tirto.id - Pasukan yang setia kepada rezim junta militer Myanmar membakar 100 rumah di desa wilayah Sagaing. Dengan alasan: anggota milisi anti-junta lokal telah berlindung di sana.
Radio Free Asiamelaporkan, seorang penduduk desa Kebar Ayeyarwaddy mengatakan, hampir semua penduduk telah meninggalkan daerah itu sebelum tentara tiba sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat.
“Mereka mulai membakar rumah-rumah begitu mereka memasuki desa. Bukan satu rumah yang mulai terbakar. Banyak rumah mulai terbakar pada saat bersamaan,” kata seseorang yang minta tak disebutkan namanya dengan alasan keamanan.
“Hampir semua rumah terbakar. Mereka membakar sekitar 100 rumah.”
Militer telah menuduh para penjuang cabang lokal anti-junta Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) telah berlindung di desa Kebar usai bertempur dengan pasukan pemerintah pada 6 dan 8 Desember lalu.
Menurut kesaksian anggota PDF dari desa Kebar, Ko Myo Gyee, orang yang tinggal di hutan antara Kebar dan Thale Bar menyaksikan pasukan maju dan memberi tahu penduduk sehingga bisa melarikan diri sebelum mereka datang.
“Ada pasukan milisi lokal [pro-junta] Pyusaw Htee di desa Thale bar dan desa-desa lain di sekitarnya. Pasukan gabungan dari Pyusaw Htee lokal datang ke desa dengan tentara. Jumlahnya sekitar 100 orang,” katanya.
“Sebelum memasuki desa, mereka menembakkan artileri ringan dan berat ke desa. Jadi, kami harus mundur karena mereka menggunakan kekuatan yang tidak proporsional. Mereka menyerbu desa dan membakar sebagian besar rumah. Mereka bahkan menghancurkan sekolah dan biara. Mereka juga memakan sisa makanan di rumah.”
Pihak Junta Militer Belum Mengonfirmasi
Kendati demikian, RFA tidak bisa melakukan verifikasi secara independen terkait penyebab kebakaran desa itu. Sebab, upaya untuk menghubungi Mayor Jenderal Zaw Min Tun, wakil Menteri Penerangan junta, tidak dijawab pada hari Senin.
Sebelumnya, BBC melaporkan, junta militer Myanmar dituding telah melakukan pembunuhan terhadap 13 orang penduduk desa di Myanmar tengah, 11 mayat di antaranya ditemukan dalam keadaan terbakar. Insiden itu terjadi pada Selasa, 7 Desember 2021.
Tragedi itu terjadi di dekat kota Monywa dan dilakukan setelah milisi lokal yang menentang kekuasaan militer melakukan serangan dua bom terhadap konvoi militer.
Junta militer belum memberikan tanggapan atas kejadian itu, namun menurut keterangan penduduk setempat, tentara menyapu desa-desa terdekat, kemudian mengumpulkan dan membunuh enam pria dan lima remaja.
Masih menurut keterangan penduduk setempat, milisi lokal atau relawan pasukan pertahanan rakyat (kelompok bersenjata) yang dibentuk untuk melawan militer telah menanam dua bahan peledak rakitan di jalan yang digunakan militer.
Salah satu bom itu meledak lebih awal dan membunuh dua orang yang menanamnya. Sedangkan bom kedua meledak, dua pria lagi dilaporkan ditahan dan ditembak mati.
Atas hal itu, warga kemudian menuding militer menyapu desa-desa terdekat, menangkap denam pria dan lima remaja laki-laki yang bersembunyi. Tangan mereka diikat, ditembak dan dibakar.
Editor: Iswara N Raditya