Menuju konten utama

Basarnas Sebut Tak Dapat Sinyal Darurat KMP Tunu Pratama Jaya

Basarnas mengeklaim tidak mendapat sinyal darurat dari Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali saat kejadian.

Basarnas Sebut Tak Dapat Sinyal Darurat KMP Tunu Pratama Jaya
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas), Mohammad Syafii di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (7/7/2025). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi.

tirto.id - Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas), Marsdya Mohammad Syafii, mengaku, Basarnas tidak mendapatkan sinyal darurat dari Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya ketika kecelakaan terjadi. Basarnas baru mendapat informasi saat kapal sudah tenggelam.

“Kami izin sampaikan secara umum bahwa pada saat kejadian, memang yang kami harapkan bahwa Basarnas itu mendapatkan informasi pada saat awal kedaruratan terjadi,” kata Syafii dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI di Ruang Rapat Komisi V, Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (7/7/2025).

“Namun yang terjadi kami juga tidak tahu persis kejadiannya. Bahwa informasi itu kami dapat pada saat kapal sudah hilang dari permukaan itu, sehingga perjalanan kami ke sana tidak langsung menemukan kapal,” imbuhnya.

Terkait kronologi lengkapnya, Syafii menjelaskan bahwa Basarnas telah mengirimkan tim ke lokasi 10 menit usai informasi kapal tenggelam diperoleh. Pada hari pertama proses pencarian, tim gabungan melakukan penyisiran dari wilayah utara ke selatan, titik tenggelamnya kapal itu.

“Pelaksanaan operasi pada hari pertama kami sampaikan, awalnya pada saat kita mendapatkan informasi, kemudian aktif sudah bergerak bahwa informasi pada saat itu harus diinformasikan dari selatan ke utara,” ucapnya.

“Sehingga pada saat itu, seluruh unsur yang kita broadcast pada saat itu langsung membuat jaringan di sebelah utara dari lokasi tenggelamnya kapal, sehingga pada saat itu, pada malam itu kita tidak menemukan apa-apa,” jelasnya.

Pada hari pertama pencarian, Basarnas membagi 4 sektor lokasi, yakni lokasi hilangnya kapal, lokasi kedua, ketiga, dan keempat mengarah ke selatan. “Lokasi sektor ini kami bagi atas dasar jumlah kekuatan yang semakin bertambah, sampai akhirnya pada hari ini sebenarnya sektor pencarian kami gunakan sampai di delapan sektor unsur darat laut udara,” tuturnya.

Dalam melaksanakan operasinya, Syafii menyebut terdapat lebih dari 600 personil yang dikerahkan terdiri atas anak buah kapal (ABK) dari 18 kapal yang tergabung. Selain itu, Basarnas juga dibantu dengan heli dari kepolisian dan TNI Angkatan Laut (TNI AL) dalam upaya pencarian.

Basarnas pun berfokus mencari lokasi kapal yang tenggelam pada hari pencarian kedua demi memprioritaskan pencarian korban selamat. Hal ini lantaran dia berasumsi masih ada orang yang beristirahat dalam kapalnya.

“Kami berasumsi kapal beroperasi malam hari, kemudian membawa 22 kendaraan yang kami yakini yang memungkinkan ada korban-korban yang saat itu sedang istirahat, walaupun sesuai ketentuan itu tidak diizinkan penumpang ada di dalam mobil,” ucapnya.

“Sehingga kami untuk hari kedua mengerahkan unsur kapal yang memiliki sonar untuk men-detect di mana posisi kapal,” tambahnya.

Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, menyebut salah satu kendala Basarnas dalam mengevakuasi KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali adalah ketiadaan alat sonar untuk mendeteksi kapal tenggelam.

“Salah satunya tadi terungkap bahwa Basarnas ini belum punya alat sonar yang memadai untuk mencari titik di mana kapal berada kalau dia tenggelam. Alat yang Basarnas punya hari ini adalah kalau sudah ditemukan, baru mereka punya alat. Bisa mendeteksi apakah di dalam ada masih korban terperangkap atau tidak dan seterusnya,” kata Lasarus, saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (7/7/2025).

Perkembangan terakhir, terdapat 9 korban meninggal dan 27 orang lainnya masih dinyatakan hilang. 29 lainnya selamat.

Baca juga artikel terkait KAPAL TENGGELAM atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Flash News
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher