Menuju konten utama

Ibadah Shalat: Praktik, Inti hingga Hikmahnya dalam Agama Islam

Sejak Isra dan Mikraj yang terjadi pada 621 Masehi sebelum hijriah umat Islam menerima kewajiban salat lima waktu.

Ibadah Shalat: Praktik, Inti hingga Hikmahnya dalam Agama Islam
Umat Islam melaksanakan Shalat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.

tirto.id - Salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan seorang muslim adalah salat lima waktu dalam sehari semalam. Selain salat wajib, ada juga salat sunah yang beragam macamnya.

Kedudukan salat dalam Islam adalah sebagai tiang agama. Saking agungnya kedudukan salat, praktik ini diperintahkan langsung oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad di peristiwa Isra dan Mikraj.

Ibadah salat juga menjadi pembeda antara orang mukmin dan orang kafir. Selain itu, jika dikerjakan secara khusyuk, salat dapat meluruskan akhlak seorang muslim dan menjauhkannya dari perbuatan munkar.

Dalam bahasa Arab, salat artinya doa. Orang yang salat adalah orang yang memohon suatu permintaan baik kepada Tuhannya. Penggambaran salat dengan makna ini tertuang dalam Al-Quran surah At-Taubah ayat 103:

“Dan salatlah [berdoalah] untuk mereka. Sesungguhnya doa yang kamu panjatkan itu [menjadi] ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. At-Taubah [9]:103).

Kemudian, secara istilah, salat artinya rangkaian ibadah terdiri dari ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir, serta diakhiri dengan salam dan dilengkapi syarat-syarat yang telah ditentukan, sebagaimana dikutip dari kitab Fathul Qarib (2005) yang ditulis Muhammad bin Qasim Al-Gharabili.

Sejarah Salat dalam Islam

Perintah salat wajib lima waktu ditetapkan dalam peristiwa Isra dan Mikraj ketika Nabi Muhammad diperjalankan dari Ka'bah ke Baitul Maqdis (Isra), lantas dari Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha (Mikraj) hanya dengan waktu semalam.

Di Sidratul Muntaha atau langit ketujuh itulah, Rasulullah SAW mendapat perintah salat 50 kali dalam sehari semalam bagi umat beliau.

Setelah itu, Nabi Muhammad turun, saat melewati Nabi Musa di tingkatan langit di bawahnya, beliau ditanya tentang kewajiban salat. Nabi Musa yang sudah berpengalaman melakukan dakwah Islam meminta Nabi Muhammad untuk kembali menghadap Allah agar memohon keringanan.

Kejadian itu terjadi berulang kali sampai Nabi Muhammad mendapatkan kewajiban salat lima waktu dalam sehari. Dalam hal ini pun, Nabi Musa masih menyarankan agar Rasulullah kembali menghadap Allah agar kewajiban salat dikurangi karena masih terlalu berat bagi umat Islam, namun Nabi Muhammad merasa malu karena sudah berkali-kali memohon keringanan kepada Allah SWT.

Sejak Isra dan Mikraj yang terjadi pada 621 Masehi sebelum hijriah itu, umat Islam menerima kewajiban salat lima waktu dan harus menjalankannya secara rutin dan tertib.

Hikmah Salat dalam Islam

Kedudukan salat yang agung dalam Islam memiliki sejumlah hikmah tertentu. Dalam hal keimanan, salat bahkan dianggap sebagai pembeda antara orang Islam dan orang kafir.

Hal ini tergambar dalam sabda Rasulullah SAW: "Perjanjian antara kami [orang Islam] dengan mereka [orang kafir] adalah mengenai salat, barangsiapa meninggalkannya [salat] maka dia telah kafir,” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah). Di riwayat lain, Umar bin Khattab pernah berkata: “Tidak ada Islam bagi orang yang tidak menegakkan salat.

Apa saja hikmah-hikmah salat? Berikut ini rinciannya sebagaimana dilansir NU Online.

1. Merendahkan diri kepada Allah dengan salat

Salah satu gerakan dalam salat adalah posisi sujud. Ketika dalam posisi ini, seorang hamba merunduk, merendahkan diri, bahkan hingga mencium lantai.

Posisi sujud menjadi pengingat bagi manusia akan kerendahannya di hadapan Allah Sang Pencipta. Di hadapan Allah, manusia hanyalah hamba yang rapuh dan lemah sehingga wajib tunduk secara mutlak kepada-Nya.

2. Meluruskan akhlak dan mencegah perbuatan mungkar

Jika dikerjakan dengan khusyuk dan dihayati secara mendalam, ibadah salat dapat menjauhkan seorang muslim dari perbuatan dosa dan mungkar.

Hal ini tergambar dalam firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 45: “Sesungguhnya salat itu mencegah dari [perbuatan-perbuatan] keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah [salat] adalah lebih besar [keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain]. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Ankabut [29]: 45).

3. Bertobat dan meminta ampun melalui salat

Dalam sehari dan semalam, setidaknya seorang muslim mendirikan salat sebanyak lima kali. Artinya, ia dapat berdoa, mengingat Allah, meminta ampun, kembali kepada Allah, karena memang pada dasarnya dalam sehari semalam, tidaklah mungkin manusia terluput dari dosa, baik disengaja ataupun tidak.

Dengan mengingat dan memohon ampun itulah, seorang hamba dapat menyucikan dirinya dan berusaha menghindari perbuatan dosa, serta tidak mengulangi lagi kesalahannya.

4. Mengokohkan akidah dan Iman

Setiap hari, godaan dan kenikmatan dunia senantiasa membayang-bayangi kehidupan seorang muslim. Dengan ibadah shalat, ia akan menebalkan keyakinan dan keimanannya.

Dalam Islam, kedudukan salat dianalogikan sebagai tiang agama, sebagaimana tergambar dalam sabda Rasulullah SAW: "Salat itu adalah tiang agama [Islam], maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merobohkan agamanya,” (H.R. Baihaqi).

Dengan mendirikan salat, tiang Islam akan dipancangkan dalam diri seorang muslim. Keimanan dan akidahnya kian kokoh, serta tidak mudah goyah terhadap godaan duniawi.

Baca juga artikel terkait SHALAT atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Yulaika Ramadhani