Menuju konten utama
GWS

Cozymaxxing: Melawan Kejamnya Dunia dari Balik Selimut

Cozymaxxing mengajarkan kita bahwa beristirahat bukan bentuk kelemahan, dan merawat diri bukan kemewahan. Merasa lelah adalah hak, bukan kegagalan.

Cozymaxxing: Melawan Kejamnya Dunia dari Balik Selimut
Ilustrasi Cozy Maxxing. foto/istockphoto

tirto.id - Dalam beberapa tahun terakhir, TikTok tidak lagi jadi sekadar media sosial tempat berjoget atau berbagi video lucu. Platform ini telah berkembang menjadi ladang subur bagi tren kesehatan dan gaya hidup, mulai dari praktik tidur siang yang terencana, pola makan anti-inflamasi, sampai kebiasaan journaling sebagai terapi mental.

Awalnya, tren-tren kesehatan di TikTok atau #HealthTok hanya dibagikan oleh para influencer yang, bisa dibilang, tidak punya kredibilitas untuk bicara soal kesehatan. Namun, belakangan, para praktisi kesehatan, bahkan jenama-jenama wellness kenamaan, pada akhirnya melihat potensi besar dari berbagi di TikTok dan mereka pun ikut melakukannya.

Pada 2025, tidak banyak tren #HealthTok baru yang beredar. Tren-tren yang masih populer di platform milik ByteDance itu kebanyakan merupakan residu dari tahun terdahulu. Sampai akhirnya, muncullah apa yang disebut cozymaxxing.

Apa Itu Cozymaxxing?

Tren cozymaxxing mulai tersebar luas di TikTok dan YouTube pada awal 2025. Tidak diketahui secara pasti siapa yang pertama kali mencetuskan istilah tersebut. Yang jelas, tagar dan istilah ini menyebar secara organik dan semakin lama semakin populer.

Cozymaxxing merupakan gabungan dari "cozy" (nyaman) dan akhiran "-maxxing" yang bisa diartikan sebagai "usaha maksimal". Ia tumbuh di tengah keinginan kolektif untuk kembali ke hal-hal yang menenangkan, familiar, dan aman.

Cozymaxxing adalah gaya hidup yang mengedepankan kenyamanan ekstrem. Aktivitasnya sederhana, tetapi memerlukan effort cukup besar untuk mewujudkannya.

Misalnya, mengenakan baju hangat dan lembut, menyelimuti diri di sofa dengan minuman hangat, menyalakan lilin beraroma, hingga menciptakan ruang yang kedap dari hiruk dunia. Pelaku cozymaxxing tidak kabur dari kewajiban; mereka hanya meluangkan waktu untuk berhenti dan bernapas dari rangkaian aktivitas yang menguras emosi dan tenaga.

Tak hanya diterapkan saat istirahat di rumah, cozymaxxing juga bisa diterapkan di tempat kerja, misalnya dengan menciptakan sudut kecil yang menenangkan seperti meja dengan diffuser, playlistambient, dan pencahayaan temaram. Dalam melakukan cozymaxxing, yang terpenting adalah bagaimana suasana sekitar mampu memberi kedamaian pikiran.

Ilustrasi Cozy Maxxing

Ilustrasi Cozy Maxxing. foto/istockphoto

Dari Estetika ke Perawatan Mental

Sepintas, cozymaxxing terlihat seperti bermalas-malasan yang dibungkus dengan istilah kekinian. Namun, jika ditelaah lebih dalam, tren ini memiliki akar kuat dalam mekanisme koping terhadap tekanan psikologis. Praktik cozymaxxing acap disebut sebagai bentuk pemulihan dari burnout, overstimulasi, bahkan kecemasan kronis.

Dengan melakukan cozymaxxing, tubuh memberikan sinyal kepada otak untuk turun dari mode survival ke mode pemulihan. Dengan menciptakan lingkungan yang tenang dan stabil—secara visual, sensorik, maupun emosional—seseorang yang merasa kewalahan dengan tekanan hidup dapat secara bertahap mengatur ulang sistem saraf mereka.

Dalam psikologi modern, cozymaxxing sejalan dengan praktik grounding dan mindful rest—dua pendekatan populer untuk menstabilkan emosi saat tubuh dan pikiran terasa terlalu lelah untuk berfungsi secara normal.

Menurut seorang psikolog klinis bernama Salina Grilli, "Cozymaxxing memberikan kesempatan untuk beristirahat tanpa harus meminta maaf. Ini adalah soal menciptakan ruang untuk kembali di saat kita merasa jenuh, lelah, dan tidak lagi punya daya. Praktik ini dapat memperbaiki regulasi emosi, mengurangi reaktivitas, dan membantu Anda menjalani hidup dengan lebih tenang."

Selain itu, studi 2024 yang diterbitkan dalam Creative Nursing menjelaskan bagaimana penderita cystic fibrosis mampu menerima kondisi mereka dengan sebuah praktik bernama hygge. Hygge merupakan konsep gaya hidup dari Denmark yang berfokus pada pencahayaan yang nyaman, tekstur yang lembut, serta rutinitas yang menenangkan, persis seperti cozymaxxing. Bedanya ada pada pendekatan. Jika hygge memilih jalur minimalis, cozymaxxing—seperti namanya—mengambil jalur maksimalis dalam mengejar kenyamanan optimal.

Tempat Berlindung Paling Aksesibel

Ada beberapa alasan mengapa cozymaxxing belakangan semakin populer. Pertama, karena penolakan terhadap glorifikasi hustle culture semakin menguat. Dalam tren seperti that girl atau clean girl aesthetic, keberhasilan didefinisikan oleh keteraturan, rutinitas pagi yang sempurna, tubuh ramping, dan timeline yang terukur. Cozymaxxing menolak semua itu. Bukan karena kemalasan, tapi karena kesadaran bahwa manusia tak diciptakan untuk berfungsi seperti mesin.

Alih-alih bangun jam 5 pagi dan minum green smoothie, cozymaxxer memilih untuk bangun perlahan, menyeduh teh chamomile, mengenakan piyama yang nyaman, dan membaca buku favorit di bawah cahaya lampu kuning temaram. Di sini, keberhasilan tidak diukur dari to-do list, tapi dari seberapa utuh tubuh dan pikiran bisa beristirahat.

Yang kedua, karena kasus burnout semakin sering ditemukan dalam manusia modern. Psikiater Ken Fierheller, kepada Healthline, mengatakan, "Orang-orang semakin sering merasakan burnout dan mereka berupaya mencari 'kantong-kantong kecil kedamaian' di dalam hidup mereka. Ada banyak sekali stresor (pemicu stres) di dunia saat ini, dan menemukan momen-momen kecil di mana kita merasa aman dan nyaman adalah cara yang mujarab untuk rileks."

Ilustrasi Cozy Maxxing

Ilustrasi Cozy Maxxing. foto/istockphoto

Alasan terakhir adalah perubahan pascapandemi. Pandemi Covid-19 memang mengerikan dan memakan banyak sekali korban jiwa. Namun, dari peristiwa tersebut, manusia belajar banyak soal cara memandang hidup, termasuk bagaimana caranya meraih kembali kekuatan yang sebelumnya sulit sekali digenggam.

"Tekanan ekonomi, kecemasan akan bencana iklim, dan instabilitas politik memantik keinginan dalam diri orang-orang untuk meraih kekuatan dan kontrol. Dan kita bisa mendapatkan itu semua dengan cara yang mudah, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dan familiar," jelas Dr. Ritz Suk Birah, dilansir Upworthy.

Tren cozymaxxing tidak lahir dari ruang hampa. Ia muncul sebagai reaksi atas kondisi sosial dan psikologis yang menekan. Generasi yang dibesarkan di tengah krisis ekonomi, pandemi, ketidakpastian iklim, dan budaya kerja yang menuntut mulai mempertanyakan nilai dari kecepatan dan keberhasilan semu. Cozymaxxing adalah jawaban personal, sekaligus politis, terhadap dunia yang terlalu banyak meminta, tapi jarang memberi.

Dalam praktiknya, cozymaxxing menawarkan bentuk ruang aman yang bisa diciptakan tanpa syarat. Ia mengajarkan kita bahwa beristirahat bukan bentuk kelemahan, bahwa merawat diri bukan kemewahan, dan bahwa merasa lelah adalah hak, bukan kegagalan.

Mungkin, cozymaxxing bukanlah solusi permanen. Ia tidak menyelesaikan persoalan struktural, tidak mengubah dunia kerja yang eksploitatif, atau menyembuhkan trauma kolektif. Namun, praktik ini merepresentasikan sesuatu yang sangat manusiawi: kebutuhan untuk berhenti sejenak, bernapas, dan merasa aman.

Di era yang penuh tuntutan untuk menjadi lebih baik, bisa jadi bentuk revolusi paling berani justru adalah ketika kita bisa berlaku lebih lembut, terutama pada diri kita sendiri.

Baca juga artikel terkait TIPS TIKTOK atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - GWS
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Irfan Teguh Pribadi