Menuju konten utama

Apa Perbedaan Zionis, Yahudi, & Israel dalam Konflik Palestina?

Berikut ini adalah perbedaan Zionis, Yahudi dan Israel dalam Konflik Palestina.

Apa Perbedaan Zionis, Yahudi, & Israel dalam Konflik Palestina?
Diperkirakan 12.000 orang duduk di Madison Square Garden, New York, menghadiri “unjuk rasa darurat untuk Israel” pada tanggal 25 Februari 1957. Unjuk rasa tersebut merupakan protes terhadap sanksi terhadap Israel yang diusulkan di PBB. Rabbi Irving Miller, yang merupakan ketua dewan Zionis Amerika, mewakili seluruh organisasi Zionis di Amerika Serikat, memimpin pertemuan tersebut. (AP Photo/Matty Zimmerman)

tirto.id - Penggunaan istilah Zionis, Yahudi, dan Israel sering muncul seiring meningkatnya intensitas konflik antara Israel-Hamas Palestina di bulan Oktober 2023 ini.

Dalam perkembangannya, seringkali tindakan Israel terhadap Palestina (belum diakui sebagai negara) dianggap sebagai gerakan Zionis. Bahkan, mereka selalu dikaitkan dengan Yahudi.

Lantas, bagaimana cara membedakan seseorang atau gerakan itu termasuk Zionis, Yahudi, atau justru murni dilakukan Israel sebagai sebuah negara?

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah sejarah singkat dan berurutan terkait perbedaan antara Yahudi, Zionis, serta terbentuknya Israel:

  • Yahudi

Yahudi merupakan sebuah kata dari bahasa Ibrani, yakni Yehud. Secara etimologi, Yahudi berasal dari kata Judah atau Yehudah. Mereka adalah sebuah aliran atau gerakan agama.

Kerap juga disebut sebagai Judaisme, yakni aliran pemikiran dan gerakan agama Yahudi.

Istilah lain, Yahudi juga bisa bermakna sebuah agama, etnis, atau bangsa

Dalam pengertian yang lebih luas, seperti menurut laman Britannica, seseorang bisa disebut Yahudi jika memiliki garis keturunan Ibrani dari Alkitab.

Sejarah awal Yahudi dimulai dari salah satu suku Israel zaman kuno yang paling banyak memiliki keturunan, yakni Yehuda. Mereka termasuk di antara putra Yakub.

Dalam perkembangannya, bangsa Yahudi ini tersebar di penjuru dunia, termasuk di negara Israel, AS, seantero Eropa, bahkan Indonesia.

Artinya, Yahudi bisa mengarah pada agama, suku, maupun bangsa. Namun, keberadaannya tidak terpusat di satu tempat saja dan ada di sejumlah negara dengan populasi berbeda.

Saat ini, terdapat 3 tipologi aliran Yahudi, yakni Yahudi Pembaharu (Reformasi), Yahudi Ortodoks, serta Yahudi Konservatif.

  • Zionis

Zionis atau zionisme berasal dari kata zion atau sion. Zion termasuk pengucapan bahasa Inggris. Dalam bahasa Latin disebut sion. Sedangkan bahasa Ibrani mengatakan sebagai tsyon.

Artinya ialah bukit, merujuk pada bukit suci Jerussalem dan simbol dalam konsep "teokrasi Yahudi".

Zion atau sion bisa dimaknai bukit yang tinggi, tempat berdirinya bukit suci Nabi Sulaiman atau Solomon.

Dalam jurnal "Sejarah Zionisme dan Berdirinya Negara Israel" oleh Andi Satrianingsih dan Zaenal Abidin tahun 2016, istilah zion muncul pertama kali di kitab Perjanjian Lama ketika Raja Daud mendirikan kerajaan tahun 1000-969 SM dan dituliskan hingga 152 kali.

Mengutip keterangan Britannica, zionisme termasuk gerakan nasionalis Yahudi. Mereka bertujuan untuk mendirikan negara nasional Yahudi di Palestina yang dianggap sebagai tanah air kuno orang Yahudi.

Pada mulanya, zionisme berkembang di Eropa timur dan tengah mulai akhir abad 19. Theodore Hertzl kemudian mempopulerkan gerakan ini di Vienna tahun 1895 dan berpuncak via Kongres Zionisme I di Bazel, Swiss, pada 1897.

Lewat gerakan zionisme ini lantas banyak orang-orang Yahudi yang eksodus ke Palestina sejak 1930.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Yahudi sebagai agama maupun bangsa tidak pasti mendukung atau termasuk dalam gerakan Zionisme.

Banyak di antara warga Yahudi lebih memilih tetap tinggal di negara asal dan tidak ikut mendatangi Palestina.

Sebaliknya, Zionisme sudah pasti terdiri dari warga atau penganut Yahudi yang memiliki agenda utama mendirikan negara di tanah Palestina bagi para diaspora.

  • Israel

Berdirinya Israel tidak terlepas dari gencarnya semangat Zionisme kaum Yahudi. Lambat laun, komunitas Yahudi yang tinggal di Palestina semakin membesar.

Setelah kejatuhan Khilafah Islamiyah dan Inggris yang meninggalkan tanah Palestina, negara Israel berdiri di Palestina pada 14 Mei 1948.

Meskipun keberadaannya menimbulkan beberapa konflik, seperti Perang Arab Israel 1948, Perang 6 Hari 1967, Perang Yom Kippur 1973, hingga perang melawan sejumlah faksi di Palestina, negara Israel tetap menunjukkan eksistensi hingga sekarang.

Israel juga sudah menjadi anggota PBB dan diakui secara internasional sejak 1949 silam. Di lain sisi, Palestina sendiri tak kunjung diterima sebagai negara anggota PBB.

Di wilayah yang saat ini dikuasai Israel atau yang masuk teritori negara Israel, penghuninya tidak hanya umat maupun warga Yahudi.

Menurut data Israel Central Bureau of Statistics, populasi di Israel berjumlah 9,7 juta hingga Desember 2022.

Kendati 70 persen adalah mayoritas Yahudi, juga terdapat 20 persen warga Arab. Sedangkan komunitas lain adalah Druze, Aram, Armenia, Assyria, Circassia, Samarita, hingga Maronite.

Dengan demikian, orang Israel belum tentu umat Yahudi lantaran di dalamnya terdapat sejumlah komunitas bangsa lain.

Artinya, tidak semua orang Israel pasti mendukung gerakan Zionisme. Selain itu, tidak semua umat Yahudi juga tergabung ke dalam gerakan tersebut.

Yahudi sebagai komunitas terbesar di Israel juga belum tentu mendukung gerakan Zionisme lantaran masih banyak yang memilih tinggal di luar Israel.

Baca juga artikel terkait PERANG ISRAEL VS PALESTINA atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Politik
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto