Menuju konten utama

Berapa Harga Kue Keranjang dan Maknanya Saat Imlek?

Harga dan makna kue keranjang, hidangan khas Imlek di Indonesia.

Berapa Harga Kue Keranjang dan Maknanya Saat Imlek?
Pedagang menata kue keranjang yang dijual di rumah makan Singkawang, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (31/1/2024). ANTARA FOTO/Auliya Rahman/nym.

tirto.id - Jelang perayaan Imlek atau tahun baru Cina yang akan jatuh pada Sabtu, 10 Februari 2024, kue keranjang mulai banyak beredar di pasaran. Lalu, berapa harga kue keranjang? Apa pula makna kue keranjang yang ada saat Imlek?

Perayaan Imlek di Indonesia diperingati sebagai hari libur nasional alias tanggal merah. Selain itu, ada pula satu hari cuti bersama untuk perayaan Imlek. Tahun ini, pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri telah menetapkan cuti bersama Imlek akan jatuh pada Jumat, 9 Februari 2024.

Imlek diperingati oleh etnis Tionghoa di Indonesia, mereka menyambut perayaan dengan menyiapkan berbagai hal khas Imlek termasuk hidangan spesial. Salah satu hidangan yang selalu ada saat Imlek adalah kue keranjang.

Diandri Ridhaningrat dalam Journal of Creative Student Research (JCSR) Vol.1, No.4 Agustus 2023 menyebut, kue keranjang atau biasa disebut Nian Gao merupakan kue khas saat perayaan tahun baru Imlek. Kue keranjang adalah makanan khas imlek berwarna coklat terbuat dari tepung ketan, air, dan gula, serta bertekstur kenyal dan lengket.

Harga dan Makna Kue Keranjang

Kue keranjang disebut juga dengan berbagai istilah seperti kue bakul, dodol Tionghoa, dodol Cina, dan jenang Cina.

Mengutip studi Kelvin Carrie dan Suwandi dalam Jurnal Altasia Vol. 3, No. 2, Tahun 2021, kue keranjang memiliki nama asli Nian Gao, secara harfiah berasal dari kata 粘 (nián) berarti “lengket” dan memiliki pelafalan yang sama dengan kata 年 yang berarti “tahun”. Sedangkan kata 糕 (gāo) berarti “kue” dan dengan kata 高 ( gāo) yang berarti “tinggi” memiliki pelafalan yang sama.

Secara harfiah “nian gao” berarti kue tahunan karena hanya dibuat satu tahun sekali ketika hari raya Imlek. Di Indonesia, nian gao disebut dengan nama kue keranjang karena merujuk pada tempat cetakan kue tersebut.

Kue keranjang dipergunakan untuk upacara sembahyang leluhur yang dilakukan sehari sebelum Imlek, sampai pada puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek.

Pada saat tahun baru Imlek, masyarakat etnis Tionghoa biasanya akan menyantap kue keranjang terlebih dahulu sebelum menyantap nasi, hal ini dipercaya oleh masyarakat Tionghoa sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun.

Kue keranjang ini juga menyimpan beberapa arti atau fungsi, misalnya sebagai bahan makanan atau konsumsi dan sesaji kepada para leluhur etnis Tionghoa. Hal ini dibuktikan dengan adanya aturan-aturan yang wajib diikuti sebelum menyantap kue keranjang. Aturan tersebut diwariskan secara turun temurun oleh leluhur etnis Tionghoa.

Aturan tersebut berupa larangan mengkonsumsi kue keranjang hingga Cap Go Meh (malam ke-15 tahun baru Imlek). Jika mengkonsumsinya, dianggap telah melanggar aturan dari para leluhur.

Alasan dari larangan makan kue keranjang hingga Cap Go Meh itu dilakukan karena masyarakat Tionghoa percaya, kue keranjang merupakan hidangan yang dibuat untuk menyenangkan dewa Tungku, supaya membawa laporan yang menyenangkan untuk Raja Surga.

Selain itu, kue keranjang juga tidak boleh dikonsumsi seorang diri. Tetapi, diharuskan menyantapnya bersama keluarga dan saudara. Kemudian, kue keranjang juga dianjurkan untuk dibagikan kepada teman, kerabat, atau tetangga di luar etnis Tionghoa. Ini memiliki makna dan harapan supaya keluarga dan orang terdekat selalu rukun serta senantiasa menjalin kebersamaan.

Kue keranjang berbentuk bulat juga memiliki makna persatuan, kerukunan, dan tekad yang bulat untuk menyongsong tahun baru.

Jelang Imlek, kue keranjang banyak beredar di pasaran, harganya variatif tergantung penjual dan ukuran atau beratnya. Merangkum dari berbagai sumber marketplace, kue keranjang dengan berat 500 gram dibanderol mulai Rp20 ribu hingga Rp40 ribu.

Baca juga artikel terkait URGENT atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra