tirto.id - Bacaan doa niat i'tikaf, berdiam di masjid, dapat dilafalkan dengan bahasa Arab. I'tikaf yang lumrahnya dilakukan dalam 10 malam terakhir Ramadhan, adalah salah satu cara untuk mendapatkan malam lailatul qadar, malam yang lebih baik daripada malam 1.000 bulan.
Lailatulq adar adalah malam istimewa karena apabila seorang muslim beribadah pada waktu tersebut, amalannya lebih baik dari pada ibadah 1.000 bulan. Kapan tanggal pastinya lailatul qadar dalam setiap tahun pada bulan Ramadhan, tidak diketahui. Hal itu merupakan rahasia Allah.
Banyak ulama yang berpendapat jika malam Lailatul qadar terdapat pada sepuluh akhir Ramadan, terutama pada malam ganjil. Namun, tidak menutup kemungkinan jika malam Lailatul qadar terjadi di malam genap atau mungkin sebelum 10 hari terakhir Ramadan.
Keutamaan lailatul qadar dapat diketahui dari riwayat Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ikhlas, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang menegakkan (ibadah pada malam) lailatul qadar karena iman dan ikhlas, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (H.R. Al-Bukhari).
Salah satu amalan yang paling tepat untuk mendapatkan malam Lailatul qadar ialah iktikaf. Dari segi bahasa, i'tikaf berasal dari kata i’tikafa-ya’takifu-i’tikafa yang berarti tinggal di suatu tempat.
Secara istilah, i'tikaf dapat dipahami dengan berdiam diri di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui amalan yang baik. Amalan saat beri'tikaf di antaranya adalah salat sunah, membaca Al Qur’an (tadarus Al Qur’an), berdzikir, hingga berdoa.
Pelaksanaan i'tikaf pada bulan Ramadan dapat merujuk Surah Al Baqarah ayat 187.
“… Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.”(QS. Al Baqarah [2]:187)
Rasulullah saw. menganjurkan pelaksanaan iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan. Ini menandakan bahwa iktikaf Nabi tersebut adalah contoh kepada umat Islam supaya dapat menggapai malam Lailatul qadar. Rasulullah saw bahkan menjalankan i'tikaf di bulan Ramadan hingga akhir hayatnya
Diriwayatkan dari jalur Aisyah ra.,“Sesungguhnya Nabi s.a.w. melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri-istrinya mengerjakan i’tikaf sepeninggal beliau”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1886 dan Muslim: 2006).
Bacaan Doa Niat I'tikaf Arab dan Latin
Berikut ini doa niat iktikaf yang dapat dibaca oleh seorang muslim bersumber dari kitab Tuhfatul Muhtaj dan Nihayatul Muhtaj dalam bahasa Arab dan latin beserta artinya.
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ مَا دُمْتُ فِيهِ
Lafal latinnya: Nawaitu an a‘takifa fī hādzal masjidi mā dumtu fīh
Artinya: “Saya berniat itikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.
Imam An-Nawawi dalam kitab Al Majmu Syarah Muhadzab juga menuliskan lafal doa niat iktikaf yang dapat dibaca oleh muslim berikut:
نَوَيْتُ الاِعْتِكَافَ فِي هذَا المَسْجِدِ لِلّهِ تَعَالى
Lafal latinnya: Nawaitul i’tikāfa fī hādzal masjidi lillāhi ta‘ālā
Artinya: “Saya berniat i’tikaf di masjid ini karena Allah SWT.”
Di samping itu, Rasulullah saw juga mengajarkan sebuah doa yang dapat dibaca ketika seorang muslim bertemu malam Lailatulqadar. Hal ini termuat dalam hadis riwayat Aisyah ra., bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw. sebagai berikut.
“Wahai Rasul, andaikan aku bertemu lailatul qadar, do’a apa yang bagus dibaca? Rasul menjawab, ‘Allâhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annî,’ (Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai orang yang minta ampunan. Karenanya ampunilah aku).” (H.R. Ibnu Majah).
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus