tirto.id - Kepala BPOM RI Penny K. Lukito menyoroti proses produksi industri obat dan makanan yang berisiko menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan. Penny menyatakan bahwa aspek lingkungan merupakan risiko yang harus dikelola dalam supply chain risk management.
Oleh karenanya, kata Penny, BPOM turut memberikan dukungan terhadap industri dan produk yang mematuhi aspek kepedulian terhadap lingkungan.
“Tentunya BPOM sebagai regulator akan mendorong dengan memberikan insentif. Dalam artian BPOM akan memberikan kemudahan dalam regulasi, apresiasi, dan dukungan terkait labelling untuk produk-produk yang menaati aspek keamanan lingkungan,” kata Penny dalam keterangan resmi, Selasa (18/7/2023).
Saat ini di Indonesia terdapat 217 industri farmasi obat jadi, 18 industri bahan aktif obat, 1.077 sarana produksi obat tradisional, 1.024 sarana produksi kosmetik dan 4.669 sarana pangan olahan.
“Banyaknya industri obat dan makanan tersebut tentunya menghasilkan limbah produksi dalam jumlah besar dan harus dikelola dengan optimal agar tidak mengganggu keseimbangan lingkungan,” tutur Penny.
Terlebih saat ini, kata Penny, industri obat dan makanan harus menerapkan standar environmental social and corporate governance (ESG).
Penny menambahkan, pengawasan terhadap pengolahan limbah dilakukan untuk mendukung kebijakan industri hijau sesuai Sistem Manajemen Lingkungan Hidup (ISO 14001:2015).
“Kami mendorong industri obat dan makanan menggunakan bahan baku dan energi yang efisien, mengedepankan prinsip 3R (reduce-reuse-recycle), dan menggunakan energi terbarukan,” ucapnya.
Penny mengajak lintas sektor bersinergi mewujudkan produksi dan konsumsi obat dan makanan berkelanjutan, sehingga dapat memberikan dampak nyata pada perbaikan lingkungan dan kelestarian alam.
BPOM juga mengupayakan dampak nyata pada alam dengan melakukan penanaman 11.828 pohon tanaman obat secara serentak yang sekaligus menerima pengakuan Museum Rekor-Dunia Indonesia untuk Penanaman Tanaman Obat Terbanyak secara Serentak.
“Dengan sendirinya, industri yang tidak peduli dengan lingkungan dan abai terhadap kontaminan produk akan tersisihkan. Kompetisi berdasarkan demand dari masyarakat yang sudah semakin tercerahkan ke depan karena kita akan menuju negara maju,” pungkasnya.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Fahreza Rizky