tirto.id - Kementerian Kehakiman Amerika Serikat dilaporkan telah mendakwa dua peretas (hacker) asal Cina, yang disebut telah berusaha mencuri data penelitian vaksin virus corona, serta kekayaan intelektual lainnya dari ratusan perusahaan negeri Paman Sam dan sejumlah negara lain.
Sebagaimana diwartakan South China Morning Post (SCMP), Wakil Jaksa Agung AS untuk Keamanan Nasional, John Damers, mengatakan kedua warga Cina itu bernama Li Xiayou (34 tahun) dan Dong Jiazhi (33 tahun). Keduanya diyakini beroperasi di Cina, sehingga berada di luar jangkauan hukum Amerika Serikat.
"Para peretas bertindak dalam beberapa kasus, untuk memberikan keuntungan pribadi mereka dan dalam kasus lain untuk kepentingan Kementerian Keamanan Negara Cina," kata Demers dalam sesi jumpa pers pada Selasa (21/7/2020) kemarin, menegaskan tudingannya bahwa kedua hacker disokong oleh Cina.
Kementerian Kehakiman menyatakan, target peretasan kedua warga negara Cina itu terdiri dari ratusan perusahaan, pemerintah asing, organisasi non-pemerintah, hingga individu serta para aktivis Hak Asasi Manusia di Amerika dan luar negeri, termasuk Hong Kong dan Cina itu sendiri.
Sementara itu, dilansir dari Al-Jazeera, Jaksa Amerika Serikat William D. Hyslop menuding, kedua hacker itu juga menargetkan berbagai perusahaan di seluruh dunia.
Ia mengklaim, Li dan Dong telah “meretas sistem komputer dari banyak perusahaan, individu, dan agensi di AS dan seluruh dunia.” Informasi hasil peretasan itu berupa sejumlah rahasia, teknologi, data, hingga informasi pribadi yang sensitif dan kemudian dijual.
Wakil Direktur FBI David Bowdich menuturkan, kejahatan dunia maya yang diarahkan badan intelijen Cina tak hanya mengancam AS, tapi juga negara lain yang mendukung persaingan adil, norma internasional, dan aturan hukum.
Tudingan pencurian riset vaksin corona ini muncul beberapa hari setelah AS menuduh hal serupa dilakukan oleh Rusia. Sebagaimana diwartakan sebelumnya pada Kamis (16/7/2020), AS, Kanada dan Inggris melalui pernyataan bersama pejabat keamanan, melaporkan bahwa hacker Rusia telah berusaha untuk mencuri informasi dari para peneliti yang bekerja untuk memproduksi vaksin virus corona di negara tersebut.
Mereka menyebut, para hacker yang menjadi bagian dari unit dan dikenal dengan beragam nama APT29, "the Dukes" atau "Cozy Bear," menargetkan penelitian vaksin dan organisasi pengembangan di tiga negara itu.
Kendati demikian, melalui juru bicara kepresidenan, Dmitry Peskov, Kremlin membantah bertanggung jawab dan menampik tudingan para pejabat tersebut.
"Kami tidak memiliki informasi tentang siapa yang mungkin meretas perusahaan farmasi dan pusat penelitian di Inggris Raya. Kami bisa mengatakan satu hal, Rusia sama sekali tidak ada hubungannya dengan upaya ini," pungkasnya.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto