tirto.id - Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf kompleks yang berdampak pada kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol diri.
Penyakit ini biasanya didiagnosis pada masa anak-anak dan berlangsung hingga anak tumbuh dewasa.
CDC melaporkan pada tahun 2016 di Amerika Serikat sekitar 6,1 juta anak-anak usia 2-17 tahun telah mendapatkan diagnosis ADHD.
ADHD biasanya terjadi pada anak yang ditandai dengan pola perilaku impulsif, hiperaktif, sulit untuk fokus, sulit konsentrasi, dan sulit mengatur emosi.
Ciri-ciri ADHD pada Anak
Anak-anak dengan gejala ADHD biasanya mengalami kesulitan fokus dan berperilaku di sekolah, rumah maupun saat berinteraksi dengan teman.
Dilansir dari Kids Health, anak-anak dengan ADHD sering kali melakukan sesuatu tanpa berpikir, melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan, kesulitan menunggu, bergiliran, atau berbagi, dan kehilangan kesabaran atau kurang kontrol diri.
Anak-anak dengan ADHD kerap berperilaku seperti tidak mendengarkan, kesulitan memperhatikan, dan tidak mengikuti petunjuk dengan baik.
Laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) beberapa tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penderita ADHD diantaranya:
- Banyak melamun
- Melupakan atau kehilangan banyak hal
- Gelisah
- Terlalu banyak bicara
- Membuat kesalahan ceroboh atau mengambil risiko yang tidak perlu
- Sulit menahan godaan
- Kesulitan mengambil giliran
- Mengalami kesulitan bergaul dengan orang lain
Penyebab ADHD
Penyebab dan faktor risiko ADHD belum diketahui, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa genetika juga berperan penting.
Meski begitu, beberapa faktor berikut sedang dipelajari kemungkinan menjadi penyebab dan faktor resiko ADHD, diantaranya:
- Kerusakan otak
- Paparan risiko lingkungan (misalnya timbal) selama kehamilan atau pada usia muda
- Penggunaan alkohol dan tembakau selama kehamilan
- Pengiriman prematur
- Berat lahir rendah
WebMD menulis, penyebab anak mengalami ADHD adalah karena adanya faktor keturunan.
Jika orang tua menderita ADHD, anak memiliki kemungkinan lebih dari 50 persen untuk memilikinya. Jika saudaranya juga memilikinya, anak memiliki peluang lebih dari 30 persen.
Cara Pencegahan ADHD
Dilansir laman MayoClinic, untuk membantu mengurangi risiko anak terkena ADHD, berikut beberapa tips:
- Selama hamil, hindari segala sesuatu yang dapat membahayakan perkembangan janin. Misalnya, jangan minum alkohol, menggunakan narkoba, atau merokok.
- Lindungi anak Anda dari paparan polutan dan racun, termasuk asap rokok dan cat timbal.
- Batasi waktu layar. Meski masih belum terbukti, mungkin bijaksana bagi anak-anak untuk menghindari paparan TV dan video game yang berlebihan dalam lima tahun pertama kehidupan.
Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Dhita Koesno