tirto.id - Puisi tentang Hardiknas bisa digunakan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional 2024. Berikut ini contoh puisi tema Hari Pendidikan Nasional tentang pendidikan, sekolah, dan guru yang bermakna dan menyentuh.
Hardiknas tahun ini dirayakan pada 2 Mei 2024. Hardiknas adalah momen penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengenang dan menghargai peran pendidikan dalam membangun bangsa.
Tema Hardiknas 2024 adalah “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar,” yang menekankan kolaborasi dan kerja sama dalam melanjutkan visi Merdeka Belajar. Logo resmi Hardiknas 2024 masih menggunakan simbol Bintang Pendidikan, yang mencerminkan semangat untuk terus berkembang dan berinovasi dalam dunia pendidikan.
Surat Edaran Mendikbudristek Nomor 11911/MPK.A/TU.02.03/2024 telah diterbitkan sebagai pedoman untuk peringatan Hardiknas 2024. Selain upacara bendera, semua pihak didorong untuk mengadakan beragam aktivitas yang memeriahkan peringatan ini, menunjukkan semangat gotong royong dalam pendidikan di Indonesia.
Kumpulan Puisi Tema Hari Pendidikan Nasional
Untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional biasanya sekolah mengadakan berbagai kegiatan bermanfaat. Salah satunya membaca puisi Hari Pendidikan Nasional.
Berikut ini kumpulan contoh puisi tema Hari Pendidikan Nasional singkat, tetapi sarat akan makna, sebagaimana dikutip dari buku Puisi Pendidikan (2017) karya Rabiah, dkk dan PIJAR: Antologi Puisi Pendidikan (2020) karya Benny D Setianto, et.al serta sumber lainnya.
1. Pena
Karya: Ade Lanuardi Abdan Syakuro
Pena...
Kuikat ilmu dengannya...
Kutulis kisah sejarah bersamanya...
Pena...
Kugapai cita-cita dengannya
Tak lupa teriring doa dan usaha
Sebagai wujud penghambaanku pada sang Pencipta
Pena...
Bersamanya, kutulis cerita cinta berbau surga
Agar manusia tak terjebak pada dunia yang fana
Tak jelas asalnya, tak jelas pula hasilnya
Pena....
Simbol peradaban dari zaman purba ke zaman aksara
Di mana manusia tak lagi menghambakan diri pada mitos yang tak jelas asalnya
Pena...
Dengannya, hidup manusia menjadi mulia
Lantaran mencari ilmu untuk kesejahteraan dunia
2. Pahlawan yang Terlupakan
Karya: Ahmad Muslim Mabrur Umar
Cermatilah sajak sederhana ini, kawan
Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula
Sosok yang terkadang terlupakan
Sosok yang sering tak dianggap
Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan
Terka-lah kiranya siapa pahlawan ini
Ingatlah lagi kiranya apa jasanya
la tak paham genggam senjata api
la tak bertarung di medan perang
Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya
Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya
Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya
Bukan ia yang diharap menang
Namun suksesmu dan suksesmulah menangnya
Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini
Karenanyalah kudapat tulis sajak ini
Karenanyalah kau dapat baca sajak ini
Juluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa
Mungkin telah teringat olehmu kawan
Mungkin telah kau terka jawabnya
Ialah pahlawan dan orang tua kedua
lalah guru, sang pahlawan yang terlupakan
3. Buku
Karya: Ari Maulana
Buku adalah jendela dunia...
Membaca membuat kita pintar
Memahaminya membuat kita sadar
Bahwa bumi tidaklah hanya alam sekitar
Banyak pemahaman di dalamnya
Banyak pengetahuan isinya
Melalui buku kita tahu segalanya
Melalui buku kita bisa menjelajah angkasa
Buku...
Banyak sekali jasamu
Isi perut Bumi pun bisa ku tahu
Hanya dengan membaca dan memahami mu
Tak pernah ku selami lautan luas
Tak pernah ku jelajah
Kutub Utara
Namun melalui buku aku bisa tahu
4. Guruku Pahlawanku
Karya: Pieter Wattimury
Jika Matahari tidak ada
Jika Matahari tidak bersinar lagi
Maka gelaplah dunia ini
Tak ada setitik pun cahaya menyinarinya
Tidak ada kehangatan yang terpancar
Guru...
Engkau seperti matahari
Bersinar dan memberi cahaya pendidikan
Dengan ketulusan engkau mendidik
Engkau mengajar dan membagi ilmu
Terimakasih atas segala jasamu
Engkaulah pahlawan bagiku
5. Hadiah dari Sang Guru
Karya: Rina Meya Zerlina
Pagi ini sang surya menampakkan dirinya
Dengan sombongnya seakan mempesona
Indahnya alam ketika langit mulai berwarna
Duduk di pojok aku menatap layar
Seakan menunggu kabar
Tunggu, memang benar menunggu kabar
Bukan dari yang bikin onar
Melainkan dari sang pengajar
Entah berapa banyak butir-butir itu berakhir
Nyatanya di tengah pandemi mereka terus mengalir
Tak sampai kami semua mangkir
Bergerak maju kami tanpa getir
Demi berlari memeluk masa depan tanpa terkilir
6. Pahlawan Pendidikanku
Karya: Roberta Nurlita
Dahulu ku tak tahu menahu tentang arti dunia ini
Aku tak tahu apa itu garis ataupun kata
Dulu sangatlah hampa tak ada coretan di kertas
Aku tak tahu harus diisi apa si kertas itu
Dulu hanya ada bermain sampai sang surya mulai terbenam
Tapi kini dunia sudah diselimuti warna-warni
Tentunya warna yang begitu indahnya sampai mata ini terkesan saat melihatnya
Tentang si kertas yang penuh akan garis dan coretan
Tentang warna yang harus kulukis di atas kertas
Juga tentang kata yang perlahan mulai ku baca
Terimakasih pada pahlawan kuucapkan
Untuk semua pahlawan pendidikan di Negeri ini
Pendidikanlah yang membuatku mengenal anganku
Anganku di mana kata pahlawan itu harus kugapai sampai ke langit
Kaulah pelita kehidupanku
Yang senantiasa menerangi diriku untuk menggapainya
Untuk menjalani hidupku menjadi lebih bermakna
Terimakasih sekali lagi kuucapkan atas pengabdianmu
Akan kubuktikan dengan menjadi penerusmu
Negri ini harus dipenuhi oleh orang-orang sepertimu
Supaya tak ada lagi anak bersedih tak bisa membaca
Supaya Negri ini tak lagi menangis akan sepinya penerusnya
Kelak kau akan bangga para pahlawanku
Atas jasa-jasamu menciptakan banyak pahlawan baru untuk Negeri ini
7. Buku
Karya: Susiska Arum
Kau tempatku menabur ilmu...
kau jendela di hidupku....
kau tempatku goreskan jutaan pena...
namun, terkadang orang mengabaikannya...
kau tertumpuk deraian debu...
Buku...
kau tempatku berbagi rasa...
meski engkau hanya diam membisu.
lembaran demi lembaran yang terisi
Tertancap keindahan ilmu menawan...
terselip kata demi kata...
yang mengisi hari-harimu...
Buku...
kau tempatku goreskan pena...
goresan pena kini tertancap di badan
jutaan kata kini terlukis di badanmu..
Kau tempatku lukiskan keindahan...
kau tempatku berbagi kesakitan
Buku...
kau yang mengajariku arti kehidupan...
tiada pantas hidup ini kulewati
tanpa engkau di sisiku...
Kau guru yang hanya bisa diam membisu
namun, kau memberikan jutaan ilmu yang tersimpan di setiap lembaran...
8. Apa Kabar Pendidikan Negeriku
Karya: Dian Hartati
Sampai kini saya tidak tahu
Apakah titel sarjana nan dibangga-banggakan ayahku dulu
Dapat menyambung lambungku, istriku dan anak-anakku
Tujuh Belas tahun sudah segudang uang di lumbung keringat ayah-ibuku
Kuhabiskan di meja pendidikan
Namun saya tetap tidak mampu memberi anak-anakku sesuap makan
Tujuh belas tahun sudah kuhabiskan waktuku di ruang gerah sekolah dan kuliah
Namun tidak memberiku otak brilian dan keterampilan nan sepadan
Aku hanya terampil menyontek garapan temanku
Aku hanya terampil membajak dan menjiplak karya negeri orang
Aku terampil mencuri ide-ide bukannya mencipta
Apa kabar pendidikan negeriku
Adakah kini kau sudah berbenah
Sehingga anak cucuku akan bisa merasai sekolah nan indah
Dan masa depan nan cerah?
9. Pesan dari Guru
Dengan tertatih-tatih
ku kayuh sepeda tua itu
dengan nafas terengah-engah
ku sandarkan di pagar tua
Anakku, aku datang
tak bawa mobil mewah
tak bawa rupiah
Tapi aku punya cinta
cintaku begitu besar
lebih dari sepeda tua itu
‘tahukah kau
aku sangat menyayangimu
Ini daerah terpencil
tapi jangan kau berpikiran kerdil
Bangkitlah
Berjuanglah ..
Kau harus bisa taklukkan
gedung-gedung pencakar langit itu
hancurkan kebodohanmu
Bangkit dari tidurmu
raih mimpi
gapai prestasi
‘Aku hanya orang tua
yang tak berarti apa-apa
‘api aku punya cinta
Cinta untukmu begitu besar
lebih dari sepeda tua itu
10. Jangan Malas Membaca
Sesobek kertas sudah diberikan
seuntai tulisan pula berada di dalamnya
duhat anak yang malang
mengapa engkau diam saja?
Mengapa kertas itu cuma kau simpan?
sungguh tidak sedikit angan-angan terpendam
ilmu maha luas sudah tertuliskan
tapi sayang kau enggan membaca
Dunia demikian luas ilmu pula demikian terbentang
sungguh dunia sudah bicara,
kau mau tahu isiku?
kau mau mengerti apa menyangkut dunia ini?
Malang beribu matang kau enggan membaca
duhai anak yang malang
bangkittah kini
pengetahuan luas sudah menantimu
lawantah jiwa kotormu itu
tuk mencapai impianmu
11. Pahlawan Pendidikan
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
yang dulu hanya jadi mimpi
kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
itu karena kau yang mengajarkan
tentang mana warna yang indah
tentang garis yang harus dilukis
juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
untuk semua pejuang pendidikan
dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
hanya ucapan terakhir dari mulutku
di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu wahai pejuang pendidikan Indonesia
12. Aku Rela Dididik
Karya: David Aribowo
Aku rela kau tegur demi kesabaranmu
Aku rela belajar giat karena nasehatmu
Aku rela dididik karena saranmu
Aku tidak rela untuk mencontek karena janjimu
Kau rela mendidikku untuk merubah hidupku
Kau rela membimbingku meskipun aku bandel
Kau rela menyayangiku meskipun aku letih
Kau rela memberi jasa untuk beragam masa depan muridmu
13. Kukenang Pengabdianmu
Karya: Viola Ghea Meininda
Bersyukur kumemilikimu
Tanpamu... Bagaimana jadinya hidupku?
Takkan ada masa depan cemerlang
Takkan jadi gemerlap bagai bintang
Berkat engkau wahai guruku
Dunia menjadi ceria
Penuh makna dan cerita
Layaknya kehadiran pelangi sehabis hujan
Ilmu darimu selalu kunantikan
Hadirnya pendidikan dalam hidup
Memberi warna yang awalnya redup
Memberi semangat anak bangsa
Dalam menggapai harap dan cita
Tak terhitung pengabdianmu, wahai guruku
Pengabdian yang kau beri....
Bagi seluruh anak didikmu
Bagi kehidupan nusa dan bangsa
Dan bagi kemajuan para penerus bangsa negara
Bagaimana mungkin dapat kulupakan....
Jasamu dalam hidupku... wahai guruku
Engkau mengajari kumelihat warna yang indah
14. Guruku
Karya: Irfan Putra Hura
Guru, sebuah nama yang sederhana
Namun dapat melahirkan pemimpin bangsa
Sebuah nama yang mudah diucapkan
Namun susah untuk dilupakan
Pagimu adalah pagiku
Ilmumu adalah ilmuku
Teguranmu mendidikku
Hingga aku tahu apa siapa diriku
Engkau laksana lampu di dalam kegelapan
Yang menerangi dalam kegelapanku
Engkau bagaikan angin
Yang selamanya berbisik tentang kebaikan
Namamu selamanya akan bergelora
Tanpa harus diingatkan ku pasti mengingatnya
Jasa yang kau tanamkan, sudah bertumbuh
Guruku, terimakasih untuk semuanya
15. Untukmu Pahlawan Pendidikan
Karya: Ryo Sandega
Engkau telah mengajarkan sebuah prinsip
Negara hanyalah sebatas geografis
Namun waktu tuk belajar tak akan pernah habis
Untukmu pahlawan pendidikan
Engkau telah memberikan sebuah pesan
Ijazah tak akan mengakhiri sebuah pembelajaran
Untukmu pahlawan pendidikan
Engkau telah melatih sebuah kepekaan
Untuk selalu lapar akan pengetahuan
Rawe-rawe rantas malang-malang putung
Kita bikin indonesia jadi bangsa yang agung
Terimakasih untukmu, pahlawan pendidikan
16. Pahlawan Tanpa Lencana
Karya: Pieter Reiki Santeso
Kau tiba lebih awal dari yang lain
Kau tinggal lebih lama dari yang lain
Kau menunjukkan kami yang benar dan yang salah
Apa yang harus dilakukan dan apa yang jangan
Tak terkira tenaga dan waktu yang kau korbankan
Demi masa depan bangsa yang lebih baik
Kau yang tuntun kita semua
Perlahan menuju ke puncak
Memastikan kita tiba di tujuan kita
Apa yang kita lakukan untuk pantas menerima semua jasamu
Terima kasih yang tidak akan pernah cukup
Oh, guru-guruku
Penulis: Sulthoni
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Ibnu Azis