tirto.id - Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita, mengatakan faktor cuaca mempengaruhi perbedaan harga beras di setiap daerah di Indonesia. Menurut dia, daerah yang hujan terus-menerus akan kesulitan dipasok beras sehingga terjadi kelangkaan dan berakibat pada kenaikan harga.
Febby menjelaskan berdasarkan riset dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), disebutkan bahwa daerah-daerah lain mengalami pergeseran iklim, misalnya hujan yang terjadi tidak pada musimnya. Sebab itu, petani di daerah tertentu bisa mengalami pergeseran masa panen.
“Contoh hari ini panen di Jawa, tapi kan kalau saya baca-baca di analisa BRIN dan yang lain, misalnya contoh di NTT, mungkin mereka hujannya cuma sampai Februari, Maret, dan April sudah bisa panas lagi,” ucap Febby saat melakukan Peninjauan Stok Beras dan Konferensi Pers di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).
"Nah berarti kan harga di tiap wilayah ada yang bisa tembus HET [Harga Eceran Tertinggi] kan,” kata dia menambahkan.
Meski faktor cuaca berdampak besar, Febby mengaku bahwa Perum Bulog memiliki strategi agar distribusi beras impor untuk mensuplai stok di daerah tertentu bisa tepat waktu.
Menurut dia, beras impor akan langsung diarahkan menuju daerah-daerah tertentu yang sebelumnya hanya dijangkau lewat truk. Kapal-kapal yang sebelumnya hanya mendistribusikan pelabuhan utama akan disebar.
“Kami sekarang sudah punya strategi juga untuk impor ini kami langsung masuk-masukkan tadi bilang di wilayah-wilayah yang kalau dari negara asal tuh langsung menuju ke kota sana,” ucap Febby.
Febby berdalih yang dilakukan pemerintah saat ini dengan mendistribusikan beras impor hanya melalui pelabuhan utama akan memperlambat suplai beras di daerah sehingga harga beras banyak yang mengalami pelonjakan.
“Kalau kita bicara di mainport doang kita butuh lagi untuk move ke wilayah-wilayah dan itu coba lihat kalau hari ini hujan ini benar-benar enggak bisa buka portal, nanti kalau berasnya kena hujan berarti jelek,” kata dia.
Ia menambahkan, “Kami juga dalam pola kedatangan kami atur supaya di satu, tadi kan port-nya kita buka banyak ya.”
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Abdul Aziz