesia dan negara Asia Tenggara lain terangkat

Salah satu dampak yang menguntungkan bagi Indonesia dan negara ASEAN lainnya karena konflik Thailand dan Kamboja ini adalah kemungkinan meningkatnya pemasukan negara dari sektor pariwisata.

Thailand dan Kamboja sebagai negara destinasi wisata akan sementara dicoret dari daftar wisatawan karena konflik. Mereka yang tetap ingin berlibur ke Asia Tenggara kemungkinan akan melirik Indonesia dan negara ASEAN lainnya.

Himbauan KBRI Untuk WNI di Thailand dan Kamboja

Lewat media sosial, KBRI Thailand dan Kamboja saat ini meminta para WNI yang ada di negara-negara tersebut tetap tenang. Berikut isi himbauannya:

  1. Mencermati perkembangan kondisi keamanan dari sumber-sumber resmi dan mengikuti instruksi Pemerintah setempat.
  2. Meningkatkan kewaspadaan, tetap tenang, jangan panik, dan menghindari perjalanan ke perbatasan Thailand - Kamboja.
  3. WNI yang menetap di Thailand dan Kamboja lebih dari 6 (enam) bulan agar melakukan Lapor Diri melalui portal Peduli WNI www.peduliwni.kemlu.go.id
  4. Jika memerlukan bantuan darurat atau mengetahui adanya informasi WNI yang terdampak, hubungi hotline Konsuler KBRI Bangkok pada nomor +66 92-903-1103. Sedangkan bagi WNI di Kamboja dapat menghubungi nomor+855 12 813 282 (Hotline Perlindungan WNI) atau +855 61 844 661 (Hotline Layanan Konsuler).

Baca juga artikel terkait KAMBOJA atau tulisan lainnya dari Prihatini Wahyuningtyas

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Prihatini Wahyuningtyas
Penulis: Prihatini Wahyuningtyas
Editor: Dipna Videlia Putsanra