tirto.id - Setiap orang tua dan anak mempunyai kedekatan yang tak terbantahkan. Ini menjadi alasan keterlibatan orang tua penting dalam setiap langkah yang diambil anak, termasuk untuk memutuskan pendidikannya.
Nanie Sundari, guru Bimbingan Konseling yang telah berpengalaman selama belasan tahun di salah satu SMK di Kalimantan Tengah, mengatakan bahwa peranan orang tua dalam membantu anak mengambil keputusan terkait pendidikan secara tidak langsung bisa mendampinginya dalam masa pembelajaran yang akan ditempuh.
“Peran orang tua dalam membantu anak mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan sangat penting karena dengan adanya dukungan dari orang tua, secara otomatis akan dapat mengontrol dan menggiring anak dalam proses yang telah anak pilih,” ungkapnya.
Berdasarkan pengalamannya, Nanie menyebut, anak-anak yang dibersamai orang tua dalam pendidikan merasakan lebih didukung secara penuh, serta mampu lebih berkembang dalam proses belajarnya.
Hal ini selaras dengan riset yang dilakukan peneliti dari Charles University yang menunjukkan bahwa hubungan orang tua dan anak dalam menentukan putusan bersama akan memberikan pengaruh besar pada anak tersebut ke depannya.
Tak ayal, pusat saran orang tua di Irlandia bernama Parenting NI pun menekankan bahwa keterlibatan orang tua berdampak pada kepercayaan diri, perilaku, hingga performa akademik anak. Jadi, orang tua sudah sepatutnya turut andil dalam tumbuh kembang anak di ranah pendidikan yang akan ditempuhnya sebagai konselor terdekat.
Peranan Krusial
Adanya tanggung jawab yang diemban orang tua untuk terlibat dalam memutuskan pendidikan anak ke depannya menuntut komitmen yang serius. Pasalnya, pendidikan anak akan berpengaruh pada pengembangan talentanya saat ini, serta prospek dirinya pada masa yang akan datang.
Psikolog dari Universitas Katolik (UNIKA) Atma Jaya Jakarta, Maria Hardono, mengatakan, memilih pendidikan menjadi momentum yang krusial sebab proporsi yang dihabiskan anak di sekolah akan berdampak dalam membentuk dirinya.
“Sekolah akan menjadi tempat bagi anak untuk mengembangkan banyak hal, mulai dari karakter hingga kompetensi, yang akan sangat berpengaruh dan menentukan seperti apa mereka nantinya,” tuturnya.
Maka dari itu, dalam menyikapi persoalan krusial seperti ini, orang tua harus perlahan mendedahkan berbagai pertimbangan untuk menyarankan yang terbaik. Salah satunya, Maria menyarankan orang tua untuk kembali menilai karakter dan kemampuan anak dengan mendalam.
“Orang tua dapat membantu anak untuk menentukan dan memilih masa depan terbaik untuk anaknya. Namun, mereka juga perlu memperhatikan karakter dan kemampuan anak dalam memilih sekolah agar anak bisa menikmati proses pembelajaran,” jelasnya.
Akan tetapi, bagi orang tua yang masih mengalami kesulitan dalam memilah-milah bayangan ke depannya. Maria menyarankan untuk memilih jalan tengah menggunakan tes bakat dan minat, yang diutamakan dilakukan saat anak duduk di bangku menengah pertama sehingga bisa menimbang lebih awal. Hasilnya, akan diketahui arah pendidikan selanjutnya yang lebih spesifik.
“Tes bakat minat ini mungkin sudah bisa mulai dilakukan saat anak SMP, jadi bisa menentukan apakah akan memilih jalur akademik atau vokasional,” ujarnya.
Menyesuaikan Tuntutan & Talenta
Menimbang hasil tes yang menunjukkan kecenderungan bakat anak pada beberapa bidang tertentu. Orang tua selanjutnya dapat mulai menyaring dengan berdiskusi, mana yang lebih anak sukai. Komunikasi ini akan menuntun orang tua dan anak pada hasil yang lebih akurat.
Sebabnya, saat ini, banyak penjurusan di sekolah yang harus dipilih anak. Sebelum itu, anak bahkan harus memilih sekolah yang sesuai dengan dirinya. Apabila anak cenderung memiliki kompetensi khusus yang potensial, pendidikan vokasi menjadi pilihan tepat sebagai keputusan pertama.
Pasalnya, di tengah kemajuan teknologi ini, anak akan dihadapkan dengan tantangan lain berupa persaingan ketat dalam industri yang tidak pandang bulu. Dengan latar belakang yang tidak linear, atau bahkan menyia-nyiakan waktu dalam pembelajaran umum, bukan tidak mungkin anak akan tertinggal.
Dengan demikian, pendidikan vokasi atau yang lebih dikenali dengan sekolah menengah kejuruan (SMK) menjadi keputusan yang tepat. Setelahnya, pemilihan konsentrasi kompetensi akan lebih mudah mengingat pertimbangan ini akan dipersempit dengan pemilihan sekolah yang sudah dilakukan di awal. Akan tetapi, bukan berarti kebutuhan akan keterlibatan orang tua berkurang.
Seorang siswa SMK bernama Rizky asal Sukoharjo, Jawa Tengah, mengatakan bahwa dirinya menerima pendampingan dari orang tua dalam melalui fase ini. Menurutnya, sulit untuk membuat berbagai keputusan tentang pendidikan seorang diri ketika dirinya masih sering tidak acuh terhadap berbagai hal kecil yang memerlukan ketelitian. Maka dari itu, peranan orang tua sangat membantunya.
“Keterlibatan ibu saya sangat banyak dalam menentukan sekolah, masuk SMK, maupun saat menentukan jurusan,” ujar Rizky kepada Tirto.id.
Sebuah studi dari California State University menyoroti bahwa hal serupa tidak hanya dialami Rizky. Hasil penelitian tersebut menunjukkan konsistensi terhadap dampak keterlibatan orang tua kepada hampir seluruh populasi siswa sekolah menengah dengan latar beragam latar belakang di Amerika Serikat.
"These results highlight the consistency of the impact of parental involvement.The results on the influence of overall parental involvement should cheer those who desire to know whether parental involvement holds across populations and cultures. Although the United States is a diverse country, the impact of parental involvement apparently holds across different types of populations of children," ungkap studi tersebut.
Tak heran, peranan orang tua dibutuhkan untuk selalu mendampingi anaknya. Meskipun sudah berusia remaja, adanya orang tua di sisi anak dapat membantu mengoptimalkan kemampuannya.
Maka, sudah sepatutnya pendidikan anak menarik perhatian besar orang tua. Apabila anak unggul dalam kompetensi tertentu, orang tua harus menjadi yang pertama menyadari bahwa kemampuan itu harus ditonjolkan. Diasah lebih lanjut untuk makin berkembang.
Ambil contoh pada anak yang terampil dalam tata boga, pendidikan yang seharusnya diambil tentu bukan pengetahuan alam, melainkan tata boga di SMK. Dengan demikian, anak bisa mengembangkan keterampilan dirinya dengan lebih matang.
Penguasaan keahlian yang menjadi fokus pendidikan vokasi mendorong anak untuk sukses di masa depan dengan berbekal kompetensinya. Selain itu, ketersediaan pilihan kompetensi lainnya di SMK yang sesuai untuk anak menjadi nilai tambah pendidikan vokasi sebagai pilihan.
Hal ini disebabkan pilihan tersebut tidak hanya menghadirkan tata boga atau akuntansi, tetapi sudah ada berbagai kompetensi seni, fesyen, sampai teknologi, dengan berbagai turunan kompetensi, yang sesuai dengan tuntutan dari pasar kerja hari ini.
Kesesuaian kompetensi yang diasah dengan kebutuhan pasar tidak hanya menguntungkan untuk anak, melainkan juga kariernya ke depan. Dengan lebih dulu unggul seperti ini, anak akan siap bersaing dengan bakat yang terasah mendalam. Lebih-lebih, SMK menunjang potensi siswanya untuk masuk pasar kerja dengan sertifikasi. Tanpa perlu melanjutkan pendidikan lagi.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis