Menuju konten utama

Apa Dampak Equinox untuk Manusia dan Kapan Terjadi?

Kapan fenomena astronomi Equinox terjadi di Indonesia? Simak dampak Equinox untuk manusia.

Apa Dampak Equinox untuk Manusia dan Kapan Terjadi?
Warga melintas di padang rumput saat matahari terbenam di Depok, Jawa Barat, Jum'at (22/9/2017). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Belakangan fenomena astronomi Equinox akan dialami oleh Indonesia ramai diperbincangkan. Hal ini membuat tidak sedikit orang yang ingin tahu apa dampak Equinox untuk manusia dan kapan terjadinya?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa Equinox terjadi di Indonesia pada hari ini, 21 Maret 2024. Fenomena ini juga akan terjadi kembali di Tanah Air pada 23 September 2024.

Equinox adalah fenomena astronomi saat posisi matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa atau ekuator. National Weather Service menulis, Equinox hanya terjadi dua kali dalam setahun ketika sumbu Bumi tidak miring ke arah atau menjauhi matahari, yang menghasilkan jumlah siang dan malam yang "hampir" sama di semua garis lintang.

Kata ekuinoks berasal dari dua kata dalam bahasa Latin, yaitu aequus (sama) dan nox (malam). Di khatulistiwa, matahari berada tepat di atas kepala pada siang hari pada kedua ekuinoks ini.

Waktu siang dan malam yang "hampir" sama disebabkan oleh pembiasan sinar matahari atau pembelokan sinar matahari yang menyebabkan matahari tampak di atas cakrawala ketika posisi matahari yang sebenarnya berada di bawah cakrawala.

Selain itu, hari-hari menjadi sedikit lebih panjang di lintang yang lebih tinggi (yang berada jauh dari khatulistiwa) karena matahari membutuhkan waktu lebih lama untuk terbit dan terbenam.

Oleh karena itu, pada saat Equinox dan selama beberapa hari sebelum dan sesudah Equinox, panjang hari akan berkisar dari sekitar 12 jam enam setengah menit di khatulistiwa, hingga 12 jam 8 menit pada lintang 30 derajat, hingga 12 jam 16 menit pada lintang 60 derajat.

Apa Dampak Equinox untuk Manusia?

Meski terjadi perbedaan posisi matahari saat Equinox terjadi, fenomena ini tidak akan berdampak signifikan terhadap manusia.

Hal tersebut disampaikan oleh Prakirwaran Cuaca BMKG, Ummul Choir, yang menyebut bahwa panas bumi ketika Equinox mungkin sedikit meningkat, khususnya bagi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa. Tetapi hal ini tidak akan menghasilkan kenaikan suhu secara ekstrem.

“Pada saat fenomena ini terjadi, matahari dengan bumi memiliki jarak yang paling dekat, dan sebagai konsekuensinya, wilayah tropis sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum,” ujar Ummul Choir kepada Antara pada Rabu (20/3/2024).

“Kendati demikian, fenomena ini tidak serta merta mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis ataupun ekstrem. Biasanya, suhu maksimum rata-rata di wilayah Indonesia berada pada kisaran 32 – 36 derajat Celsius,” ucapnya.

Seperti dijelaskan oleh Ummul Choir, National Geographic mencatat, ketika Equinox terjadi, khatulistiwa, pada garis lintang 0°, akan menerima intensitas maksimum sinar matahari sepanjang tahun.

Akibatnya, daerah yang berada di dekat Khatulistiwa mengalami sinar matahari yang relatif konstan dan variasi Equinox yang kecil. Equinox dan musim langit umumnya memiliki dampak yang lebih kecil daripada pola yang digerakkan oleh iklim seperti curah hujan (musim hujan dan musim kemarau).

Namun, Equinox dapat menyebabkan gangguan pada satelit. Pasalnya, selama Equinox matahari berada tepat di belakang satelit di orbit geostasioner di khatulistiwa. Berada tepat di atas titik subsolar, satelit-satelit tersebut dibanjiri radiasi matahari langsung.

Radiasi matahari ini dapat mengganggu dan bahkan menghentikan satelit dalam memancarkan sinyal. Banyak satelit komunikasi yang mengorbit di sekitar khatulistiwa, dan konsumen dapat mengalami koneksi Internet yang lambat, radio statis, atau layar televisi yang membeku selama Equinox.

Baca juga artikel terkait DAMPAK EQUINOX atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra