tirto.id - Sri Lanka sedang mengalami krisis ekonomi terburuk pada tahun 2022 ini, setelah mengumumkan default atau gagal membayar utang luar negeri senilai 51 miliar dolar Amerika.
Kondisi terparah sejak kemerdekaan Sri Lanka pada tahun 1948 itu menyebabkan Gubernur Bank Sentral, Nandalal Weerasinghe meminta warga Sri Lanka yang sedang berada di luar negeri agar mengirimkan uang untuk membantu tambahan devisa negara, demikian seperti dilansir laman France24.
Selain itu, uang yang sedianya digunakan membayar utang negara akan dialihkan untuk mengisi ketersediaan bahan bakar, obat-obatan, makanan dan kebutuhan masyarakat lainnya.
Berbagai bahan pokok tersebut langka di Sri Lanka, sementara pemadaman listrik telah diberlakukan secara teratur dan memicu kesulitan meluas.
Gubernur Bank Sentral menyebut telah menyediakan rekening untuk pengumpulan sumbangan bagi negara Sri Lanka di Amerika, Inggris dan Jerman serta berjanji akan menggunakan uang tersebut untuk hal yang paling mendesak.
Publik Sri Lanka yang marah karena krisis ekonomi lantas menggelar protes dan menuntut pemerintah yang dipimpin Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa untuk mundur jelang negosiasi untuk dana talangan dari Dana Moneter Internasional.
Negara yang pernah terancam bangkrut
Sebelum krisis Sri Lanka, ada beberapa negara lain yang juga pernah terancam mengalami kebangkrutan karena default atau gagal membayar utang negaranya.
Berdasarkan penilaian dari Moody Investor Servive yang dilansir USA Today tahun 2015, berikut negara-negara yang tercatat pernah hampir mengalami bangkrut tersebut:
1. Argentina
Tahun 1989, The New York Times melaporkan bahwa inflasi di negara Amerika Selatan itu diperkirakan sebesar 12.000 persen pada tingkat tahunan. Untuk menurunkan inflasi, pemerintah pun mengikat mata uangnya, peso, ke dolar Amerika.
Untuk sementara, kondisi inflasi berhasil turun dan mampu menarik modal asing ke dalam negeri. Namun hal itu juga menghambat pemerintah Argentina untuk melawan apresiasi mata uang yang membuat ekspor lebih mahal dibanding negara-negara lain.
Pemerintah pun mulai memotong upah pekerja untuk menurunkan inflasi, akan tetapi pengangguran justru naik dan penerimaan pajak turun. Tahun 2001, Argentina default sebesar 100 miliar dolar AS.
Pengadilan AS lalu memutuskan pada tahun 2012 bahwa Argentina tidak dapat membayar pemegang obligasi tanpa membayar penangguhan juga, dan kembali gagal bayar utang Agustus 2014.
2. Jamaika
Jamaika pernah disebut sebagai salah satu negara kreditur terburuk. Namun negara tersebut berhasil meningkatkan peringkat menjadi positif dengan menyederhanakan pengajuan pengembalian pajaknya dan mereformasi insentif pajak serta menerapkan pajak bisnis minimum.
Dengan kebijakan tersebut, iklim bisnis di Jamaika membaik. Selain itu, investasi swasta serta kepercayaan terhadap perekonomiannya meningkat.
Namun, beban utang Jamaika masih tinggi dengan suku bunga yang juga tinggi. Utang negaranya masih di atas 140 persen dari PDB setiap tahun dari 2009 – 2014 atau tertinggi ketiga dibanding negara lain.
Tahun selanjutnya Jamaika berhasil menurunkan utang pemerintah menjadi 133 persen dari PDB, namun masih masuk tertinggi keempat di dunia.
3. Belize
Negara kecil ini berada di pusat Amerika dengan populasi hanya 360.000 orang. Belize termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terkecil di dunia dengan PDB 1,8 miliar dolar AS.
Belize banyak berutang untuk proyek infrastruktur hingga lebih dari 540 juta dolar AS. Bulan Agustus 2012, bank sentral Belize mengumumkan bahwa mereka tidak dapat melakukan pembayaran obligasi sebesar 23 juta dolar AS.
4. Venezuela
Antara September 2014 dan Januari 2015, tiga perusahaan pemeringkat kredit utama menurunkan peringkat kredit Venezuela. Penyebab utamanya adalah turunnya harga bahan bakar, karena hampir 94 persen pendapatan ekspor Venezuela adalah dari ekspor minyak. Akibatnya negara tersebut mengalami risiko gagal bayar utang negara.
Walau demikian, Presiden Bank Sentral Nelson Merentes optimistis ekonomi Venezuela akan tumbuh kembali pada tahun 2015.
5.Ukraina
Konflik Ukraina dengan Rusia atas pencaplokan Krimea terus memicu masalah keuangan negara tersebut. Sementara IMF menyetujui rencana restrukturisasi utang Ukraina pada Maret 2015, Ukraina mendapat peringkat sebagai kreditur terburuk di tahun itu.
Bank Nasional Ukraina mengumumkan pembentukan Dewan Stabilitas Keuangan yang berfungsi mengambil pendekatan yang komprehensif dan sistemik untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko yang mengancam stabilitas perbankan dan sistem keuangan negara.
Penulis: Cicik Novita
Editor: Alexander Haryanto