tirto.id - Cap Go Meh tahun ini akan jatuh pada 5 Februari 2023. Tradisi Cap Go Meh adalah perayaan terakhir dari rangkaian acara hari raya tahun baru Cina (Imlek), yang diperingati setiap tanggal 15 bulan pertama penanggalan Cina.
Kata “Cap Go” berasal dari bahasa Cina Hokkien yang artinya “lima belas” dan “Meh” yang berarti “malam”. Sehingga secara harfiah Cap Go Meh memiliki arti “malam kelima belas”.
Secara luas di seluruh dunia, Cap Go Meh lebih dikenal dengan nama Festival Lentera atau Festival Lampion.
Ini karena pada hari Cap Go Meh, setiap rumah masyarakat Tionghoa biasanya akan memasang lampion, kemudian lampion diterbangkan ke udara. Pada momen ini, keluarga akan berkumpul dan mengadakan makan malam bersama.
Saat ini, Cap Go Meh bahkan menjadi festival dan pesta rakyat yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat.
Tradisi Cap Go Meh tak hanya seputar lampion, namun juga dimeriahkan dengan berbagai macam kegiatan seperti konvoi barongsai, konvoi naga, hingga pertunjukkan Tatung.
Sejarah Cap Go Meh
Sejarah mengenai tradisi Cap Go Meh dapat ditilik hingga 2.000 tahun yang lalu. China Highlights menjelaskan bahwa ada sejumlah versi mengenai asal muasal perayaan Cap Go Meh. Namun demikian, ada dua versi cerita yang banyak dipercayai oleh masyarakat Tionghoa.
Dikisahkan pada awal pemerintahan Dinasti Han Timur (25–220), Kaisar Hanmingdi adalah penganut agama Buddha.
Dia mendengar bahwa beberapa biksu menyalakan lentera di kuil mereka untuk menunjukkan rasa hormat kepada Buddha pada hari kelima belas bulan pertama penanggalan Cina.
Oleh karena itu, ia memerintahkan agar semua kuil, rumah tangga, dan istana kerajaan menyalakan lampion pada malam itu. Kebiasaan Buddhis ini lambat laun menjadi festival akbar di kalangan masyarakat Tiongkok.
Versi lain dari cerita mengenai sejarah awal perayaan Cap Go Meh adalah berdasarkan sebuah legenda yang menceritakan bahwa bangau favorit Kaisar Giok dibunuh oleh beberapa penduduk desa.
Jadi, dia memutuskan untuk menghancurkan desa dengan api pada hari kelima belas bulan pertama penanggalan Cina.
Putri Kaisar Giok merasa sangat sedih akan hal ini dan memperingatkan penduduk desa tentang apa yang akan terjadi.
Kemudian, seorang bijak menasihati penduduk desa untuk menggantung lentera merah untuk memberi kesan kepada Kaisar Giok bahwa desa itu sudah terbakar. Kaisar tertipu dan desa selamat.
Tradisi menggantung lentera merah pada hari kelima belas tahun baru Cina ini kemudian berlanjut hingga sekarang.
Tradisi Cap Go Meh
Saat perayaan Cap Go Meh, ada sejumlah tradisi yang biasa dilakukan untuk memeriahkannya, antara lain:
1. Menyalakan Lampion
Menyalakan lampion adalah hal utama yang dilakukan saat tradisi Cap Go Meh. Lentera atau lampion dalam berbagai bentuk dan ukuran dinyalakan di depan rumah hingga pusat keramaian.
Untuk menyambut masa depan di awal tahun, masyarakat Tionghoa biasa berdoa di bawah lampion dengan mengucapkan harapan terbaik untuk mereka dan keluarga.
2. Teka-Teki Lentera
Pemilik lentera biasanya akan memberikan catatan teka-teki yang ditempel pada lentera. Pada perayaan Cap Go Meh orang-orang akan berkumpul untuk berusaha memecahkan teka-teki itu.
Jika salah seorang merasa mendapatkan jawaban dari teka-teki itu, dia bisa mengatakannya kepada pemilik lentera yang membuat teka-teki, untuk memastikan apakah jawabannya benar. Jika jawabannya benar, biasanya mereka akan mendapatkan hadiah.
3. Barongsai
Tak lengkap rasanya jika perayaan masyarakat Cina tanpa adanya barongsai. Orang-orang kuno menganggap singa sebagai simbol keberanian dan kekuatan, dan berpikir bahwa singa dapat mengusir kejahatan dan melindungi manusia dan ternak mereka.
Oleh karena itu, barongsai dipertunjukkan pada acara-acara penting, khususnya saat Cap Go Meh, untuk menangkal kejahatan dan mendoakan rejeki dan keselamatan.
Editor: Dhita Koesno