Menuju konten utama

Bagaimana Data Nasabah Kartu Kredit Diperjualbelikan

Data nasabah kartu kredit diperjualbelikan secara online. Digunakan para telemarketer untuk menawarkan produk lainnya.

Bagaimana Data Nasabah Kartu Kredit Diperjualbelikan
Ilustrasi jual beli data nasabah. tirto.id/Lugas

tirto.id - Seorang telemarketer, mengenalkan diri Yanti, menawarkan produk kartu kredit dari dari salah satu bank swasta.

“Jadi bapak diprioritaskan mengajukan pinjaman tanpa jaminan tunai, dengan cicilan bunga promo 0,99 persen,” katanya.

Telepon semacam itu bukan pertama kali saya terima, dari menawarkan kartu kredit hingga asuransi, sejak saya membuat kartu kredit sekitar dua tahun lalu.

Dari sekian banyak penelepon, saya menandai satu pertanyaan yang selalu diajukan: Apa kartu kredit yang Bapak pegang?

Biasanya saya bertanya balik: Bagaimana bisa tahu saya salah satu pemilik kartu kredit?

Si telemarketer selalu mengklaim dengan jawaban "data dari kantor kami" atau "data dari asosiasi kartu kredit Indonesia". Kali ini Yanti menjawab "data dari kantor kami".

Pertanyaan yang tak pernah bisa terjawab: Bagaimana mungkin data nama dan nomor telepon, serta kepemilikan kartu kredit, sampai ke telemarketer? Padahal saya tidak pernah memberikannya.

Tak cuma terjadi pada saya, pengalaman semacam ini diakui oleh para pemegang kartu kredit, dua di antaranya adalah Muhammad Ali dan Lusia Tri Lestari.

Sejak mereka menggunakan kartu kredit, pesan pendek (SMS) dan telepon datang bertubi-tubi ke telepon mereka dengan pola yang sama: menawarkan produk bank atau asuransi.

“Terakhir dari asuransi, sebelumnya dari kartu kredit,” kata Lusia.

“Saya sering ditelepon dan dapat SMS menawarkan pinjaman. Ini mereka dapat nomor saya dari mana? Saya, sih, terganggu kalau begini terus,” ujar Ali.

Infografik HL Indepth Kartu Kredit

Infografik Data pribadi dijual telemarketer

Penjualan Data Nasabah

Data pribadi Lusia dan Ali sebenarnya sudah dijual secara online. Data itu meliputi nama, nomor ponsel, alamat, tanggal lahir, dan nomor kartu kredit.

Dan bukan cuma data milik mereka. Ada ribuan data nasabah kartu kredit lain yang dijual secara bebas di dunia maya.

Saya mencoba membeli data nasabah kartu kredit dari situs temanmarketing.com. Situs itu menawarkan penjualan data nasabah kartu kredit dengan harga yang cukup miring. Paket yang mereka tawarkan dari harga Rp350 ribu untuk 1.000 data nasabah. Paling mahal Rp5 juta untuk 1 juta data nasabah.

Selain menjual data nasabah, temanmarketing.com juga menyediakan data nomor ponsel semua operator, data nasabah KTA, dan jasa broadcast SMS.

Saya membeli paket 1.000 data nasabah dengan cara mentransfer Rp350 ribu ke nomor rekening BCA atas nama Endai. Setelah membayar, saya mendapatkan dua file berisi 8.626 data nasabah, lengkap dengan nama, nomor telepon, alamat, dan nomor kartu kredit. Masing-masing dari dua file itu dilabeli “Approve HSBC New Feb 2019” dan “New Approve Database CC 2019 Premium”.

Saya menghubungi nama-nama dalam daftar itu secara acak untuk membuktikan kebenaran data tersebut. Muhammad Ali dan Lusia Tri Lestari adalah dua di antaranya. Mereka membenarkan data tersebut dan heran bagaimana data mereka bisa dijual.

“Saya tidak pernah memberikan data ke orang lain, apalagi sampai nomor kartu kredit,” kata Ali.

Nama lain yang saya temukan dalam data itu adalah Pahala Mansury, mantan Direktur Garuda Indonesia. Saya mencocokkan tanggal lahir dan nomor telepon yang tercantum dalam data tersebut, dan memang benar itu adalah data pribadi Pahala Mansury. Selain itu, ada pula nama Sugih Ilman, Kepala Subdivisi Agenda Kabinet di Sekretariat Kabinet Indonesia.

Rawan Penyalahgunaan

Penjualan data secara online ini bak surga bagi para telemarketer dan pelaku kejahatan. Mereka bisa mendapatkan data valid nasabah bank dengan mudah dan murah untuk kepentingan pekerjaan.

Bagi telemarketing, data macam ini digunakan untuk menawarkan produk bank atau asuransi. Ini sebabnya banyak nasabah kartu kredit yang kemudian kerap mendapatkan telepon tawaran produk bank atau asuransi. Tapi bagi penjahat, data tersebut bisa disalahgunakan untuk penipuan dan pembobolan kartu kredit.

Pada April 2018, Kepolisian Polda Metro Jaya pernah meringkus kawanan pembobol kartu kredit. Menurut pengakuan keempat tersangka, mereka mendapatkan data nasabah kartu kredit itu dengan membeli secara online di situs temanmarketing.com.

Penelusuran via whois.com, situs pelacak Internet Protocol (IP) secara gratis, menerangkan temanmarketing.com sudah terdaftar sejak 2011. Situs ini menyebut diri sebagai situs "jual database nasabah pemilik kartu kredit, download database nasabah, jual database nasabah 2019, jual database nomor HP, jasa SMS kampanye, jasa iklan adwords, jual database nasabah, SMS broadcast, WA blast, jasa SEO betting, dan jagoAds.com."

Bagaimana situs penjual data itu bisa tetap beroperasi?

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono belum bisa memberikan jawaban. “Dicek, ya,” jawab Argo lewat pesan singkat kepada Tirto.

Pembelian ini bukan hanya data nasabah kartu kredit. Dalam beberapa kasus, ada data rekening dan nomor identifikasi personal (PIN) ATM bank yang dijual pada Deep Web, bagian dari World Wide Web tetapi tidak terindeks mesin pencarian seperti Google.

Data macam itu digunakan untuk melakukan pembobolan ATM. Hal itu pula yang dilakukan oleh Ramyadjie Priambodo, yang disebut-sebut kerabat jauh Prabowo Subianto, baru-baru ini.

Dalam kasus itu Kabid Humas Polda Metro Jaya Argo Yuwono mengatakan pembelian data dilakukan di pasar gelap. “Tersangka berkomunikasi dan saling menukar dengan cara jual beli informasi nomor-nomor rekening dan PIN serta username hasil retasan dengan metode skimming,” kata Argo kepada Tirto.

Baca juga artikel terkait PEMBOBOLAN ATM atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Hukum
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Fahri Salam