Menuju konten utama

Apakah Anak Kecil Boleh Puasa Setengah Hari & Penjelasan Dokter

Berikut penjelasan dokter tentang boleh tidaknya anak kecil puasa setengah hari.

Apakah Anak Kecil Boleh Puasa Setengah Hari & Penjelasan Dokter
Ilustrasi Buka Puasa. FOTO/IStockphoto

tirto.id - Bulan suci Ramadhan 1444 H bagi umat Islam telah tiba dan sedang berlangsung.

Bulan suci tersebut mewajibkan bagi seluruh umat muslim untuk menunaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh.

Meskipun demikian, tidak semua orang dapat dikenai kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa.

Terdapat beberapa syarat yang mesti dipenuhi bagi umat muslim untuk menjalankan puasa yakni anak kecil yang belum baligh, orang gila, perempuan yang sedang haid,atau orang tua yang tidak mampu untuk berpuasa.

Kendati demikian, umat muslim yang tidak memenuhi persyaratan di atas maka kewajiban menjalankan ibadah puasa dapat ditinggalkan, bahkan tidak berdosa untuk meninggalkannya.

Hal tersebut dimaksudkan guna mempermudah umat muslim dalam menjalani ibadahnya satu bulan penuh.

Selain itu, meskipun anak-anak tidak diberi beban wajib untuk menjalankan ibadah puasa, tetapi anak-anak dapat tetap diajarkan menjalankan ibadah puasa dari orang tuanya agar kelak setelah baligh mampu menjalankan syariat agama tersebut.

Sebagaimana ukuran baligh yang dikehendaki adalah keluarnya air mani dari kemaluan si anak laki-laki, baik ketika dalam keadaan tidur maupun dalam keadaan terjaga. Sedangkan bagi anak perempuan, keluarnya haid pada batas usia minimal 9 tahun.

Berangkat dari paparan di atas, maka penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak agar dapat terbiasa berpuasa.

Cara mengajarkan anak berpuasa yang perlu diketahui oleh orang tua dapat disimak melalui paparan berikut ini.

Usia Ideal Anak Berpuasa

Sebagaimana syarat berpuasa bagi umat muslim adalah baligh, maka anak yang belum mengalami fase baligh dapat meninggalkan ibadah puasa.

Akan tetapi orang tua perlu mengajari mereka cara berpuasa agar dapat terbiasa menjalani ibadah Ramadhan kelak.

Dikutip Antara, Cut Nurul Hafifah, Dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik menjelaskan, anak yang telah berusia tujuh tahun telah dapat diajari untuk menjalankan ibadah puasa oleh orang tuanya.

Hal tersebut dikarenakan, pada usia tersebut dampak kesehatan yang tidak diinginkan akibat berpuasa dapat diminimalisir.

Menurut dokter yang praktek di RS Pondok Indah ini, ibadah puasa dapat mengubah kondisi tubuh anak.

Setelah menjalani puasa selama enam jam tubuh akan memecah cadangan gula dalam tubuh sehingga dapat menjaga kadar gula dalam darah.

Apabila ibadah puasa dilanjutkan hingga mencapai 16 jam, maka perlahan cadangan gula akan habis.

Sehingga tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi. Kemudian, protein sebagai zat pembangun tubuh akan menjaga seluruh komponen terakhir yang dipakai selama menjalani ibadah puasa.

Sejalan dengan itu, semakin kecil usia anak maka cadangan gula akan semakin sedikit. Akibatnya, anak atau balita dapat berisiko mengalami hipoglikemia yakni kurangnya kadar gula dalam tubuh.

Karenanya, ia menganjurkan bagi orang tua untuk mengajarkan ibadah puasa ketika sang anak telah berusia tujuh tahun.

Sehingga segala risiko akibat kurangnya cadangan gula dapat berkurang, serta kemampuan anak ketika memasuki usia baligh dalam menahan lapar dan haus dapat membantu mereka dalam menjalani ibadah puasa.

Kemudian, selama menjalani latihan ibadah puasa, penting bagi orang tua untuk menerapkan metode pelatihan yang bertahap.

Sebagai contoh, metode bertahap ini dapat digunakan orang tua untuk mengajari anak berpuasa dengan cara menahan lapar dan haus selama dua jam, kemudian naik menjadi tiga jam, kemudian dapat ditingkatkan lagi menjadi setengah hari, hingga mampu menjalani ibadah puasa selama seharian.

Menganjurkan anak untuk berpuasa setengah hari diperbolehkan guna membantu anak agar terbiasa mengendalikan rasa lapar dan hausnya sehingga mampu menjalani ibadah puasa secara penuh.

Baca juga artikel terkait PUASA SETENGAH HARI atau tulisan lainnya dari Mohamad Ichsanudin Adnan

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Mohamad Ichsanudin Adnan
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Dhita Koesno