tirto.id - “Saya menyesal, karena tidak percaya pada ucapan orang-orang bahwa Prabowo itu sangat otoriter, penculik sadis, Orde Baru Jilid Dua,” tulis Jon Riah Ukur membuka tulisannya dalam satu postingan pertengahan Juli lalu.
“Era Prabowo jauh lebih sadis ketimbang Orde Baru. Masa ormas dibubarkan dengan sangat sewenang-wenang dan media sosial katanya mau diblokir semua? Sungguh era Prabowo adalah rezim paling otoriter sepanjang masa!” ia melanjutkan.
Dari Medan, Sumatera Utara, sebagaimana lokasi tulisan itu diklaim dibuat, Jon Riah Ukur, pemilik nama beken Jonru Ginting, mengunggah tulisan dalam Fanpage Facebook miliknya, berjudul “Saya Menyesal Memilih Prabowo.”
Tulisan itu mendapat 44 ribu likers dan dibagikan 11.964 kali dengan merebut 9.000 komentar warganet.
Jonru, dalam tulisan itu, sebenarnya bukanlah mengkritik Prabowo Subianto, calon presiden yang pernah ia dukung dan dua kali gagal dalam pemilihan presiden. Namun, tulisan itu ditujukan kepada Presiden Joko Widodo karena telah memblokir Telegram, sebuah layanan pesan instan terenkripsi buatan pengusaha Rusia Pavel Durov, yang ikut berdampak pada saluranmiliknya.
Pada 14 Juli lalu memang Kementerian Komunikasi dan Informatika sempat memblokir Telegram karena dinilai mengandung konten ilegal dengan menganjurkan perbuatan teror seperti membuat bom. Sikap sepihak kementerian itu mendapat tanggapan dari pelbagai kalangan, tak terkecuali oleh Jonru, orang yang rajin mengkritik presiden Joko Widodo sejak pemilihan presiden 2014.
Bukan hanya pemblokiran aplikasi Telegram, dalam tulisan tersebut, Jonru mengkritisi langkah pemerintah membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia, menuduh bahwa “aroma PKI semakin terasa … dan masih banyak kejadian sadis lainnya.”
Baca juga:
Kader HTI di Bawah Bayang-Bayang Pengawasan
Postingan Jonru memang kerap mengaduk-aduk emosi bagi lawan politiknya. Namun, meski diserang balik di media sosial dan tak jarang pula memuat fitnah terhadapnya, Jonru tetaplah Jonru; ia sukses meraup likers di akun Fanpage Facebooknya (hingga kini nyaris 1,5 juta).
Jonru memang mengumumkan diri pada Pemilihan Presiden 2014 sebagai pendukung pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Karena dukungan itu pula, pada 2014 Fanpage Facebook Jonru disukai 100 ribu akun.
“Kenapa belakangan ini saya banyak menulis tentang politik, khususnya pilpres? Tak lain dan tak bukan karena lagi tren. Besok ketika pilpres sudah berlalu dan orang-orang sudah melupakannya, saya pun akan berhenti bicara politik. Dan ketika ada momen politik lagi, saya akan kembali membicarakan politik,” tulis Jonru, 11 Juli 2014.
Menyerang Ahok dan Jokowi
Jonru Ginting menggenapkan janjinya. Ia makin getol menggunjingkan isu politik, terutama terhadap orang yang duduk di Balai Kota Jakarta dan orang yang duduk di Istana Presiden. Timbunan postingannya soal Jokowi, Ahok, Prabowo, 'Umat Islam' dan sejenisnya telah menutupi predikatnya sebagai blogger sehat yang pernah diraihnya pada 2010.
Baca juga:Kiprah Jonru, dari Blogger Sehat Menjadi Penyebar Hoaks
Dua tahun sebelum panggung Pilkada DKI Jakarta 2017 mengoyak ikatan saudara dan kian mempolarisasi sentimen politik, Jonru sudah mengkritik Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.
Dalam satu postingan pada 9 Maret 2015, Jonru mengomentari Ahok karena sering melontarkan ucapan-ucapan kasar.
“Ahok berteriak “PDAM bajingan” dan berbagai macam makian lain, para pemujanya tetap setia membela. Tapi ketika ada makian “Ahok anjing” satu kali saja, pelakunya langsung di-bully habis-habisan oleh pemuja Ahok,” tulis Jonru.
Komentar yang kadang kritis dan kadang benci kepada Ahok terus berlanjut. Pada 2016, misalnya, Jonru mengunggah berita yang ditulis kompas.com mengenai pernyataan Ahok soal bir. Ia mengaitkan pernyataan Ahok dengan isu keterlibatannya dalam kasus pembelian tanah Rumah Sakit Sumber Waras: "DICARI: Seorang pria yang dulu berkata bir tidak berbahaya."
"Di mana ya sekarang orangnya? Apa masih sibuk mengurus Sumber Waras dan Podomoro?" tulis Jonru pada 9 Mei 2016. Kritik itu kemudian dibalas beragam tanggapan dari warganet yang menyerang balik Jonru oleh para pendukung Ahok.
Jonru juga lihai menerapkan peribahasa 'sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampau. Postingan berjudul "Ahok yang Bikin Ulah, Eh... Justru Jokowi yang Repot," pada 1 November 2016, ia menyerang Ahok sambil menyeret Jokowi dengan mengaitkan kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Ahok yang bikin “repot” Jokowi.
Jokowi, seperti ditulis Jonru, harus "mendatangi Prabowo ke Hambalang, mengadakan pertemuan dengan Pemred media massa, menyiapkan pasukan keamanan, mengundang MUI, NU, dan Muhammadiyah, dan beberapa aksi lainnya."
"DUH, REPOT AMAT PAK!!!" tulis Jonru, sembari menyematkan foto kedua politikus itu dikerubungi para wartawan demi menambah unsur dramatisasi.
Mendukung Anies-Sandiaga
Apa yang dilakukan Jonru mengkritik Jokowi dan Ahok pun tergambar dari sikap politiknya pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
Dalam postingannya pada 23 September 2016, berjudul "Mendukung Anies Baswedan Sungguhlah Berat!", Jonru berbagi alasannya mendukung kandidat yang diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera tersebut.
"Duh, rasanya sungguhlah berat jika saya harus mendukung Anies Baswedan," tulis Jonru. "Untungnya, tiba-tiba saya ingat sesuatu: Ketika masih menjabat sebagai menteri, prestasi beliau sungguh luar biasa. Pak Anies Baswedan sempat membuat kebijakan menghapus MOS, dan beberapa kebijakan lain yang positif dan mendapat pujian khalayak ramai.
Lalu tiba-tiba beliau dipecat oleh Jokowi. Sebuah tindakan yang saat itu sangat disayangkan oleh banyak pihak, termasuk oleh para pendukung Jokowi sendiri.
"Anies Baswedan sudah berubah." Itulah kesan yang saya tangkap dari rangkaian cerita di atas. Dan saya berharap semoga itu benar,” tulis Jonru.
“Mungkin beliau telah menyesal karena dulu jadi timses Jokowi,” tulis Jonru, lagi.
Pada unggahan lain bertanggal 28 September 2016, Jonru makin bulat mendukung pasangan yang memenangkan konsetasi Pilkada Jakarta itu karena didukung oleh para “ulama” seperti Bachtiar Nasir, Al Khaththath, dan Zaitun Rasmin, dengan menyelipkan foto mereka bersanding dengan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Baca juga:
Investigasi Allan Nairn: Ahok Hanyalah Dalih untuk Makar
Aksi 313, Sepak Terjang Al Khaththath Sebelum Ditangkap
Jonru juga mengklaim alasan mendukung Anies-Sandiaga karena kedua politisi ini didukung oleh dua partai yang setia mengawal Koalisi Merah Putih (KMP), sebuah koalisi di parlemen untuk partai-partai pendukung Prabowo dalam Pilpres 2014.
“Pasangan mana pun yang Anda pilih, apakah Anies-Uno atau Agus-Sylviana, tugas utama kita adalah mengusir pemimpin zalim dari DKI Jakarta,” tulis Jonru.
Seiring kemenangan Anies-Sandiaga, dan pemberitaan (elite) politik apa pun yang terus mengisi halaman muka layar gawai Anda—dari pemblokiran, pengusutan polisi atas tertuduh makar, pembubaran HTI, hingga aksi-aksi "bela Islam" dan persekusi atas kaum muslim Rohingya—Jonru selalu ada buat Anda.
Kini, akibat tulisan di media sosial, Jonru ditetapkan tersangka karena ujaran kebencian. Sebelum ia akhirnya ditahan pada Sabtu, 30 September lalu, Jonru menulis mengenai film Pengkhianatan G30S PKI. Ia setuju dengan usulan Presiden Jokowi buat membuat ulang film itu dalam versi terbaru.
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam