tirto.id - Okupasi terapi merupakan terapi yang dilakukan terhadap anak atau orang dewasa agar mereka dapat mandiri dan berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan sekadar aktivitas biasa, namun terapi ini mampu merangsang berbagai sensor tubuh seseorang.
Terapi okupasi terdiri dari dua kata, yakni "therapy" yang berarti terapi dan "occupational" yang berarti pekerjaan.
Ketika kedua kata tersebut digabungkan, maka terapi okupasi berarti terapi yang menunjukkan suatu aktivitas kepada para penderita agar dapat produktif dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sejalan dengan penjelasan di atas, situs RS Hermina menjabarkan bahwa terapi okupasi mencakup kegiatan bermain, membantu diri sendiri, dan melakukan hal yang menyenangkan lainnya.
Namun, aktivitas tersebut dibedakan untuk anak-anak dan orang dewasa.
Terapi yang biasa dijalankan untuk anak-anak disebut sebagai “bermain”. Sedangkan untuk orang dewasa, disebut sebagai aktivitas “kerja”.
Pasien dan Fokus dari Terapi Okupasi
Terapi okupasi dilakukan untuk penderita yang sesuai, misalnya seseorang yang menderita kesulitan belajar, autism spectrum disorder, stroke, cerebral palsy, gangguan sensor, gangguan genetik, down syndrome, keterlambatan perkembangan, dan ADHD (Attention Deficit Hiperactive Disorder).
Berdasarkan catatan situs resmi RSUD Mardiwaluyo, terungkap ada beberapa aspek yang terkandung dan menjadi fokus dalam terapi okupasi.
Hal tersebut meliputi sensori integrasi, terapi perilaku, dan sensori training.
Berikut ini penjelasan mengenai ketiga hal tersebut:
1. Sensori Integrasi
Pada bagian ini, terapi okupasi memberikan tindakan agar seseorang dapat diperbaiki fungsi sensorinya.
Fungsi sensori tersebut mencakup, perabaan, keseimbangan, pengecapan, persendian, penglihatan, penciuman, dan pendengaran.
2. Terapi Perilaku
Pada bagian ini, okupasi terapi menjalankan program untuk menyembuhkan perilaku serta kontrol diri seseorang agar mereka dapat menanggapi hal sesuai dengan harapan pemberi terapi.
3. Sensori Retraining
Pada bagian ini, tindakan pada okupasi terapi dilakukan untuk menyembuhakn fungsi sensori yang berkurang atau menghilang.
Biasanya, hal ini dilakukan pada orang yang terkena penyakit sensor, misal perabaan atau penciuman.
Fungsi dan Tujuan Terapi Okupasi
Tujuan atau fungsi okupasi terapi adalah memberikan penerapan kepada pasien secara terarah demi membangkitkan fungsi seseorang, meliputi kemandirian dan kehidupan sehari-harinya.
Dalam catatan (hlm. 8-10), dituliskan bahwa fungsi dan tujuan terapi okupasi dibagi menjadi dua, yakni khusus untuk pasien yang mengalami penyakit mental dan pasien yang bermasalah di fisiknya.
Pasien yang memiliki permasalahan mental/jiwa:
- Memberikan suatu kondisi di mana pasien dapat mengembangkan kemampuan serta bisa berinteraksi dengan lingkungannya.
- Memberikan bantuan kepada mereka untuk melampiaskan gerakan emosi yang masih dalam batas wajar serta produktif.
- Mencarikan pasien pekerjaan yang selaras dengan bakat serta keadaan pasien.
- Memberikan saran dengan menggunakan data jika pasien memang memerlukan terapi lain.
- Memberi pengajaran terkait kegiatan sehari-hari.
- Memberikan bantuan kepada pasien agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan rumahnya.
- Meningkatkan rasa toleransi kerja, pemeliharaan, dan kemampuan pasien.
- Memfasilitasi pasien agar dapat belajar menemukan pekerjaan yang tepat.
- Menyadarkan pasien bahwa kenyataan harus diterima dan masa terapi musti dimanfaatkan dengan efektif.
- Memberikan saran minat atau hobi kepada pasien.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno