Menuju konten utama

Cara Dubai Rekayasa Cuaca Sampai Bikin Banjir Besar

Otoritas Dubai dilaporkan melalukan rekayasa cuaca hingga sampai membikin banjir besar. Simak penjelasannya.

Cara Dubai Rekayasa Cuaca Sampai Bikin Banjir Besar
Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi

tirto.id - Banjir di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), sejak Selasa, 16 April 2024, turut menggenangi jalan raya dan bandara internasional. Bagaimana cara mereka melakukan rakayasa cuaca hingga sampai membikin Dubai banjir besar?

Pemerintah setempat menyebutnya sebagai peristiwa cuaca bersejarah. Hal ini melampaui apa pun yang terdokumentasi sejak dimulainya pengumpulan data tahun 1949.

Menurut laporan AP News, Dubai Flood 2024 terjadi mulai Senin, 15 April 2024, malam hari. Hujan turun dan seketika membanjiri jalan raya di Dubai dengan curah hujan sekitar 20 milimeter (0,79 inci).

Sehari berselang, Selasa, 16 April 2024, sejak pukul 9 pagi hari, curah hujan semakin tinggi dan turun hujan es. Selama 24 jam, curah hujan di Dubai mencapai lebih dari 142 milimeter (5,59 inci).

Padahal, rata-rata curah hujan dalam setahun mencapai 94,7 milimeter (3,73 inci) saja. Bandara Internasional Dubai mengalami genangan air hingga menyasar jalur taxiway pesawat. Alhasil, otoritas setempat langsung menghentikan layanan bandara sejak Selasa, 16 April 2024, malam hari.

UEA Lakukan Penyemaian Awan?

Sejumlah spekulasi menyebutkan bahwa hujan deras yang menyebabkan Dubai banjir besar diakibatkan oleh sebuah proses penyemaian awan.

Menurut laporan Livemint.com sebagaimana mengutip Bloomberg, pemerintah UEA sudah memulai operasi penyemaian awan sejak tahun 2002.

Mereka berusaha untuk mengatasi masalah keamanan air meskipun ditengarai masih kekurangan drainase di banyak tempat hingga memicu banjir.

Badan Pusat Meteorologi Nasional UEA dikabarkan mengirim sebuah pesawat penyebar awan yang berangkat dari bandara Al Ain pada hari Senin-Selasa, 15-16 April 2024.

Ahmed Habib, ahli meteorologi spesialis, mengatakan cara itu dilakukan untuk memanfaatkan formasi awan konvektif. Teknik ini melibatkan penanaman bahan kimia dan partikel kecil (seperti kalium klorida) ke atmosfer demi memicu lebih banyak hujan yang dihasilkan dari awan.

Setidaknya, pesawat yang digunakan untuk penyemaian awan sudah melakukan tugasnya sebanyak tujuh kali selama 2 hari bertugas.

Di lain sisi, Badan Pusat Meteorologi Nasional UEA dikatakan membantah laporan terkait teknik modifikasi cuaca hingga berujung banjir di Dubai.

Diberitakan CNBC, mereka mengatakan tidak mengirimkan pilot untuk melakukan operasi penyemaian sebelum atau selama badai melanda UEA.

Omar AlYazeedi, Wakil Direktur Jenderal National Center of Meteorology (NCM) atau Badan Pusat Meteorologi Nasional UE menegaskan pihaknya tidak melakukan operasi penyemaian apa pun.

"Salah satu prinsip dasar penyemaian awan adalah harus menargetkan awan pada tahap awal sebelum hujan turun. Jika menghadapi situasi badai petir yang parah, maka sudah terlambat untuk melakukan operasi penyemaian," kata Omar.

Sementara Jeff Masters, seorang ahli meteorologi dari Yale Climate Connections menyebutkan, Dubai Flooding diakibatkan sistem tekanan rendah yang sangat kuat hingga membikin banyak badai petir.

"Anda tidak memerlukan pengaruh penyemaian awan untuk memperhitungkan rekor banjir besar di Dubai," kata Jeff Masters, via AP News.

Sejumlah ilmuwan menilai perubahan iklim secara umum turut andil atas terciptanya badai ekstrem, kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan yang lebih intens dan sering terjadi di seluruh penjuru dunia.

Baca juga artikel terkait DUBAI atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra