Menuju konten utama

Bumble Aplikasi Kencan Apa & Kenapa Viral Soal My Experience?

Aplikasi Bumble menjadi viral dengan tren 'my experience' yang berisi screenshot percakapan para pengguna. Simak kenapa fenomena ini viral di media sosial.

Bumble Aplikasi Kencan Apa & Kenapa Viral Soal My Experience?
Aplikasi Kencan Bumble. foto/google play store

tirto.id - “My experience ketika main bumble” menjadi tren tersendiri di media sosial. Alih-alih mendapatkan teman ngobrol atau pasangan kencan yang mengasyikkan, sebagian pengguna justru mengalami percakapan yang di luar nalar.

Bumble merupakan aplikasi kencan modern yang cukup populer di Indonesia. Sedikit berbeda dengan aplikasi kencan lain seperti Tinder, Bumble menjadikan perempuan sebagai pihak pertama yang memulai obrolan (chat).

Tak hanya untuk berkencan, Bumble juga memiliki fitur lain untuk fungsi sosial yang lebih luas. Tak sedikit pengguna yang sengaja bermain Bumble untuk mencari teman lewat fitur Bumble BFF atau memperluas jaringan profesional/bisnis melalui fitur Bumble Bizz.

Sementara itu, beberapa waktu terakhir ini media sosial diramaikan dengan tren “my experience” alias berbagi pengalaman pengguna saat memakai Bumble. Beberapa pengguna berlomba-lomba menunjukkan tangkapan layar (screenshot) percakapan mereka yang dianggap unik.

Bukan cerita cinta romantis, tren “my experience” ini justru diisi dengan percakapan absurd yang bisa mengundang tawa, terasa cringe, atau bahkan terlihat menjijikkan. Hal ini seolah menunjukkan bahwa pengguna Bumble datang dari beragam karakter dan kita harus selalu hati-hati dalam menggunakannya.

Bumble Aplikasi Kencan Model Apa?

Bumble adalah aplikasi kencan yang diluncurkan tahun 2014 dengan metode swipe layaknya aplikasi kencan lainnya. Profil calon pasangan akan ditampilkan kepada pengguna. Pengguna dapat "menggeser ke kiri" (swipe left) untuk menolak atau "menggeser ke kanan" (swipe right) untuk menunjukkan minat.

Jika kedua pengguna saling menunjukkan minat (match), komunikasi baru dapat dimulai. Namun di Bumble, hanya perempuan yang bisa memulai percakapan dan mengirim pesan pertama setelah terjadi “match”.

Fitur ini memberi kendali lebih besar kepada perempuan sehingga mereka merasa lebih nyaman dan aman dalam menentukan interaksi dengan lawan jenis. Namun, apabila pihak perempuan tidak memulai percakapan dalam waktu 24 jam setelah terjadi match, maka tanda match akan otomatis hilang.

Selain sebagai aplikasi kencan (fitur Bumble Date), Bumble juga berkembang menjadi platform sosial dengan beberapa fitur lain yang berbeda, yaitu Bumble BFF untuk mencari teman baru dan Bumble Bizz untuk membangu jaringan profesional atau networking.

Jadi, meski dikenal sebagai aplikasi kencan, Bumble sebenarnya tidak hanya berfokus pada percintaan, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk hubungan sosial yang lebih luas.

Kenapa Bumble Viral Soal My Experience Ajak Kencan?

Belakangan ini Bumble jadi sorotan warganet dengan banyaknya pengguna yang membagikan tangkapan layar percakapan mereka saat bermain aplikasi ini. Para pengguna ramai-ramai membagikan screenshot chat mereka dengan caption “my experience ketika main Bumble”.

Sayangnya percakapan tersebut kadang terlihat nggak nyambung dan bikin geleng-geleng kepala. Sebagai contoh, ada pengguna yang mengajak ngobrol dengan bahasa Inggris dan menanyakan niatnya bermain Bumble, tapi si lawan bicara memberikan jawaban ngawur karena salah mengartikan kalimatnya.

A: “On a scale from ‘just vibing’ to ‘looking for the real deal’, where do u stand?”

B: “Jawa Tengah”

Tak hanya soal bahasa, banyak pula “my experience” lain yang cukup cringe, misalnya ketika ada pengguna yang mengaku dari kalangan orang kaya. Bukannya mengundang rasa kagum, kalimat haus validasi tersebut justru sukses membuat lawan bicaranya mengernyitkan dahi.

Namun, tak sedikit juga obrolan yang terkesan lucu dan mengundang tawa, mulai dari obrolan absurd karena username pengguna yang unik, obrolan satu arah karena lawan bicaranya yang super cuek hingga TS (thread starter) kehilangan topik, sampai chat penuh gombalan menggelikan.

Di sisi lain, banyak pula pengguna yang justru membagikan percakapan vulgar. Tak bisa dipungkiri bahwa aplikasi kencan seperti Bumble juga menjadi sarang bagi orang-orang yang berniat negatif.

Beberapa screenshot obrolan menunjukkan bahwa banyak pengguna yang terang-terangan mengarahkan obrolan ke arah negatif tanpa basa-basi. Ironisnya lagi, sebagian dari mereka mengaku sudah menikah, membuat lawan bicaranya ilfeel dan memutus obrolan karena takut dijadikan selingkuhan.

Semua percakapan “my experience” yang dibagikan di media sosial tak hanya memberi hiburan tersendiri bagi warganet, tapi juga membuka mata banyak orang tentang realitas mencari koneksi di dunia digital dan bagaimana susahnya menemukan match yang benar-benar cocok di aplikasi kencan.

Pada akhirnya, viralnya fenomena ini menjadi pengingat bagi para pengguna Bumble—maupun aplikasi kencan lainnya—untuk tetap bijak, menjaga etika, dan memahami bahwa di balik setiap chat ada manusia nyata dengan perasaan dan ekspektasinya masing-masing.

Ingin tahu lebih lanjut tentang Bumble atau info terbaru seputar aplikasi kencan lain? Cek selengkapnya melalui tautan di bawah ini:

Kumpulan Artikel Aplikasi Kencan

Baca juga artikel terkait APLIKASI KENCAN atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Fitra Firdaus