Menuju konten utama

Beban Kerja Berat, Bagaimana Mekanisme Vaksinasi untuk Nakes?

Nakes adalah golongan prioritas penerima vaksin. Bagaimana mekanismenya? Kapan persisnya mereka divaksin? Apakah mereka diberi libur?

Petugas medis melakukan penyuntikan kepada peserta penerima vaksin COVID-19 sinovac di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (14/1/2021). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.

tirto.id - Vaksinasi COVID-19 mulai dilakukan di Indonesia menggunakan vaksin CoronaVac dari Sinovac, perusahaan farmasi asal Cina. Presiden Joko Widodo, pejabat dan tokoh masyarakat, jadi golongan pertama yang disuntik. Setelah itu barulah seluruh tenaga kesehatan (nakes), dimulai kemarin (15/1/2020).

Hingga kini mekanisme vaksinasi untuk mereka belum benar-benar baku. Misalnya, apakah para nakes yang akan divaksin diliburkan atau ada penjadwalan khusus mengingat tenaga mereka sangat dibutuhkan dalam penanganan pasien COVID-19 yang terus bertambah tiap harinya.

Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah menyatakan belum tahu secara pasti bagaimana persisnya mekanisme vaksinasi ini. "Pemberiannya saya belum tahu pasti, apakah pada hari libur atau hari kerja. Biasa kalau program nasional ini tidak tergantung libur atau tidak," kata Harif kepada reporter Tirto, Rabu (13/1/2021).

Dia meminta jika memang ada efek sakit pada nakes yang menerima vaksin, semestinya mereka diberikan libur. "Setelah vaksin biasanya ada pemantauan. Kalau pasca vaksin sakit, ya, seharusnya tidak bekerja," ujar Harif.

Untuk dokter, menurut Wakil Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mahesa Pranadipa, sejauh ini tidak ada rencana memberikan waktu libur setelah vaksinasi. Namun ia memastikan akan ada pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) oleh komite khusus yang dibentuk dari tingkat pusat hingga daerah. Mereka akan memberikan rekomendasi lanjutan dengan mempertimbangkan gejala yang ditimbulkan.

Ia juga mengatakan PB IDI telah membentuk tim advokasi vaksinasi untuk melakukan pemantauan terhadap proses vaksinasi.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan (Satgas) COVID-19 Wiku Adisasmito juga mengatakan demikian. Bila setelah vaksinasi ada gejala, baru akan diberikan rekomendasi entah itu istirahat atau diperiksa lebih lanjut. "Pada intinya setelah proses penyuntikan akan ada tahapan observasi dulu sekitar 30 menit. Jadi tidak boleh langsung meninggalkan tempat,” kata Wiku kepada reporter Tirto, Rabu.

Selasa (12/1/2020) lalu, dalam acara penandatanganan SKB Penyelenggaraan Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan data nakes yang divaksin terus berubah dan membuatnya bingung.

Kemudian, saat rapat kerja bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Biofarma, dan Komisi IX DPR RI juga Selasa lalu, Menkes Budi mengatakan sejak 3 Januari sudah ada 1,2 juta dosis vaksin didistribusikan ke daerah-daerah untuk para nakes. "Tahapannya 566.000 nakes disuntik di Januari; tahap kedua di bulan Februari sisanya sekitar 900.000," kata Budi.

Nakes yang mendapatkan vaksin di bulan Januari adalah mereka yang berusia 18-59 tahun. Rinciannya: 302.024 nakes di ibu kota 34 provinsi dan 264.332 di kabupaten dan kota. Kemudian di bulan Februari rinciannya 688.965 nakes di 14 provinsi prioritas yakni Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Sumatera Barat, Banten, Yogyakarta, Sumatera Utara, Bali, Kalimantan Selatan, dan Papua. Lalu nakes di 20 provinsi lain sebanyak 197.038.

Untuk nakes yang berusia di atas 60 tahun sebanyak 16.405 diproyeksikan akan divaksin pada Februari setelah vaksin untuk golongan umur tersebut tersedia dan disetujui oleh BPOM.

Budi menyatakan dengan demikian total nakes yang akan divaksin jumlahnya 1.468.764.

Kemenkes menjalin kerja sama dengan perusahaan pelat merah, Telkom, untuk mengirimkan SMS kepada para nakes yang mendapat jatah vaksinasi tahap pertama. Mereka yang telah mendapatkan SMS diminta untuk registrasi. Para nakes yang bakal menentukan jadwal dan lokasi vaksinasi. Sementara mereka yang belum terdaftar dapat melapor ke dinas kesehatan setempat.

Ketua Umum IDI Daeng M Faqih berharap vaksinasi untuk para nakes dapat lekas mengurangi angka kematian.

"Khusus untuk dokter dan tenaga kesehatan, kalau kekebalan tubuh terbentuk dan terhindar dari infeksi COVID-19, maka kita juga akan mengurangi angka gugurnya dokter dan tenaga kesehatan yang sekarang ini sudah tinggi, sudah di atas 500 seluruh Indonesia," kata Daeng, Rabu.

Baca juga artikel terkait VAKSIN COVID-19 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino