tirto.id - Apakah orang tua bisa durhaka kepada anak? Pertanyaan ini mungkin terdengar tak biasa karena orang tua identik dengan sosok yang melindungi dan mengayomi. Faktanya, terdapat beberapa dosa orang tua terhadap anak sehingga akan ada azab orang tua yang diterima di dunia dan akhirat.
Alih-alih orang tua durhaka, kita tentu lebih sering mendengar istilah anak durhaka. Baik menurut agama maupun budaya, seorang anak memang memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua. Apabila mereka tidak melakukannya, maka ia akan dicap sebagai anak durhaka.
Hal yang sama juga berlaku bagi orang tua karena anak merupakan amanah sekaligus anugerah luar biasa dari Allah SWT. Dalam Islam, orang tua juga memiliki sederet kewajiban yang harus dipenuhi, mulai dari memberikan perlindungan hingga pendidikan.
Setiap perilaku orang tua terhadap anak pasti akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Apabila orang tua gagal melaksanakan kewajibannya, maka ia termasuk orang tua yang durhaka terhadap anak.
Apakah Orang Tua Bisa Durhaka Kepada Anak?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, durhaka adalah ingkar terhadap perintah, baik itu perintah Tuhan, orang tua, atau yang lainnya. Durhaka juga diartikan sebagai tidak setia pada kekuasaan yang sah, misalnya negara.
Jadi, jika ada pertanyaan apakah orang tua bisa durhaka kepada anak, maka jawabannya adalah bisa. Merawat anak dengan penuh kasih sayang dan memenuhi hak-hak mereka merupakan perintah dari Allah SWT.
Orang tua yang tidak menjalankan kewajibannya dan tidak memenuhi hak anak berarti telah ingkar atau tidak patuh terhadap perintah Allah SWT. Dengan demikian, orang tua seperti ini bisa disebut sebagai orang tua durhaka.
Kisah tentang orang tua durhaka pernah terjadi di zaman Khalifah Umar bib Khattab. Mengutip dari laman Kementerian Agama, dahulu ada seorang ayah yang mengadu pada Umar bin Khattab bahwa anaknya durhaka dan meminta Umar untuk menasihatinya.
Umar bin Khattab pun memberikan nasihat, tapi sang anak justru bertanya tentang apakah agama juga mengajarkan tentang tanggung jawab orang tua kepada anaknya. Umar tentu langsung mengiyakannya
"Ya, benar ada (ajaran tentang orang tua harus bertanggung jawab kepada anak). Seharusnya seorang ayah menyenangkan dan mencukupi nafkah istri sekaligus ibu dari putra-putrinya, memberikan nama yang baik kepada putra-putrinya, serta mengajari putra-putrinya Al-Quran dan ajaran agama lainnya,” kata Umar bin Khattab.
Anak tersebut kemudian membeberkan perlakuan sang ayah, mulai dari soal ibunya, mengaku tidak diberi nama yang baik oleh ayahnya, bahkan tidak diajari mengaji walau hanya satu ayat.
Umar bin Khattab pun berpaling kepada ayah anak itu dan berkata, "kalau begitu bukan anakmu yang durhaka, tetapi kamulah orang tua durhaka!"
Jadi, apakah orang tua juga bisa durhaka kepada anak? Tentu bisa, terutama jika orang tua tidak paham atau jauh dari agama sehingga tidak mengerti tentang kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap anak.
Hak-Hak Anak yang Perlu Dipenuhi Oleh Orang Tua
Setelah mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah orang tua bisa durhaka kepada anak, maka selanjutnya adalah berusaha untuk menghindarinya. Salah satu caranya adalah menjalankan kewajiban sebagai orang tua dengan sungguh-sungguh sesuai ajaran agama.
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya, termasuk anak dan orang tua. Ketika seseorang mendapat amanah anak, maka ia harus berusaha memenuhi hak-hak anaknya sebagai bentuk kepatuhannya terhadap Allah SWT.
Berikut beberapa hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua:
1. Hak Hidup serta Tumbuh dan Berkembang
Dilansir dari situs Pengadilan Agama Rangkasbitung, hak pertama yang dimiliki anak adalah hak untuk hidup serta tumbuh dan berkembang. Hak hidup termasuk hak asasi manusia. Agama Islam pun menegaskan bahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup, termasuk anak-anak yang lahir dari hubungan tidak sah sekalipun.
Hal ini sesuai dengan surat Al-Isra ayat 31:
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـٔا كَبِيْرًا
Artinya: "Dan jangan kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar."
Tak hanya hidup, anak pun memiliki hak untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu kewajiban orang tua untuk memenuhinya adalah dengan menyusui atau memberikan ASI.
Kewajiban ini ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 233 yang artinya: "Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan bayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
2. Hak Kejelasan Nasab
Dilansir dari laman Muhammadiyah, salah satu hak anak yang juga harus dipenuhi adalah hak kejelasan nasab. Kejelasan nasab ini sangat penting karena berkaitan dengan berbagai tanggung jawab, mulai dari identitas keluarga, hak waris, hingga soal hubungan mahram dan perkawinan.
Anak yang lahir dari pernikahan yang sah akan bernasab kepada ayahnya, sedangkan anak yang lahir dari hubungan tidak sah atau perzinaan akan bernasab kepada ibunya. Untuk anak angkat atau adopsi, maka nasabnya tetap kepada ayah kandungnya, bukan ayah angkatnya.
3. Hak Mendapat Perlindungan dan Penjagaan
Orang tua wajib memberikan perlindungan dan penjagaan kepada anaknya agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Misalnya memastikan kebutuhan anaknya terpenuhi, tidak melakukan kekerasan, memastikan anaknya tinggal di lingkungan yang nyaman, hingga melindunginya dari orang-orang jahat.
Perlindungan orang tua terhadap anak tak hanya soal dunia, tapi juga akhirat. Bahkan, perlindungan yang utama yang bisa diberikan oleh orang tua kepada anak adalah perlindungan agar sang anak terhindar dari siksa api neraka.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di surat At-Tahrim ayat 6:
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”
4. Hak Mendapat Pendidikan dan Pengajaran
Hak anak berikutnya adalah mendapat pendidikan, termasuk pendidikan agama dan adab-adab yang baik dalam Islam. Dengan mendapatkan pendidikan agama, seorang anak diharapkan bisa menjadi muslim yang taat sehingga dapat terhindar dari siksa neraka.
Dalam hadis riwayat At-Tirmidzi, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya: "Tiada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih baik dari adab yang baik."
Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda tentang keutamaan pengajaran orang tua kepada anak. Mendidik atau mengajar anak lebih baik dibandingkan bersedekah seberat 1 sha (sekitar 3 kg).
"Dari sahabat Jabir bin Samurah RA, Rasulullah SAW bersabda: Pengajaran seseorang pada anaknya lebih baik dari (ibadah/pahala) sedekah 1 sha,” (HR At-Tirmidzi).
5. Hak Mendapat Perlakuan yang Adil
Agama Islam tidak pernah membeda-bedakan manusia kecuali berdasarkan tingkat ketakwaannya kepada Allah SWT. Perilaku adil ini juga harus diterapkan kepada orang tua kepada anak-anak mereka, tanpa memandang jenis kelamin, prestasi, atau hal lainnya.
Berdasarkan jurnal Hak-Hak Anak dalam Perspektif Islam karya HM. Budiyanto, hadis riwayat Al Baihaqi menceritakan kisah di zaman Rasulullah SAW tentang seorang laki-laki yang didatangi anak-anaknya. Ketika anak laki-laki datang, ia menyambut dengan mencium dan mendudukkannya di pangkuannya.
Namun, ketika anak perempuannya datang, ia memberikan perlakuan berbeda dengan tidak mencium dan mendudukkannya di samping (tidak dipangku). Melihat hal itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, "kenapa tidak kau perlakukan keduanya secara adil?"
Ada pula hadis dari Nu’man bin Basyir yang berkisah tentang ayahnya yang mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta pendapat beliau tentang pemberian yang telah diberikan sang ayah kepadanya. Rasulullah SAW pun bersabda:
"Apakah engkau lakukan hal ini kepada seluruh anak-anakmu?" Jawab Ayah: "tidak!", Nabi bersabda: "Takutlah kamu kepada Allah, dan berbuat adillah diantara anak-anakmu". Maka Ayahku mencabut kembali pemberian itu." (HR. Bukhari-Muslim)
6. Hak Mendapat Cinta dan Kasih Sayang
Setiap anak berhak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang-orang sekitarnya, terutama dari orang tuanya. Wujud cinta kasih orang tua bisa sangat beragam, mulai dari tutur kata yang lembut hingga kontak fisik seperti memeluk dan mencium anak-anak.
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa salah satu cara Rasulullah SAW dalam mengungkapkan perasaan cintanya terhadap keluarga adalah dengan mencium cucu-cucunya.
Abi Hurairah RA, ia berkata: Nabi SAW mencium Hasan bin Ali, dan saat itu di samping beliau ada Al-Aqro’ bin Habis. Al-Aqro’ berkata: “Aku punya 10 orang anak, namun aku belum pernah mencium seorang pun dari mereka! Mendengar hal itu, Rasulullah SAW kemudian berkata sambil memandang dia. "Barang siapa yang tidak mengasihi, ia pun tidak akan dikasihi." (HR Bukhari-Muslim)
7. Hak Bermain
Orang tua sudah sepatutnya tidak melarang anak-anak untuk bermain. Yang perlu dilakukan hanyalah menjaga mereka saat bermain, ikut bermain dengan anak, atau mengarahkan permainan ke hal-hal yang positif.
Rasulullah SAW sendiri memberikan contoh agar orang dewasa tidak melarang, memarahi, atau menjauhkan anak-anak dari dunia bermain. Rasulullah SAW dikisahkan pernah memimpin salat berjamaah, tapi kemudian cucu-cucu beliau, Hasan dan Husain, datang dan menaiki punggungnya.
Rasulullah SAW pun memanjangkan sujud sampai keduanya cucunya turun dari punggungnya. Saat ditanya oleh para sahabat setelah selesai salat, Rasulullah SAW menjawab: "Kedua cucu saya naik ke punggung saya dan saya tidak tega menyuruh mereka turun".
8. Hak Mendapat Nafkah dan Kesejahteraan
Orang tua wajib menafkahi anak dan memenuhi setiap kebutuhannya, misalnya memberi makan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk menjamin kesejahteraan anak sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Rasulullah SAW juga sudah memberi peringatan bahwa seseorang bisa berdosa apabila tidak menunaikan nafkahnya kepada mereka yang menjadi tanggungannya.
"Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang di bawah tanggungan (nafkahnya).” (HR. Abu Dawud).
Azab Orang Tua yang Durhaka Kepada Anak
Memenuhi hak-hak anak adalah kewajiban orang tua dan merupakan perintah dari Allah SWT. Melalaikan kewajiban ini tentu akan mendatangkan konsekuensi yang sangat besar. Lalu, apa saja azab orang tua durhaka kepada anak?
Azab orang tua durhaka yang lalai dengan tanggung jawabnya kepada anak bisa dirasakan di dunia maupun akhirat. Setidaknya ada dua hal yang bisa menjadi balasan bagi orang tua durhaka, yaitu:
1. Dosa dan Ancaman Neraka
Sudah cukup banyak dalil, baik itu ayat Al-Quran maupun hadis, yang berisi kewajiban orang tua untuk memenuhi hak-hak anaknya. Apabila orang tua tidak melakukannya, berarti ia telah melanggar perintah Allah SWT dan berdosa.
Setiap orang tua juga akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap keluarga di akhirat kelak. Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang perempuan di dalam rumah suaminya adalah pemimpin, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya tersebut." (HR. Bukhari)
KH.Yahya Zainul Ma'arif atau yang lebih akrab disapa Buya Yahya juga pernah menjelaskan dalam kajiannya bahwa orang tua yang lalai akan kewajibannya bisa diseret ke neraka.
Dalam video berjudul “Azab bagi Orang Tua yang Durhaka kepada Anaknya” yang disiarkan oleh kanal Al-Bahjah TV di YouTube, Buya Yahya menegaskan bahwa orang tua yang tidak memenuhi kewajibannya adalah orang tua yang durhaka.
Orang tua yang durhaka bisa menghasilkan anak yang durhaka pula. Maka, ketika anak durhaka ini masuk neraka, ia bisa saja menyeret sang orang tua bersamanya.
"Karena anaknya durhaka, anaknya masuk neraka, anaknya nuntut kepada malaikat, (berkata) malaikat, saya jahat kepada ibu saya karena bapak ibu saya sebabnya. Bapak ibu saya tidak mengenalkan saya dengan ustaz, tidak kenal agama, tolong bapak saya masukkan ke neraka juga,” kata Buya Yahya.
2. Kehilangan Kehormatan dan Kasih Sayang Anak
Anak yang ditelantarkan dan tidak mendapatkan haknya akan sulit menghormati orang tuanya. Rasa hormat dan cinta dari anak hanya muncul ketika hubungan keluarga dibangun dengan penuh kasih sayang, rasa adil, dan hak-hak anak terpenuhi dengan baik.
Jika tidak, anak bisa memiliki luka emosional, trauma, hingga hilang kepercayaan terhadap orang tua. Hal inilah yang akhirnya membuat anak tidak bisa menghormati orang tua sebagaimana seharusnya.
Di sisi lain, Buya Yahya juga menuturkan bahwa azab atau siksaan orang tua durhaka bisa dirasakan ketika masih di dunia, yaitu mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari anak-anak.
Sebagai contoh, anak-anak yang hak pendidikannya tidak dipenuhi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mengenal adab dan etika. Akibatnya, seorang anak akan berbuat tidak pantas kepada orang tua, misalnya suka berkata kasar, membentak, menyakiti hati orang tua, bahkan bisa menelantarkan orang tua yang sudah lanjut usia.
Pertanyaan tentang apakah orang tua bisa durhaka kepada anak kini telah terjawab. Islam tak hanya menuntut seorang anak untuk berbakti kepada orang tua, tapi juga mewajibkan orang tua untuk memenuhi tanggung jawabnya kepada anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang baik sesuai ajaran agama Islam.
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani