tirto.id - Apakah Anda tahu perbedaan IQ, EQ, dan SQ? Jika belum tahu, ternyata ketiga konsep ini memiliki pengertian yang berbeda.
Berikut ini penjelasan singkat dan sederhana mengenai ketiga konsep tersebut.
Pengertian IQ dan Klasifikasinya
Manusia adalah makhluk hidup yang sangat kompleks. Salah satu elemen penting yang membuat manusia berfungsi secara utuh adalah otak.
Menurut makalah ilmiah yang diterbitkan oleh IAIN Tulungagung, otak manusia terdiri dari berbagai lapisan.
Lapisan terluar disebut neo-cortex yang membuat manusia mampu berhitung, belajar aljabar, mengoperasikan komputer, belajar bahasa Inggris, dan lainnya.
Dari penggunaan lapisan otak bernama neo-cortex inilah lahir konsep Intelligence Quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual.
Jadi, kecerdasan intelektual adalah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat–alat berpikir, dan menurut laman RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, IQ memiliki keterkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, respons atau tanggapan mengenai hal-hal yang ada di sekitar, serta kemampuan seseorang mempelajari materi-materi bilangan seperti matematika.
Selama ini, hasil tes IQ sering dianggap sebagai tolok ukur untuk mengukur kecerdasan seseorang.
Hasil tes IQ itu kemudian mengategorikan kecerdasan seseorang dalam beberapa klasifikasi berikut ini:
- Genius >=160
- Sangat cerdas 140-159
- Cerdas 120-139
- Di atas rata-rata 110-119
- Rata-rata 90-100
- Di bawah rata-rata 80-89
- Borderline 70-79
Ada banyak faktor dalam diri seseorang yang menentukan kecerdasan maupun kesuksesannya, di antaranya adalah EQ dan SQ.
Lau apakah beda IQ dengan EQ dan SQ?
Beda IQ dengan EQ dan SQ
Menurut laman RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengontrol emosi diri sendiri, orang sekitar, dan kelompok.
Ada 5 kemampuan emosional yang bisa dimiliki seseorang, di antaranya adalah:
- Kesadaran diri
- Kontrol diri
- Kemampuan sosial
- Empati
- Motivasi
Sementara itu, Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual adalah cara untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memaknai kehidupannya, dan tidak ada hubungannya dengan agama maupun kerohanian.
Singkatnya, ketika seseorang dengan kemampuan EQ dan IQ yang ia miliki, berhasil meraih kesuksesan, terkadang batinnya bisa merasa hampa.
Di sinilah kecerdasan spiritual hadir melengkapi IQ dan EQ, agar hidup seseorang terasa lebih bermakna.
Kegiatan Untuk Meningkatkan IQ Orang Dewasa dan Anak-Anak
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan IQ pada orang dewasa dan anak-anak.
Berikut adalah beberapa cara sederhana yang bisa Anda dan anak-anak lakukan dalam aktivitas keseharian, seperti dilansir dari Healthline.
1. Menjaga aktivitas memori, seperti:
* mengisi teka-teki silang
* bermain puzzle
* bermain kartu konsentrasi, atau mencocokkan kartu
* bermain sudoku
2. Melakukan kegiatan yang dapat mengontrol aktivitas kognitif, seperti:
* bermain scrabble
* bermain pictionary
* bermain lampu merah, lampu hijau
* bermain brainteasers, seperti teka-teki agar dapat memecahkan masalah
3. Melakukan penalaran visuospasial, seperti:
* membaca dan menafsirkan peta
* memecahkan permainan labirin
* melakukan kegiatan yang melibatkan perspektif
* bermain dengan model 3-D
* bermain prisma terbuka
4. Meningkatkan keterampilan relasional, seperti
* menggunakan buku pembelajaran bahasa untuk berlatih membedakan beberapa kalimat, seperti “ini adalah…” dan “itu adalah…”
* berlatih melakukan perbandingan objek (cangkir penuh dibandingkan dengan cangkir kosong)
* berlatih membandingkan jumlah (sen dibandingkan dengan sepeser pun)
5. Bermain alat musik
Sebuah studi membuktikan, berlatih musik selama 75 menit per minggu, selama 12 minggu berturut-turut, akan meningkatkan skor IQ secara signifikan pada anak usia prasekolah.
Selain itu, studi pada 2021 juga menunjukkan bahwa berlatih musik instrumental secara rutin dapat meningkatkan beberapa fungsi kognitif pada anak usia 6-7 tahun.
6. Mempelajari bahasa baru
Sebuah studi terbaru menemukan hubungan antara mempelajari bahasa baru dan tingkat IQ.
Hasilnya, pembelajaran bahasa baru yang dilakukan melalui pembicaraan dan interaksi aktif, selama 18 hingga 24 bulan, amat bermanfaat meningkatkan kemampuan kognitif.
Mempelajari bahasa baru pada usia berapa pun, terutama pada usia balita, menurut studi itu ternyata bisa membantu meningkatkan kemampuan kognitif secara keseluruhan, dan kemampuan berpikir kritis.
7. Sering membaca buku
Buku terbukti amat bermanfaat dalam perkembangan kognitif manusia.
Sebuah studi terbaru menunjukkan, ketika orang tua membacakan buku kepada anaknya dengan suara keras, anak tersebut akan memiliki keterampilan dan perkembangan bahasa serta kognitif yang lebih baik.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno