Menuju konten utama

BGN: Anggaran MBG adalah Investasi Besar untuk Masa Depan Bangsa

MBG adalah investasi: menyiapkan fondasi kesehatan, pendidikan, dan produktivitas untuk generasi mendatang

BGN: Anggaran MBG adalah Investasi Besar untuk Masa Depan Bangsa
Kepala Badan Gizi Nasional dan Anggota Ombudsman RI mengunjungi SDN 3 Warungkiara (14/03/2025). foto/Dok. BGN

tirto.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Badan Gizi Nasional (BGN) bukan sekadar program tolong menolong, melainkan sebuah investasi jangka panjang yang dirancang untuk membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia ke depan. Anggaran besar yang digelontorkan pemerintah diharapkan mampu memberikan imbal hasil berupa generasi yang lebih sehat, produktif, dan dapat bersaing di kancah global.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI pada 8 September 2025 lalu, Kepala BGN, Dadan Hindayana, melaporkan bahwa realisasi penyerapan anggaran MBG tahun 2025 menunjukkan tren positif. Pada bulan Agustus, dari target Rp9 triliun, anggaran yang terserap mencapai Rp13,2 triliun. Proyeksi penyerapan hingga akhir tahun bahkan ditargetkan mencapai Rp76,4 triliun.

Dadan menegaskan bahwa meskipun anggarannya besar, MBG bukanlah beban anggaran, melainkan sebuah upaya strategis. "Ini adalah investasi terbesar pemerintah Indonesia untuk masa depan SDM masa depan. Presiden menyebut MBG sebagai langkah strategis menyiapkan generasi emas 2045," ujar Dadan beberapa waktu lalu ketika ditanya wartawan perihal anggaran MBG.

Menurut Dadan, satu indikator efisiensi adalah proporsi penggunaan dana. Dadan menjelaskan bahwa sebagian besar anggaran MBG dialokasikan untuk belanja barang kebutuhan pangan bergizi, sedangkan belanja pegawai dan belanja modal relatif kecil porsinya. Dari total anggaran BGN untuk 2026 senilai Rp268 triliun, sekitar 95,4% akan digunakan untuk program pemenuhan gizi, sementara hanya 4,6% untuk dukungan manajemen.

Meski besarnya angka, Dadan menyatakan transparansi dan efisiensi penggunaan dana juga ditonjolkan. BGN menyampaikan rencana kebutuhan anggaran dan realisasinya secara publik dalam RDP dengan DPR. Penggunaan dashboard internal dan sistem pemantauan penyerapan anggaran juga menjadi bagian dari upaya menjaga akuntabilitas BGN.

Return on investment (ROI) dari MBG juga mulai terlihat. Salah satu contoh nyata adalah peningkatan kehadiran siswa di sekolah. Menurut Dadan, rata-rata kehadiran siswa sebelumnya 70–75%, kini melonjak menjadi paling sedikit 95% di lokasi sekolah-sekolah yang menjalankan MBG.

Dadan juga menekankan bahwa MBG akan menjangkau 82,9 juta penerima manfaat pada 2026, dengan estimasi penggunaan dana mencapai Rp 1,2 triliun per hari. Besarnya skala ini mencerminkan bahwa pemerintah melihat MBG sebagai program prioritas yang tidak sekadar simbol, tetapi operasional yang nyata dan masif.

Meski demikian Dadan menyampaikan bahwa tantangan tetap ada. Tantangan tersebut yakni distribusi merata, keterjangkauan bahan pangan bergizi, kualitas penyediaan makanan dan pembenahan infrastruktur pendukung di daerah terpencil. Namun dengan anggaran yang besar dan sistem pengelolaan yang semakin transparan, BGN optimistis efek positif MBG akan semakin terasa luas.

Menurut akademisi IPB ini, MBG bukan hanya soal mengisi perut siswa di masa sekarang, melainkan menyiapkan fondasi kesehatan, pendidikan, dan produktivitas yang akan dirasakan generasi mendatang. "Kalau pertama, ini kan investasi jangka panjang yang sudah kami lihat, 20 tahun ke depan, mereka akan jadi tenaga kerja yang produktif dengan kualitas baik," imbuh Dadan.

(INFO KINI)

Penulis: Tim Media Servis