tirto.id - Autisme disebut juga dengan sebutan Autism Spectrum Disorder (ASD).
Gangguan kesehatan ini merupakan gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku.
Menurut laman Kemenkes, autisme merupakan gangguan perkembangan yang kompleks dan bukan merupakan penyakit.
Autisme adalah kondisi di mana otak bekerja dengan cara yang berbeda dari orang lain. Akibatnya, orang yang terkena autisme akan mengalami kesulitan untuk memahami apa yang orang lain pikirkan, dan rasakan.
Yang harus dipahami oleh para orang tua adalah, gejala autisme itu sifatnya sangat individual, dan akan sangat berbeda antara anak yang satu dengan anak yang lain, meskipun sama-sama dianggap sebagai low functioning atau high functioning.
Oleh karena itu, penanganan autisme, tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, kesabaran serta konsistensi tinggi, amat dibutuhkan untuk menangani autisme ini.
Penyebab Autisme
Penyebab autisme sendiri, menurut Kemenkes, sebenarnya belum diketahui secara pasti.
Namun, ada beberapa faktor umum yang membuat seseorang berisiko tinggi terkena autisme, di antaranya adalah:
- Berjenis kelamin laki-laki;
- Ada sejarah keluarga dengan riwayat autisme;
- Terlahir secara prematur;
- Ada kelainan genetik, atau memiliki kelainan pada kromosom tertentu, seperti sindrom Fragile X dan tuberous sclerosis;
- Terlahir dari kedua orang tua yang berusia lebih dari 40 tahun;
- Terlahir dari ibu yang selama masa kehamilan mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan tertentu, terutama obat epilepsi.
Cara Mencegah Autisme Sejak Kehamilan, Menurut Riset
Dikutip laman Parents, para ahli masih berupaya melakukan beragam penelitian untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang dapat berkontribusi terhadap gangguan autisme.
Namun, penelitian terbaru menemukan bahwa berbagai hal yang terjadi pada masa konsepsi, masa kehamilan, hingga kelahiran, sangat mungkin meningkatkan risiko seorang anak, yang secara genetik memiliki kecenderungan kuat, dapat terkena autisme.
Tentu, akan sangat sulit untuk mengubah faktor genetika. Namun, Anda bisa mengubah kadar paparan faktor lingkungan tertentu, yang dapat menjadi salah satu penyebab ASD pada anak Anda.
Berikut adalah beberapa langkah preventif yang bisa dilakukan semasa kehamilan untuk mencegah ASD pada anak yang telah dibuktikan berdasarkan penelitian.
1. Meningkatkan asupan zat besi saat Anda hamil
Karena terbukti, zat besi sangat penting untuk meningkatkan perkembangan otak janin.
Anda bisa mengonsumsi makanan seperti daging, seafood, telur, serta roti dan sereal yang kaya zat besi, serta berbagai suplemen yang dapat menambah zat besi dalam tubuh.
2. Mengurangi paparan polusi udara selama masa kehamilan
Sebuah studi dari the Harvard School of Public Health menemukan bahwa risiko dapat berlipat ganda untuk anak-anak yang lahir dari wanita yang terpapar polusi tingkat tinggi, terutama pada trimester ketiga.
3. Menghindari penggunaan spinal selama persalinan
Sebuah studi di Prancis pada 2014 yang dilakukan pada tikus dan diterbitkan dalam jurnal Science menunjukkan bahwa penggunaan anestesi spinal selama persalinan dapat menghasilkan konsentrasi klorida atau garam yang lebih tinggi di otak tikus yang baru lahir.
Para peneliti kemudian berhipotesis bahwa ini dapat meningkatkan risiko autisme pada manusia.
4. Menjaga berat badan tetap dalam kondisi yang seimbang selama masa kehamilan
Sebuah penelitian dari University of Utah yang diterbitkan pada November 2013 menemukan hubungan antara ibu hamil yang kelebihan berat badan dengan risiko autisme pada anak yang akan dilahirkan.
5. Menghindari paparan beberapa bahan kimia yang membahayakan selama masa kehamilan
Paparan yang dimaksud seperti polusi udara kendaraan bermotor, berbagai bahan kimia logam, serta pestisida.
6. Menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit diabetes
Sebuah studi pada April 2015 di Journal of American Medical Association (JAMA) menemukan bahwa calon ibu yang didiagnosis dengan diabetes gestasional pada minggu ke-26 kehamilan, 63 persen lebih, kemungkinan besar akan memiliki anak dengan autisme.
7. Menjaga jarak kehamilan, antara dua hingga 5 tahun
Karena menurut studi dari Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, pemberian jarak ini dapat mengurangi risiko anak yang dilahirkan terkena autisme.
8. Hindari konsumsi beberapa obat
Seperti obat antidepresan, obat untuk mengobati epilepsi, serta berbagai gangguan saraf, agar anak yang akan dilahirkan terhindar dari risiko terkena autisme.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno