Menuju konten utama

Dalih Rektor Unej Berhentikan Ketua LP3M Usai Rilis Isu Radikalisme

Alasan Rektor Unej memecat Akhmad Taufiq karena dinilai melanggar sumpah jabatan untuk tidak mempublikasikan data hasil pemetaan radikalisme mahasiswa Unej kepada publik.

Dalih Rektor Unej Berhentikan Ketua LP3M Usai Rilis Isu Radikalisme
Universitas Jember. FOTO/unej.ac.id

tirto.id - Rektor Universitas Jember (Unej) Moh Hasan buka suara terkait pemberhentian Akhmad Taufiq sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember (Unej) yang memaparkan hasil pemetaan radikalisme di kalangan mahasiswa Unej.

“Yang bersangkutan (Akhmad Taufiq) dinilai melanggar sumpah jabatan dan perintah pimpinan untuk tidak mempublikasikan data hasil pemetaan radikalisme mahasiswa Unej kepada publik,” kata Hasan usai melakukan pelantikan dan serah terima jabatan Ketua LP3M Unej, di Lantai 3 Gedung Rektorat Unej, Rabu (27/11/2019).

Ia mengaku sudah menegur dosen FKIP Unej itu usai rapat pimpinan atau sehari setelah pernyataannya muncul di sejumlah media. Tujuannya untuk mengingatkan bahwa data pemetaan radikalisme merupakan rahasia yang seharusnya tidak disampaikan kepada masyarakat karena akan berdampak negatif bagi Unej dan kecemasan orang tua yang anaknya kuliah di Unej.

“Saat semuanya sudah meninggalkan ruangan rapat pimpinan, tinggal saya dengan Pak Taufiq dan satu orang lagi, kemudian saya bilang kepada Pak Taufiq bahwa yang disampaikan ke media itu ngawur dan seterusnya karena saya sudah minta data itu dirahasiakan,” kata Hasan.

Menurut Hasan, hal tersebut merupakan sumpah jabatan bahwa sesuatu yang sifatnya rahasia atau atas perintah rektorat dan perintah itu dikeluarkan tidak sembarangan karena memikirkan banyak hal dalam kelembagaan Unej. Misalnya orang tua mahasiswa dan pihak-pihak terkait.

"Unej tidak percaya 100 persen atas hasil pemetaan itu, namun data itu kami tangkap untuk pemetaan dengan melakukan langkah-langkah yang sudah dilakukan untuk mengantisipasi radikalisme di kampus," ujar Hasan.

Hasan mengatakan ada informasi yang harus dibagikan kepada masyarakat. Namun ada juga informasi dengan pertimbangan tertentu tidak disampaikan, sehingga pihak Unej harus mengelola informasi itu dengan baik dan tidak meresahkan banyak pihak.

"Saya mengambil langkah ini (memberhentikan Akhmad Taufiq) kalau dikatakan terkait ya memang terkait dengan pernyataannya menyampaikan hasil pemetaan radikalisme mahasiswa ke publik. Itu saya lakukan demi menjaga nama lembaga Unej,” kata dia.

Ia mengatakan sejak awal pihaknya sudah minta data pemetaan itu untuk tidak dipublikasikan karena instrumen dan metodenya tidak pernah diuji. Sehingga dia masih meragukan apakah data itu valid atau tidak.

"Instrumen yang dipakai untuk pemetaan belum sempat divalidasi oleh pihak yang betul-betul bisa menjamin bahwa instrumennya benar untuk mengindikasikan mahasiswa tersebut terpapar benih radikalisme karena pada saat itu kami ingin mengetahui hasilnya dengan cepat," tutur dia.

Kendati demikian, kata Hasan, pihak Unej tetap bergerak dengan "senyap" menggunakan data pemetaan itu untuk melakukan sejumlah program kerja sebagai langkah mengantisipasi radikalisme di perguruan tinggi negeri (PTN) yang berada di Kabupaten Jember.

"Kami sudah melakukan berbagai langkah dan berkonsultasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkait hal itu dan menyarankan agar dilokalisir atau dipersempit ruang gerak radikalisme," ujar Hasan.

Menurut Hasan, Unej melakukan perbaikan kurikulum pada pendidikan agama Islam (PAI), kemudian masjid di kampus diperkaya dengan berbagai program dan kajian untuk menangkal radikalisme, bahkan mahasiswa dibawa ke pesantren untuk mendapatkan pencerahan tentang Islam moderat.

"Pernyataan Ketua LP3M Unej yang memaparkan 22 persen mahasiswa Unej terpapar radikalisme sangat meresahkan orang tua mahasiswa dan berbagai pihak terkait," kata dia.

Sementara itu, Akhmad Taufiq saat dikonfirmasi mengaku legawa dengan pemberhentian dia dari jabatannya sebagai Ketua LP3M.

Ia digantikan oleh Bambang Sujanarko karena rektor memiliki kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan jabatan.

"Saya tidak bermaksud untuk menjatuhkan nama besar Unej di dalam forum yang dihadiri peserta Festival HAM tersebut, namun untuk mendorong seluruh civitas akademika dan keluarga besar Unej untuk melakukan gerakan deradikalisasi di lingkungan kampus," ujar Taufiq.

Dalam Pleno 4 Festival HAM yang mengangkat tema Strategi Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, dan Kekerasan Ekstrimisme di Dunia Pendidikan dan Media Sosial" pada 20 November 2019, Akhmad Taufiq dalam forum itu menyampaikan sebanyak 22 persen dari 15.000 lebih mahasiswa Unej terpapar radikalisme.

Baca juga artikel terkait RADIKALISME

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Abdul Aziz