Menuju konten utama

Apa Arti Chauvinisme, Sejarah, Dampak Beserta Contohnya?

Menurut KBBI, chauvinisme adalah sikap atau cinta kepada tanah air yang sangat berlebihan.

Apa Arti Chauvinisme, Sejarah, Dampak Beserta Contohnya?
Ilustrasi Buku. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Chauvinisme adalah istilah yang dipakai untuk merujuk kepada sikap kesetiaan ekstrem terhadap suatu pihak atau keyakinan tanpa mau mempertimbangan pandangan alternatif. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, chauvinisme diartikan sebagai sikap atau cinta kepada tanah air yang sangat berlebihan.

Amazine mencatat, pada awalnya, istilah ini digunakan dalam konteks politik dan kenegaraan. Namun seiring dengan waktu, chauvinisme mulai mencakup wilayah yang lebih luas lagi.

Pada dasarnya, chauvinisme ini dianggap sebagai hasil dari kebanggaan terhadap identitas nasional yang berlebihan, sehingga merasa lebih unggul dibandingkan negara lain.

Chauvinisme tidak hanya menunjukkan loyalitas atau ikatan dengan kelompok, tetapi mencakup kebencian atau permusuhan terhadap kelompok lain yang menentang. Istilah ini juga sering digunakan sekitar tahun 1960-an oleh kaum feminis untuk merujuk pada “chauvinisme laki-laki” atau pandangan agresif sekaligus seksis yang dipegang oleh pria terhdap wanita.

Chauvinsime juga disebut sebagai nasionailsme. Dalam sejarahnya, chauvinisme diambil dari sosok asal Perancis (1839) bernama Nicholas Chauvin, prajurit Grand Armee Napoleon, yang mengidolakan Napoleon Bonaparte dan Kekaisaran lama. Sikap Nicholas yang berlebihan terhadap pemerintahan Napoleon dianggap sebagai "kepercayaan berlebihan, juga pada keunggulan ras seseorang".

Interpretasi Baru tentang Chauvinisme

Baru pada tahun 1870 'chauvin' mulai dikenal dalam Bahasa Inggris sebagai 'chauvinisme'. Kata itu juga memperoleh arti yang lebih luas dan digunakan untuk menggambarkan "dukungan yang berlebihan atau berprasangka buruk terhadap tujuan, atau kelompok yang berbeda."

Sekitar seabad kemudian, arti 'chauvinisme' diubah sekali lagi. Kali ini, kata sifat konotatif 'laki-laki' dilampirkan pada kata tersebut dan dimaksudkan untuk menggambarkan pandangan yang dianut oleh beberapa pria bahwa jenis kelamin perempuan lebih rendah dari mereka.

'Chauvinisme' dapat diterapkan pada berbagai keyakinan dan paling umum digunakan sebagai sinonim untuk 'misogynism' atau memupuk kebencian terhadap perempuan.

Hal itu juga terjadi saat Perang Dunia II. Keseimbangan tenaga kerja berubah saat itu, ketika pria meninggalkan posisi mereka untuk berperang, wanita mulai menggantikan mereka.

Setelah perang berakhir, pria kembali ke rumah untuk mencari pekerjaan di tempat kerja yang sekarang ditempati oleh wanita. Hal tersebut "mengancam harga diri banyak pria."

Kini, di era modern, makna chauvinsime juga mulai bergeser dan dilakukan perempuan. Dalam jurnal On Gender Chauvisinme, chauvinisme perempuan adalah keyakinan bahwa perempuan secara moral lebih tinggi daripada laki-laki, dan dianggap anti-feminis.

Infografik Chauvinisme

Infografik Chauvinisme. tirto.id/Fuad

Dampak Chauvinisme

Dampak positif:

  • Mempersatukan warga negaranya agar tunduk terhadap pemerintahan;
  • Daya juang masyarakat tinggi untuk membela bangsa dan negara;
  • Mempermudah pemerintah untuk mengarahkan arah gerak negara;
  • Membuat warga negara memiliki tujuan yang satu, entah itu untuk mengalahkan negara lain atau melampauinya.

Dampak negatif:

  • Bisa menimbulkan peperangan dan pertikaian antar bangsa dan negara jika tidak ada persamaan;
  • Memperkeruh atau merusak perdamaian dunia karena tertutup terhadap negara lain (tidak menerima saran);
  • Makin tertutup dan sulit bersosialisasi dengan orang lain;
  • Paham chauvinisme yang terlalu berlebihan membuat seseorang malas menjalin tali persahabatan dengan bangsa lain.

Baca juga artikel terkait CHAUVINISME atau tulisan lainnya dari Desika Pemita

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Desika Pemita
Penulis: Desika Pemita
Editor: Alexander Haryanto