Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Apa Itu Sum'ah dalam Islam: Contoh dan Cara Menghindarinya

Berikut ini akan dijelaskan pengertian sum'ah, cara menghindari sifat sum'ah, contoh perilaku sumah, hadits tentang sum'ah, dan manfaat menghindari sum'ah.

Apa Itu Sum'ah dalam Islam: Contoh dan Cara Menghindarinya
Apa Itu Sum'ah dalam Islam: Contoh dan Cara Menghindarinya. Ilustrasi Sedekah yang dipertontonkan kepada orang lain. foto/IStockphoto

tirto.id - Sum'ah adalah gemar memperdengarkan, dan secara istilah sifat sum’ah merupakan sifat seseorang yang gemar memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadahnya kepada orang lain dengan tujuan agar mendapat pujian atau sanjungan.

Lalu adakah hadits tentang sum'ah, dan apa saja contoh perilaku sum'ah, serta manfaat menghindari sum'ah? Baca terus artikel ini untuk penjelasan lengkapnya.

Dalam Islam, sum'ah termasuk dalam sifat tercela yang menyebabkan amal ibadah menjadi sia-sia. Sifat sum’ah bisa muncul pada diri seseorang pada saat melakukan ibadah ataupun setelah melakukannya.

Hadits Tentang Sum'ah

Perbuatan sum'ah tentu saja dilarang dalam Islam,Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah seorang hamba berdiri di dunia ini dalam keadaan berlaku sum'ah dan riya kecuali Allah akan memperdengarkan aibnya kepada seluruh mahluk pada hari kiamat nanti'. (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Salah satu hadits tentang sum'ah ini menjelaskan agar jangan manusia mempertontonkan sifat sum'ah, karena Allah SWT tidak menyukainya dan jika dilakukan, maka aib orang tersebut akan ditunjukkan saat hari kiamat nanti.

Kemudian seperti diriwayatkan Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Barangsiapa yang berbuat sum’ah, maka akan diperlakukan dengan demikian oleh Allah, dan siapa yang berbuat riya' maka ia akan dibalas dengan riya'." (HR. Bukhari)

Contoh perilaku sum'ah seperti senang menunjukkan amal ibadahnya, misalnya salat, maka ibadah salatnya tidak akan mendapat pahala, dan tidak mencapai tujuan yang dimaksud.

Sebab tujuan salat adalah menghadapkan segenap hati dan jiwa kepada Allah SWT serta mengagungkan kebesaran dan kekuasaan-Nya, dan memanjatkan syukur atas segala rahmat-Nya.

Sedang orang yang salat karena sum'ah, perhatiannya bukan tertuju kepada Allah, melainkan kepada orang yang diharapkan akan memuji dan menyanjungnya.

Sebagian orang ingin dipuji dan disanjung atas suatu kebajikan yang dilakukannya, seperti dipuji karena telah bersedekah kepada orang lain.

Orang yang melakukan amal saleh dengan mengharapkan pujian dan terima kasih dari yang menerima kebaikannya atau dari orang lain, bila pada suatu ketika dia merasa kurang dipuji dan kurang ucapan terima kasih kepadanya dari si penerima atau kurang penghargaan si penerima maka, dia akan merasa sangat kecewa.

Dalam keadaan demikian, sangat besar kemungkinan dia akan mengucapkan kata-kata yang menyinggung perasaan si penerima, sehingga amal ibadahnya tidak akan mendatangkan pahala di sisi Allah.

Contoh Perilaku Sum'ah

Dikutip dari bahan ajar Kurikulum Merdeka "Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X" terbitan Kemdikbud, berikut ini beberapa contoh orang yang memiliki sifat sum'ah baik dari niat maupun perbuatan:

  1. Seseorang berkata bahwa ia ikhlas beribadah karena Allah, padahal dalam hatinya tidak demikian, maka hal ini termasuk riya atau sum'ah dalam niat.
  2. Seseorang memperlihatkan badan yang kurus dan wajah pucat agar disangka sedang berpuasa dan menghabiskan waktu malam untuk salat tahajud.
  3. Seseorang memakai baju muslim lengkap dengan surbannya agar disangka sebagai orang saleh.
  4. Seseorang memperlihatkan tanda hitam di dahi agar disangka sebagai ahli sujud.

Cara Menghindari Sifat Sum'ah

Agar amal ibadah yang kita lakukan tetap mendapat pahala dan cara menghindari sifat sum'ah, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:

1. Meluruskan niat

Semua amal tergantung kepada niat. Niatkan segala amal dan ibadah semata hanya karena Allah SWT, bukan karena keinginan agar dipuji oleh orang lain.

Oleh karenanya, sangat penting meluruskan niat sebelum melakukan amal ibadah.

2. Menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah SWT

Kebanyakan manusia sering melupakan nikmat yang diterima dari Allah SWT. Mereka beranggapan bahwa harta dan kedudukan yang diperoleh merupakan hasil kerja kerasnya.

Anggapan seperti inilah yang memicu sifat riya’ dan sum’ah. Padahal, semua itu adalah amanah dan pemberian dari Allah SWT.

3. Memohon pertolongan Allah SWT

Sebagai manusia, tentu kita memiliki keterbatasan dan tidak mungkin semua masalah bisa diselesaikan tanpa bantuan pihak lain.

Karenanya sebagai makhluk yang lemah, kita sepatutnya berdoa memohon pertolongan Allah SWT, termasuk mohon kekuatan agar terhindar dari sifat riya’ dan sum’ah.

4. Memperbanyak rasa syukur

Pada hakikatnya, setiap amal ibadah yang dilakukan oleh seseorang merupakan karunia dari Allah SWT. Oleh sebab itu, seharusnya kita banyak-banyak bersyukur kepada-Nya.

Dengan sering memperbanyak rasa syukur, maka kita tidak akan berharap mendapat pujian dari orang lain.

5. Mengingat kematian

Kehidupan di dunia hanya sementara, sedangkan akhirat kekal abadi. Pujian dari manusia tidak punya arti apa pun.

Dan tidak mungkin menjadi sebab diperolehnya pahala dari Allah SWT. Justru pujian dari manusia berpotensi membuat kita lalai, dan menjerumuskan ke neraka. Karena itu, mengingat kematian salah satu cara agar kita terhindar dari sum'ah.

6. Membiasakan hidup sederhana

Meskipun memiliki uang, harta melimpah, pangkat dan kedudukan tinggi, haruslah tetap hidup sederhana.

Kesederhanaan dapat membuat seseorang menjadi lebih ikhlas dalam melakukan setiap amal ibadah. Sementara pujian dari orang lain tidak akan berpengaruh terhadap keikhlasannya.

Baca juga artikel terkait SUMAH atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Dhita Koesno