tirto.id - Bila Anda iseng-iseng menyambangi toko aplikasi Google Play, Anda akan menemukan 33 kategori kelompok aplikasi yang salah satunya soal health and fitness. Khusus kategori Fitness saja, ada ragam aplikasi bertebaran dengan segala keunikan dan kelebihannya antara lain aplikasi pengukur jarak lari, tips seputar berolahraga, dan banyak lagi tema-tema sejenis.
Namun, hubungan kebugaran (fitness) dan teknologi bukanlah soal aplikasi semata. Kebugaran yang awalnya hanya kegiatan dalam menjaga kesehatan tubuh, kini erat dengan teknologi dalam kerangka internet of things (IoT), sebuah teknologi yang menghubungkan segala perabot kebutuhan manusia ke dalam sistem internet. Salah satunya wearable device, perangkat yang cocok disematkan untuk mengawinkan kebugaran dan teknologi. Berdasarkan data IDC, di kuartal IV-2016 ada 33,9 juta unit perangkat wearable device yang dikapalkan di seluruh dunia, atau meningkat 16,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Bentuk weareable device dalamdunia kebugaran bisa bermacam-macam, bisa dalam bentuk jam tangan pintar yang bisa mendeteksi berbagai kondisi tubuh manusia yang kian digemari. Berbagai produk lain berdatangan seiring dengan berkembangnya pasar. Sehingga memunculkan berbagai startup-startup di bidang kebugaran yang memanfaatkan teknologi masa kini.
Baca juga:Memimpikan IoT, Satu Dari Tujuh Teknologi Pengubah Dunia
Dari sekian nama perusahaan rintisan teknologi di bidang kebugaran, nama Fitbit tak bisa dikesampingkan. Semenjak 2015, startup telah melantai di bursa saham New York Stock Exchange. Fitbit terkenal dengan ragam produk jam tangan pintar yang bisa mendeteksi kondisi tubuh. Merujuk laporan keuangan terbaru perusahaan tersebut, di kuartal II-2017 ini, Fitbit memperoleh pendapatan hingga $353 juta, dengan menjual 3,4 juta unit perangkat. Aksi sukses Fitbit ini, dipercaya menjadi pendorong startup lain di bidang yang sama bermunculan.
Selain di AS, startup di bidang ini juga tumbuh dengan sangat pesat di berbagai negara. Nama-nama seperti OMSignal dari Kanada dan Keep dari Cina cukup menarik perhatian. OMSignal, terkenal selepas mereka merilis kutang pintar yang bisa mendeteksi detak jantung penggunanya. Sementara Keep, merupakan perusahaan di balik aplikasi “Social Fitness” yang di Cina cukup merengkuh sukses. Kesuksesan ini mendorong masuknya pendanaan dari para investor.
Laporan dari CB Insights mengungkap, semenjak 2013 perusahaan rintisan di bidang kebugaran yang muncul di luar Amerika Serikat telah menerima total pendanaan sekitar $722 juta. Beberapa nama startup terkenal, menerima pendanaan yang tidak sedikit. OMSignal (Kanada) misalnya, menerima total pendanaan hingga $25 juta. Keep (Cina) menerima pendanaan dengan total sebesar $42 juta.
Nama lain seperti iRun (Perancis) dengan $6 juta, CureFit (India) mendapat dana segar $46 juta, dan FiNC (Jepang) mendapat suntikan modal $23 juta. Namun, pendanaan bagi startup teknologi bertema kebugaran di luar AS, yang paling besar memperoleh dana segar adalah eGym dari Jerman dengan total pendanaan hingga $60 juta.
Secara menyeluruh, semenjak 2013 perusahaan rintisan teknologi di bidang kebugaran telah menerima lebih dari $2,4 miliar sebagai penyertaan modal untuk melangsungkan hidup masing-masing startup. Dari angka itu, perusahaan rintisan yang didirikan di AS menjadi penyumbang terbesar terkumpulnya total pendanaan dengan persentase mencapai 64 persen. Selepas AS, perusahaan rintisan teknologi di bidang kebugaran yang menerima pendanaan terbanyak adalah India (7 persen), Kanada (5 persen), Inggris dan Cina (masing-masing 3 persen), dan Jerman (2 persen).
Dari daftar startup teknologi di bidang kebugaran, tak ada nama startup asal Indonesia. Padahal, dua negara tetangga, Singapura dan Malaysia, mampu masuk daftar startup di bidang teknologi kebugaran. Startup kebugaran asal Singapura antara lain GuavaPass, sebuah startup yang memberikan layanan bagi pengguna bisa mendaftar berlatih kebugaran di segala tempat di bawah payung GuavaPass.
Startup asal Singapura ini telah memperoleh total pendanaan hingga $5 juta. Di Malaysia, startup bertema kebugaran diwakili oleh KFit, sebuah startup yang menyajikan layanan mirip GuavaPass. KFit, soal pendanaan lebih moncer, mereka telah menerima dana segar hingga $15 juta dari investor.
Nilai pendanaan terhadap startup di bidang kebugaran diprediksi akan terus meningkat. Dikutip dari Business Insider, sektor alat-alat kesehatan dalam kerangka IoT ditaksir akan mendatangkan sekitar $410 miliar aliran dana investasi pada 2022 mendatang. Artinya, dunia akan semakin dibanjiri produk-produk inovatif bidang alat kesehatan.
Baca juga:Membeli Masa Depan dengan IoT
Sayangnya, selain kisah sukses dalam kerangka bisnis tersebut, produk-produk di bidang ini cenderung memiliki kontroversial, terutama menyangkut keakuratan aplikasi atau perangkat. Dalam ulasan Stanford Medicine, Euan Ashley, seorang peneliti di Stanford University School of Medicine melakukan penelitian keakuratan perangkat-perangkat bertema kebugaraan yang ada di pasaran dengan 60 orang relawan.
Ashley dan timnya, melakukan uji keakuratan pada Apple Watch, Basis Peak, Fitbit Surge, Microsoft Band, Mio Alpha 2, Samsung Gear S2, dan PulseOn. Hasilnya, terdapat enam perangkat pengukur denyut jantung dengan tingkat kesalahan kurang dari 5 persen. Selanjutnya, faktor seperti warna kulit, dan berat badan mempengaruhi sensor pengukuran dari perangkat-perangkat yang diuji. Dari total 7 perangkat yang diuji, tak satupun yang dapat secara akurat mengukur pengeluaran energi dari para penggunanya.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan masih ada celah dan peluang untuk terus berkembang di bisnis ini. Segala kelemahan teknologi masih bisa dikembangkan diperbaiki. Apalagi bisnis kebugaran dan teknologi IoT sedang mendapatkan momentum mengalirnya banyak dana segar. Tentu ini menjadi tantangan para startup baru di Indonesia untuk mengambil peluang.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra