Menuju konten utama

Jonru Ginting: Dari Blogger Sehat Menjadi Penyebar Hoaks

Ketika masa keemasan BlackBerry, Jonru jadi panutan penebar konten sehat. Pada era Android, Jonru menjual sentimen politik.

Jonru Ginting: Dari Blogger Sehat Menjadi Penyebar Hoaks
Ilustrasi dampak hoax. tirto.id/Gery

tirto.id - 21 Januari 2010 adalah hari bahagia bagi Jonru Ginting. Ia terpilih menjadi salah satu dari empat nominee Internet Sehat Blog Award 2009, sebuah penghargaan yang digelar oleh ICT Watch, organisasi nirlaba berfokus pada isu komunikasi dan teknologi di Indonesia, bagi para blogger yang memproduksi konten positif.

Pada malam anugerah itu Jonru tampil formal, mengenakan celana kain hitam dan atasan batik cokelat, dengan rambut yang saat itu masih hitam disisir samping. Tiga nominee lain berpenampilan kasual, hanya mengenakan kaos dan celana jins.

Jonru menyabet anugerah Super Blog ketika namanya lewat blog jonru.net (kini jonru.com) diumumkan sebagai pemenang utama. Ia pun mendapatkan hadiah sebuah BlackBerry Gemini.

“Sekarang bisa jawab pertanyaan orang-orang, ‘Berapa pinnya, Pak?’” ujar Jonru tertawa usai menerima hadiah. Nominee lain pun ikut terkekeh.

Kemenangan Jonru diperoleh berkat konten blognya yang dinilai panitia menyebarkan semangat positif penggunaan internet.

Blog Jonru saat itu memang berisi lebih banyak kiat dan motivasi menulis. Pada April 2009, misalnya, Jonru mengunggah tulisan “[Kiat Sukses] The Power of KONSISTEN.” Ia bercerita tentang pengalamannya sebagai penulis pemula dan bergabung dengan pers kampus pada 1990-an.

“Saat itu, saya terus terang merasa sangat minder terhadap para penulis yang sudah sangat produktif dan nama mereka sering menghiasi halaman cerpen majalah-majalah ternama,” tulis Jonru.

Penyandang Nama 'Hati yang Gembira'

Jonru terlahir dari keluarga Kristen dengan nama lengkap Belnatal Jon Riah Ukur Ginting. Belnatal konon diambil dari nama seorang suster yang membantu kelahirannya saat itu. Sedangkan “Riah Ukur” dalam bahasa Karo berarti “Hati yang Gembira.”

Namun, nama itu diubah oleh orangtuanya saat ia berumur lima tahun menjadi Jon Riah Ukur Ginting. Nama Belnatal dihilangkan lantaran saat itu keluarga Jonru pindah menjadi pemeluk Islam.

“Ayah memutuskan untuk memeluk Islam ketika usianya sekitar 43 tahun. Beliau mengajak kami sekeluarga pindah agama. Saat itu usia saya baru 5 tahun,” tulis Jonru dalam blognya.

Ia mulai mengenalkan diri dengan nama Jonru setelah lulus kuliah dari studi akuntansi di Universitas Diponegoro pada 1998. Nama itu kini membawanya terkenal sebagai penulis dan aktivis pembela Islam.

Di media sosial kata “Jonru” menjadi populer karena sering dipakai sebagai kata ganti “fitnah”. Penggunaan dalam kalimat contohnya, “men-jonru lebih kejam daripada membunuh”. Belakangan olok-olok macam itu digunakan dengan baik oleh si empunya nama untuk membangun popularitas. Ia bahkan memberi tagline blognya dengan 'Mari #Menjonru' (MENtioning and JOiNing the tRUth).

Metamorfosis Jonru

Jonru memulai karier sebagai penulis sejak kuliah. Ia menulis cerpen untuk majalah. Misalnya, ia pernah memenangi Lomba Cipta Cerpen Anita Cemerlang tahun 1994.

Usai kuliah, ia bekerja sebagai editor konten sebuah perusahaan penyedia internet selama tujuh tahun, dari 2000 hingga 2007. Di tengah kesibukan kerja kantoran, Jonru aktif menulis di blog.

Jonru mendirikan PenulisLepas.com, BelajarMenulis.com, dan Ajangkita.com sebagai tempat belajar menulis bagi warganet. Ia membuka jasa kursus menulis via internet bernama SekolahMenulisOnline.com dan mendirikan penerbitan buku dengan nama DapurBuku.com.

Pada 2007, ia memutuskan untuk total menjadi seorang blogger dan entrepreneur. Ia pernah mencoba pelbagai macam bisnis, dari jualan buku hingga bisnis multi level marketing. Namun, yang konsisten dijalaninya adalah sebagai penulis.

Jonru kini sudah menerbitkan dua novel, satu kumpulan cerpen, dan tiga buku motivasi. Selebihnya ia menjadi editor buku dan mentor dalam pelatihan menulis. Salah satu novelnya yang berjudul Cinta Tak Terlerai diterbitkan Mizan pada 2005. Ia mengaku menulis novel itu terinspirasi oleh dua pengarang favoritnya, Seno Gumira Ajidarma dan Ayu Utami.

“Terus terang, gaya penulisan novel saya ini banyak dipengaruhi oleh Saman karya Ayu Utami,” tulis Jonru.

Seiring perkembangan media sosial, terutama dari 2013, Jonru melihat peluang untuk mengembangkan sayap di ranah online. Jonru lebih banyak berkicau di akun Twitternya (lewat @ayomenjonru dengan 97 ribu pengikut) dan membangun fanpage di Facebook (kini hampir 1,5 juta likers).

Dan sejak itu, metamorfosis Jonru pun terlihat.

Jonru, misalnya, acap mengkritik Presiden Joko Widodo. Pada 3 April 2015, Jonru mengunggah tulisan berjudul “5 Alasan Jokowi Tidak Layak Jadi Presiden” di beranda Facebooknya.

Alasan pertama, tulis Jonru, Jokowi saat debat masih menggunakan contekan; kedua, menyebut Jokowi tukang bohong.

“Bahkan umroh singkat dan jilbab istrinya pun dipakai sebagai kamuflase untuk membohongi umat Islam,” tulis Jonru.

Alasan ketiga, Jokowi memiliki ideologi yang berbahaya. Ia tidak secara langsung menyebut Jokowi memiliki ideologi komunis, tetapi menurut Jonru, faktanya menunjukkan orang-orang PKI berani menampakkan diri sejak Jokowi menjadi presiden. Jonru menulis:

Yang jelas, sejak Jokowi berkuasa:

- Aliran sesat Syiah makin merajalela. Mereka makin berani.

- Orang2 PKI yang dulu sembunyi, kini mulai berani tampil terang-terangan.

Alasan keempat, Jokowi menyengsarakan rakyat; dan alasan terakhir, Jokowi diduga kuat melakukan kecurangan saat pemilihan presiden.

Tulisan itu meraih 38 ribu likers dan 5,3 ribu kali dibagikan.

Infografik HL Indepth Jonru

Pilpres 2014 Mengubah Jonru

Isi blog Jonru pun berubah. Sebelum 2014, Jonru lebih banyak berbagi tips menulis, mengulas gawai, atau sekadar curhatan. Namun, sejak pemilihan presiden 2014, Jonru mulai mengomentari soal politik dan Jokowi sembari mendukung Prabowo Subianto.

Pada 23 November 2014, misalnya, Jonru membuat tulisan berjudul “Inilah Beda Pencitraan dengan Kejujuran.” Isinya, mengkritik penampilan istri Jokowi dan Jusuf Kalla yang hanya berhijab saat masa kampanye. Juga Jokowi yang menampilkan diri sebagai sosok sederhana, tetapi faktanya tidak seperti itu.

Dadan, sahabat Jonru, mengatakan bahwa perubahan Jonru itu tampak jelas pada 2014, dengan gencar membela kepentingan “umat Islam” dalam pemilihan presiden.

“Sejak 2014, Bang Jonru mulai aktif berpolitik menyuarakan kepentingan umat, mengkritik pemerintah,” kata Dadan saat dihubungi reporter Tirto, Sabtu lalu.

Dadan mulai berteman akrab dengan Jonru pada 2015. Mereka membuat seminar dan pelatihan menulis bersama. Semula Dadan adalah murid dalam pelatihan menulis yang dibuat oleh Jonru. Karena memiliki visi yang sama soal penulisan, mereka lantas menggagas gerakan “Muslim Cyber Media.”

“Saya belajar banyak dari Bang Jonru, bagaimana caranya menulis, mengkritik orang, tapi tanpa membuat orang itu tersinggung. Mungkin kalau dilihat status di media sosialnya pedas, tapi kalau bertemu orangnya lemah lembut,” ujar Dadan.

Maka, Dadan pun heran ketika Jonru akhirnya dilaporkan ke polisi karena tuduhan ujaran kebencian lewat status Facebook. Menurutnya itu tidak masuk akal, apalagi Jonru sampai ditahan polisi. Jonru sendiri dilaporkan oleh Muannas Al Aidid lewat kuasa hukumnya Ridwan Syaidi Tarigan pada 19 September 2017.

Baca juga:Jonru Tersangka, Pengacara: Yang Lain Tidak Secepat Ini

Salah satu yang dilaporkan Muannas adalah ujaran fitnah Jonru yang menyebut Muannas adalah anak dari dedengkot PKI (Partai Komunis Indonesia): Dipa Nusantara Aidit. Dalam postingan bertanggal 4 September, Jonru yang sudah dilaporkan oleh Muannas memplesetkan nama Muanas Al Aidid menjadi Muanas Al Aidit.

“Contohnya adalah setelah saya dipolisikan oleh si AIDIT. Yang saya alami justru banyaknya dukungan dari orang-orang maupun lembaga yang dengan sukarela menyatakan siap membela saya,” tulis Jonru.

Jonru sebenarnya sudah mengklarifikasi penyebutan Aidid menjadi Aidit. “Ada orang yang marah pada saya karena menurutnya saya memplesetkan namanya dari AIDID menjadi AIDIT. Lalu menuduh bahwa saya menuduhnya sebagai PKI,” tulis Jonru dalam postingan di Facebook pada 11 September 2017.

Dadan menilai kasus yang kini menimpa Jonru bermuatan politis. Jonru dijerat pasal karet yang bisa menjerat siapa saja.

“Sekarang Pak Jokowi lagi ada di puncak, ya tipe-tipe seperti Jonru yang dilibas, suatu saat Gerindra yang ada di atas, tipe-tipe seperti Denny Siregar yang kena. Ini politik yang normal-normal saja,” kata Dadan menyebut salah seorang penulis lain yang beken di era media sosial yang mendukung Jokowi.

Baca juga artikel terkait JONRU GINTING atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Hukum
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Fahri Salam