Menuju konten utama

Berita Myanmar: Mengapa Asean Keluarkan Junta dari Pertemuan?

Asean sepakat tidak mengundang Jenderal militer Ming Aung Hlaing dalam puncak pertemuan pada 26-28 Oktober.

Berita Myanmar: Mengapa Asean Keluarkan Junta dari Pertemuan?
Anggota militer berpartisipasi dalam sebuah parade pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, Sabtu (27/3/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/hp/cfo

tirto.id - Pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) mengeluarkan jenderal militer Myanmar Ming Aung Hlaing dalam sebuah pertemuan puncak tahunan para pemimpin regional akhir bulan ini.

BBC melaporkan, Asean sepakat mengundang perwakilan non-politik dari Myanmar, bukan Jenderal militer Ming Aung Hlaing yang mengangkat diri sebagai perdana menteri usai kepemimpinan Myanmar diambil alih tentara pada awal Februari lalu.

Ini adalah keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk blok 10 anggota sebab biasanya mereka cenderung menghindari campur tangan dalam urusan anggotanya.

Sementara itu, Reuters melaporkan, kementerian luar negeri Singapura mengatakan, langkah untuk mengecualikan pemimpin junta Min Aung Hlaing adalah "keputusan yang sulit, tetapi perlu, untuk menegakkan kredibilitas ASEAN".

Junta militer Myanmar merespons itu dengan kekecewaan. Terkait alasan itu, Asean mengatakan, militer belum berbuat cukup banyak untuk mengakhiri gejolak di Myanmar. Hal ini tampaknya disebabkan oleh jenderal Ming Aung yang mengatakan akan memperpanjang keadaan darurat karena pertempuran antara tentara dengan pasukan milisi masih berlanjut.

Alasan Asean & Respons Junta Militer

Menurut Asean, pertemuan darurat para menteri luar negeri dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara Jumat lalu tidak mencapai konsensus tentang apakah militer harus mewakili Myanmar dalam pertemuan puncak pada 26-28 Oktober nanti.

Para pemimpin militer Myanmar, kata mereka dalam pernyataan, menolak untuk memenuhi janji dialog dan de-eskalasi. Sebab, menurut Asean, perwakilan mereka dilarang bertemu dengan pemimpin sipil, Aung San Suu Kyi, yang telah digulingkan dan dipenjarakan.

Pernyataan itu dirilis oleh Brunei yang menjadi tuan rumah KTT, sembari mengatakan, situasi di Myanmar telah "berdampak pada keamanan regional serta persatuan, kredibilitas dan sentralitas Asean".

"Karena tidak ada kemajuan yang memadai ... serta kekhawatiran atas komitmen Myanmar, khususnya dalam membangun dialog konstruktif di antara semua pihak terkait, beberapa Negara Anggota ASEAN merekomendasikan agar ASEAN memberi ruang kepada Myanmar untuk memulihkan urusan dalam negerinya dan kembali normal," kata Brunei dalam sebuah pernyataan.

Pada April lalu, Asean juga pernah mendesak dan memperingatkan jenderal Min Aung Hlaing untuk mengakhiri kekerasan di Myanmar dan segera membebaskan tahanan politik.

Wartawan BBC di Bangkok, Jonathan Head mengatakan, langkah Asean yang mengecualikan jenderal Min Aung dalam pertemuan puncak KTT adalah pukulan keras terhadap pemerintah junta untuk mendapat pengakuan internasional.

"Myanmar sangat kecewa dan sangat keberatan (atas) hasil pertemuan darurat para menteri luar negeri, karena diskusi dan keputusan tentang masalah perwakilan Myanmar dilakukan tanpa konsensus dan bertentangan dengan tujuan ASEAN," kata kementerian luar negeri Myanmar dalam sebuah pernyataan.

Selain itu, juru bicara junta Zaw Min Tung malah menuding Amerika dan perwakilan Uni Eropa menekan negara-negara anggota Asean. "Intervensi asing juga bisa dilihat di sini," katanya.

"Kami mengetahui bahwa beberapa utusan dari beberapa negara bertemu dengan urusan luar negeri AS dan menerima tekanan dari UE."

Baca juga artikel terkait JUNTA MILITER MYANMAR atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya