tirto.id - Sekitar seratus orang yang menamakan diri Komunitas Anak Bangsa berunjuk rasa di depan Balai Kota menuntut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta maaf atas ucapannya yang menggunakan istilah “pribumi” dalam pidatonya di Balai Kota, Selasa, 16 Oktober lalu.
Salah satu peserta aksi, Lucky Latu Menten berorasi dari atas mobil komando menuntut Anies untuk meminta maaf. "Pak Anies, Anda harus minta maaf dengan omongan Anda," ujarnya di depan Gerbang Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (23/10/2107).
Sementara orator lainnya juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap Anies Baswedan terkait kata-kata “pribumi” yang dianggap rasis dan dapat memecah belah tersebut.
"Kami dari komunitas anak bangsa dengan ini menyatakan pertama mengecam keras pidato, ada sebagai gubernur pada tanggal 16 Oktober 2017 tentang kebangkitan pribumi," kata seorang orator pria yang tidak diketahui identitasnya dari atas Mobil Komando.
Sayang, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak ada di Balai Kota untuk menerima salah satu perwakilan massa aksi. Para peserta aksi hanya menyerahkan petisi yang berisi 10 tuntutan di antaranya meminta Anies mengklarifikasi dan meminta maaf atas ucapan yang ia lontarkan tersebut.
"Kalau Pak Anies tidak menjawab petisi ini, kita akan kembali lagi dengan massa yang lebih besar," sambung orator tersebut.
Baca: Hari Kedua Anies-Sandi Bertugas Didemo Buruh Soal Janji UMP
Untuk diketahui, dalam pidatonya usai dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies mengatakan: dulu semua pribumi ditindas dan dikalahkan, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami,” kata Anies dalam pidato politiknya di Balai Kota Jakarta, Senin (16/10/2017).
Terkait dengan pidatonya yang dinilai kontroversi itu, Anies Baswedan pun menegaskan bahwa istilah “pribumi” digunakan dalam konteks menjelaskan era penjajahan. Sebab, kata Anies, Jakarta merupakan kota yang paling merasakan penindasan di era kolonial Belanda.
"Yang lihat Belanda jarak dekat siapa? Orang Jakarta. Coba kita di pelosok-pelosok Indonesia, tahu ada Belanda? Kita lihat di depan mata enggak? Tapi yang lihat di depan mata itu kita yang di Jakarta,” kata Anies, di Balakota Jakarta, Selasa (17/10/2017).
Bagi Anies, ucapannya soal “pribumi” dalam pidato tersebut diplintir oleh beberapa media online hingga menjadi viral di media sosial. “Kan pelintiran satu dua website itu sekarang sudah dikoreksi ya,” kata dia.
Anies juga bersikukuh bahwa istilah “pribumi” yang ia pakai tidak melanggar etika publik, serta tidak menyalahi Instruksi Presiden Nomor 26 tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non-pribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program ataupun Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan.
"Pokoknya itu [kata "pribumi"] digunakan untuk menjelaskan era kolonial Belanda dan itu memang kalimatnya begitu," ujarnya.
Baca:
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto