tirto.id - Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyoroti peristiwa melambungnya biaya uang kuliah tunggal (UKT) di sederet universitas negeri di Indonesia.
Anies menyebutkan, anggaran biaya untuk dunia pendidikan memang mahal. Negara dinilai harus menanggung biaya mahal tersebut.
Kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini, masyarakat berpenghasilan tinggi mampu membayar biaya mahal untuk kuliah. Sementara itu, masyarakat berpenghasilan rendah bisa menerima subsidi dari pemerintah.
"Yang kesulitan itu adalah mahasiswa dari keluarga tengah. Mau dibilang miskin, dia tidak miskin. Mau dibilang makmur, dia keluarganya belum makmur," katanya di Muara Baru, Jakarta Utara, Minggu (19/5/2024).
Anies menyatakan, program bantuan khusus warga berpenghasilan menengah hampir tak difasilitasi pemerintah. Lantas, ia menilai, pemerintah harus menambah alokasi anggaran untuk pendidikan.
Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini berujar bahwa pendidikan tinggi merupakan kebutuhan utama warga. Sebab, melalui pendidikan tinggi, warga berkesempatan menaikkan kesejahteraan keluarganya.
"Di Indonesia, pendidikan tinggi adalah eskalator sosial ekonomi. Yang dapatkan akses pendidikan tinggi, derajat kesempatan pekerjaannya lebih tinggi, kesempatan sejahtera lebih tinggi," ucap Anies.
"Karena itulah mengapa pendidikan tinggi itu harus dapat alokasi yang lebih banyak, sehingga tidak mengalami situasi seperti sekarang," imbuh dia.
Katanya, jika biaya UKT terus meningkat, hanya keluarga mampu yang bisa menguliahkan anak-anaknya. Sementara itu, keluarga tak mampu akan terus berada di status warga berpenghasilan menengah ke bawah.
"Persoalannya sederhana sekali. Biaya pendidikan tinggi [itu] mahal, kepada siapa itu dibebankan? Kepada keluarga atau negara? Itu hal mendasarnya. Selama itu tidak dibereskan, kita hanya mendiskusikan persentase, [persoalan] enggak akan pernah selesai," pungkas Anies.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Fahreza Rizky