tirto.id - Situasi Myanmar belum mereda sejak junta militer mengambil alih negara itu awal Februari lalu. Dalam pemberitaan baru-baru ini, tiga orang biksu ditangkap karena ikut dalam bagian protes di Mandalay. Penangkapan itu memaksa demonstrasi berhenti sementara yang sebelumnya dilakukan para biksu nyaris setiap hari.
Myanmar Now melaporkan, rezim junta Militer menangkap dan menahan tiga biksu Buddha di Mandalay, hal itu disampaikan anggota asosiasi monastik yang menentang penguasa militer.
Seorang anti-junta Mandalay Sangha Union mengatakan, seorang biksi bernama Ven. Pyinyathita (30) dari Biara Kinwun Mingyi di Kotapraja Maha Aungmyay ditangkap pada Selasa malam oleh sekitar 15 personel militer berpakaian preman.
Ven. Pyinyathita dibebaskan dengan jaminan pada Rabu pagi, tetapi ditangkap lagi pada hari yang sama. Dua biksu lainnya, YM. Tayzar Linkara (48) dan Ven. Tayzainda (45) dari Biara Maha Wizitarama di Kotapraja Pyigyidagun, juga ditangkap pada hari Selasa.
“Mereka menyuruh semua biksu berdiri dengan tangan di belakang punggung dan kemudian menggeledah seluruh biara,” kata seorang biksu dari Mandalay Sangha Union.
Selain itu, masih menurut laporan Myanmar Now, pasukan rezim juga menyita kendaraan di parkiran biara. Besoknya, mereka kembali lagi, menyita komputer dan barang-barang lain milik dua biksu yang ditangkap.
Tidak hanya biksu, dua orang lain yang tinggal di vihara—diidentifikasi sebagai Naing Win (40) dan Aung Min Ko (24) juga ditahan. Kata seorang biksu, alasan penangkapan mereka tidak jelas, karena keduanya tidak terlibat dalam protes.
Sebelumnya, puluhan biksu Buddha turun ke jalan untuk melawan junta militer yang telah mengambil alih negara itu sejak awal Februari lalu. Para biksu itu melakukan demonstrasi di kota terbesar kedua Myanmar sebagai peringatan 14 tahun protes massa yang dipimpin pendeta sebelumnya.
France 24melaporkan, menurut sejarah, biksu di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha termasuk dalam golongan otoritas moralitas tertinggi, mereka mampu mengorganisir komunitas dan memobilisasi oposisi terhadap rezim junta militer.
Namun, kudeta terhadap pemerintahan sipil itu telah membagi sikap para biksu menjadi dua bagian. Beberapa ulama terkemuka memberikan restu kepada para jenderal, sedangkan yang lainnya ikut dalam barisan para pengunjuk rasa.
Pada hari Sabtu lalu, sekitar puluhan biksu berjubah oranye terang dan merah tua berbaris melewati jalan-jalan Mandalay dengan bendera dan spanduk sembari melemparkan pita warna-warni ke udara.
"Para biksu yang mencintai kebenaran berdiri di pihak orang-orang," kata seorang pemimpin protes kepada AFP.
Dalam demonstrasi itu, para biksu menuntut pembebasan terhadap tahanan politik termasuk anggota partai politik Aung San Suu Kyi. Beberapa biksu bahkan membawa mangkuk sedekah terbalik (biasanya digunakan untuk mengumpulkan sumbangan makanan dari masyarakat) sebagai simbol protes untuk menolak rezim junta militer yang berkuasa di Myanmar.
"Kami harus mengambil risiko [...] untuk memprotes karena kami dapat ditangkap atau ditembak kapan saja. Kami tidak aman untuk tinggal di biara-biara kami lagi," kata seorang biarawan berusia 35 tahun kepada AFP.
Editor: Iswara N Raditya