tirto.id - Peretas (hacker) berhasil “mengacaukan” media sosial Twitter pada Rabu (15/6/2020) malam waktu AS, dengan cara mengambil alih akun para politikus ternama dan tokoh-tokoh terkenal lainnya.
Dalam aksi yang disebut Twitter sebagai “pelanggaran besar-besaran” itu, peretas sukses memaksa raksasa media sosial tersebut untuk membatasi akses mereka dan mengganggu segala hal, mulai dari liputan berita bahkan hingga peringatan tornado dari pemerintah AS sekalipun.
Dikutip dari Politico, beberapa tokoh yang akunnya diambil alih, meliputi mantan Presiden AS Barack Obama, calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, mantan Walikota New York City Mike Bloomberg, mantan CEO Microsoft Bill Gates, hingga rapper Kanye West. Bahkan, akun itu mengirim twit berisi penipuan.
Twit penipuan itu meminta orang untuk mengirim kontribusi Bitcoin ke alamat misterius, dengan janji akan menggandakannya. Dalam beberapa kasus, peretas menyematkan twit ke bagian atas akun korban, sehingga dapat meningkatkan visibilitas mereka.
Twitter secara tegas menyalahkan kekacauan pada "serangan terkoordinasi oleh orang-orang yang berhasil menargetkan beberapa karyawan kami dengan akses ke sistem dan alat internal."
Dalam pernyataan tertulis pada Rabu (15/6/2020) malam tersebut, Twitter menambahkan bahwa mereka, "masih melihat tindakan jahat apalagi yang mungkin masih mereka [hacker] lakukan, atau informasi apa yang berhasil mereka akses."
Dalam upayanya untuk menghentikan aksi penipuan dari oknum peretas itu, perusahaan telah menonaktifkan kemampuan pengguna Twitter yang diverifikasi untuk menulis twit, dan memodifikasi akun mereka selama berjam-jam. Serta, memutuskan mekanisme komunikasi utama untuk bisnis, jurnalis, politisi dan orang-orang atau organisasi terkemuka lainnya.
Akhirnya, Twitter mengaktifkan kembali akun terverifikasi sekitar pukul 8:30 malam waktu AS. "Hari yang berat bagi kami di Twitter […] kita semua merasa tidak enak karena ini terjadi." Kata CEO Jack Dorsey dalam twitnya.
Berdasarkan laporan dari laman Blackhain.com, layanan ekspolarasi blok Bitcoin, alamat Bitcoin peretas berhasil menerima lebih dari 118 ribu dolar AS dari 358 transaksi di awal penipuan. Artinya, rata-rata nominal berjumlah sekitar 330 dolar AS per korban.
Sementara FBI, sebagaimana dilaporkan Politico, menuturkan bahwa mereka mengetahui peretasan tersebut, meskipun menolak untuk berkomentar lebih lanjut. Biro yang berkantor pusat di San Fransisco itu hanya menyarankan masyarakat "untuk tidak menjadi korban penipuan ini", dengan tidak mengirimkan uang kepada para peretas.
Peretasan massal, sebagaimana terjadi pada Twitter baru-baru ini, menunjukkan kerentanan layanan yang telah menjadi forum penting bagi selebritas dan tokoh kuat seperti Presiden Trump serta politisi lain, yang secara teratur menggunakan situs ini untuk mengumumkan keputusan atau kebijakan mereka.
Hal tersebut disampaikan oleh presiden lembaga think-tank liberal New Policy Institute, Simon Rosenberg kepada Politico.
Menurutnya, dengan kurang dari empat bulan sebelum pemilihan presiden yang jatuh pada 3 November nanti, pelanggaran itu menggarisbawahi potensi peretas untuk menaburkan disinformasi dengan menyamar sebagai politisi dan individu terkenal lainnya.
"Ini merupakan pengingat penting tentang berapa banyak pekerjaan yang harus kita lakukan untuk sepenuhnya melindungi pemilihan dan wacana domestik kita dari aktor jahat," katanya, yang sebelumnya juga menyarankan Democratic Congressional Campaign Committee untuk melawan disinformasi.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto