Menuju konten utama

Krisis Ekonomi Myanmar: Depresiasi Mata Uang, Harga Sembako Naik

Kondisi dan situasi perekonomian Myanmar hari ini, bahan pokok ikut meningkat tajam. 

Krisis Ekonomi Myanmar: Depresiasi Mata Uang, Harga Sembako Naik
Demonstran memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Jumat (19/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/HP/sa.

tirto.id - Depresiasi kyat, mata uang Myanmar, terjadi dengan sangat cepat sehingga menyebabkan kenaikan harga yang signifikan. Selama beberapa minggu terakhir, harga makanan pokok, obat-obatan dan bahan bakar telah meningkat.

Eleven Myanmar melaporkan, nilai satu dolar AS dalam kyat di pasar valuta asing lokal meningkat dari Ks1.331 pada Januari 2021 menjadi Ks1.750 pada September 2021. Depresiasi mata uang sudah memburuk dalam beberapa hari terakhir, mencapai rekor tertinggi sekitar Ks2.700 pada tanggal 28 September.

Sedangkan di pasar lokal, beberapa bahkan berdagang dengan hampir Ks3.000 per dolar. Akan tetapi, nilainya turun menjadi sekitar Ks2.400 per dolar pada tanggal 30 September karena indeks dolar AS mencapai 94 poin.

Pasar valuta asing yang tidak stabil, harga emas menjadi fluktuatif dan harga bahan bakar yang tinggi sangat berpengaruh terhadap pasar barang konsumsi lokal dan konsumen masyarakat. Akibatnya, banyak bisnis lokal berhenti beroperasi.

“Bisnis telah ditutup satu demi satu. Toko-toko kecil telah tutup satu demi satu. Kedengarannya seolah-olah kami berada di lumpur. Semakin kita bergerak, semakin kita terjebak dalam lumpur,” kata seorang pengusaha lokal.

Harga Barang Pokok Meningkat

Sementara pemilik toko obat di Kotapraja Thingangyun mengatakan, sebelumnya dia mendapat untung Ks50.000, tapi hari ini ia mengalami rugi Ks100.000 ketika barang itu ia jual lagi. Saya mengamati situasi pasar sambil menjual sisa stok. Tapi sekarang, saya menutup toko saya untuk sementara,” kata dia.

Pada September lalu, berdasarkan keterangan Pusat Grosir Bayint Naung di Yangon, harga beras dan minyak goreng meningkat, tetapi harga bawang merah tidak meningkat secara pesat. Sementara itu, seorang penjual unggas mengatakan, harga grosir ayam saat ini adalah Ks4.500 per viss meskipun sebelumnya dijual berkisar antara Ks2.000 sampai Ks2.500. Dan harga bebek menjadi Ks7.500 per viss, tetapi stoknya menjadi langka hari ini.

Menurut keterangan sopir taksi, ia belum pernah melihat harga bahan bakar meroket seperti itu. "Tarif taksi untuk rute senilai Ks2.000 telah meningkat menjadi Ks2.500 atau 3.000. Tetap saja, kami harus berjuang untuk mendapatkan jumlah uang yang cukup untuk pemilik kami.”

Untuk mengatasi persoalan ini, terlebih mengurangi nilai tukar mata uang asing dan menjaga cadangan devisa, Bank Sentral Myanmar menjalankan pasar lelang valuta asing.

Di akhir September lalu, dilaporkan ekonomi Myanmar merosot tajam sejak militer melakukan kudeta pada Februari lalu. Berdasarkan berita baru-baru ini, mata uang Myanmar, Kyat, merosot lebih dari 60 persen sejak awal September lalu.

"Ini akan mengguncang para jenderal karena mereka cukup terobsesi dengan tingkat kyat sebagai barometer ekonomi yang lebih luas, dan karenanya mencerminkan mereka," kata Richard Horsey, pakar Myanmar di International Crisis Group seperti dilansir NDTV.

Pada bulan Agustus, Bank Sentral Myanmar mencoba menambatkan kyat 0,8 persen di kedua sisi kurs referensinya terhadap dolar, tetapi tak mampu tertahan pada 10 September lalu karena tekanan pada nilai tukar meningkat.

Di sisi lain, kekurangan dolar telah menjadi sangat jelek akibatnya beberapa penukar uang menutup diri terhadap itu. "Karena ketidakstabilan harga mata uang saat ini ... semua cabang Northern Breeze Exchange Service ditutup sementara," kata money changer di Facebook.

Baca juga artikel terkait KABAR MYANMAR atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya