Menuju konten utama

Angin Segar: Dari Insentif hingga Beasiswa Bagi Guru Nonformal

Ratusan ribu guru honorer dan nonformal di Indonesia menerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) serta beasiswa afirmasi S1/D4 sebagai bentuk apresiasi pemerintah.

Angin Segar: Dari Insentif hingga Beasiswa Bagi Guru Nonformal
Ilustrasi guru sedang mengajar di kelas. foto/ANTARA

tirto.id - Iis Solihat tak kuasa menahan haru saat menerima kabar bahwa dirinya menjadi salah satu penerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) dari pemerintah. Sebagai guru honorer di PAUD Harapan Bunda, Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Kota Depok, Iis merupakan satu dari 253.407 guru non-formal di seluruh Indonesia yang mendapatkan bantuan senilai Rp600 ribu.

BSU yang diterima Iis menjadi bagian dari kado istimewa pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Bantuan ini termasuk dalam tiga program unggulan, yakni insentif bagi guru non-ASN, subsidi upah bagi pendidik nonformal, serta bantuan afirmasi untuk peningkatan kualifikasi akademik S1 atau D4 khusus bagi guru PAUD dan SD.

Sebagai guru PAUD, Iis hanya menerima honor sekitar Rp500 ribu per bulan. Meski harus berjuang keras memenuhi kebutuhan keluarga, kecintaannya pada profesi tak pernah luntur.

“BSU ini Alhamdulillah menambah manfaat bagi saya. Sehingga dapat membantu saya baik dalam perekonomian maupun menunjang kualitas saya sebagai guru dalam proses belajar mengajar dengan anak didik kami di sekolah,” ujarnya pada Tirto, Selasa (23/9/2025).

Bagi Iis, bantuan yang diterimanya bukan sekadar dukungan finansial, melainkan juga bentuk perhatian dan pengakuan atas dedikasi para guru PAUD nonformal di seluruh Indonesia.

“Karena kami guru PAUD, kalau dibilang gaji nggak seberapa, ya memang begitu. Tapi kami tetap bersyukur dan ikhlas dalam mendidik anak-anak kami,” katanya.

Adanya BSU ini, menurut Iis, turut membangkitkan semangatnya untuk terus mengabdi. Ia berharap program ini berlanjut di masa depan karena dampaknya nyata, baik untuk kebutuhan hidup maupun mendukung pengajaran di kelas.

“Saya berharap bantuan seperti ini bisa terus berlanjut, karena sangat membantu, baik dalam kehidupan saya sehari-hari maupun dalam menunjang peran saya sebagai guru di sekolah,” ucapnya.

Total ada 288.637 guru non-formal yang menerima BSU. Dengan rincian 32.800 guru penerima insentif dan 255.837 guru non insentif, dengan alokasi anggaran Rp153 miliar.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan, program bantuan ini adalah bentuk penghargaan atas peran strategis para guru.

“Dengan kado ini, para guru, sebagai garda terdepan pendidikan, diharapkan meningkatkan kinerja dan kompetensi guna meningkatkan kualitas pembelajaran untuk kemajuan pendidikan dan pembentukan karakter bangsa,” kata Mu’ti.

Beasiswa Untuk Meningkatkan Kapasitas Guru

Selain BSU, pemerintah juga mendorong peningkatan kualifikasi akademik guru PAUD dan SD melalui program beasiswa pemenuhan kualifikasi afirmasi S1/D4 dengan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Program ini memberi kesempatan kepada 12.500 guru untuk melanjutkan pendidikan ke S1/D4, yang dilaksanakan di 112 perguruan tinggi mitra dengan anggaran Rp37,5 miliar.

Salah satu penerima manfaat adalah Nurhayati, guru TK Persis Al Falah di Garut, Jawa Barat. Setelah lebih dari dua dekade mengabdi, ia akhirnya berkesempatan melanjutkan pendidikan yang lama tertunda.

“Sebelumnya saya mengajar di RA Riyadus Sholihin 6, Kabupaten Bandung, dari tahun 2004 hingga 2007. Setelah itu, saya pindah ke Garut dan sejak tahun 2007 saya aktif mengajar di TK Persis Al Falah hingga sekarang,” tutur Nurhayati, Rabu (24/9/2025).

Nurhayati menempuh pendidikan D2 pada 2002, lalu mulai mengajar. Pada 2012 ia sempat kuliah S1, namun terhenti karena menikah, hamil, melahirkan, dan merawat ibunya yang sakit. Tahun 2017 ia kembali mencoba, tetapi kehamilan anak keempat membuatnya kembali menunda studinya.

Nurhayati paham benar bahwa Undang-Undang Guru dan Dosen tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mewajibkan pendidik memiliki kualifikasi minimal S1. Namun, keterbatasan finansial dan tanggung jawab keluarga membuatnya harus berkali-kali menunda keinginan (dan kewajiban) untuk lanjut studi.

“Kami paham tentang aturan pemerintah bahwa guru harus S1. Tapi cobalah dipikirkan solusinya untuk kami yang tidak mampu melanjutkan sekolah karena berbagai faktor. Misal buat saya yang sudah berumah tangga, kebutuhan itu tidak hanya untuk pribadi sendiri,” ujarnya.

Pada 20 Agustus 2025, Nurhayati mendapat informasi program beasiswa pemenuhan kualifikasi afirmasi S1/D4 untuk guru yang belum lulus S1. Dengan bantuan anaknya, ia mendaftar meski mepet. Pada 10 September, ia dinyatakan lolos seleksi dan mendapatkan kesempatan melanjutkan studi S1 di Universitas Muhammadiyah Bandung dengan sistem pembelajaran daring dan semua biaya ditanggung pemerintah. Bagi Nurhayati, ini adalah jawaban dari doa panjang.

“Guru yang bahagia, insyaallah akan menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Ilmu itu adalah jalan menuju kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat,” ujarnya.

Ia berterima kasih kepada Kemendikdasmen yang memberi solusi nyata. “Kemendikdasmen saat ini tidak hanya memikirkan aturan untuk para guru tetapi memberikan solusi,” katanya.

Menurutnya, langkah tersebut secara tidak langsung mencerminkan jati diri seorang pemimpin sejati. “Terima kasih Bapak Menteri telah memfasilitasi saya untuk bisa melanjutkan kualifikasi saya sebagai pendidik untuk memenuhi kualifikasi S1 nya. Ini menurut saya keberhasilan seorang pemimpin,” pungkasnya.

Kisah Bu Erin, Dukungan Nyata Lainnya

Serupa dengan Nurhayati, Erin Riana Dewi, guru SD Negeri Katulampa II, Bogor, adalah penerima beasiswa program RPL. Mengajar sejak 2004, ia baru diangkat ASN pada 2014. Latar belakangnya Diploma 2, namun keterbatasan biaya membuatnya sulit melanjutkan kuliah.

Sekitar setahun lalu ia ikut sosialisasi program beasiswa. Dua bulan kemudian, ia dinyatakan lolos dan diterima di Universitas Mohammad Husni Thamrin Jakarta. Menurutnya, program ini sangat membantu terutama dari segi pembiayaan yang selama ini menjadi kendala utama. Ia juga menilai program ini memberikan kesempatan bagi guru-guru seperti dirinya untuk menambah wawasan, meningkatkan kompetensi, serta memenuhi syarat kualifikasi sesuai amanat Undang-Undang.

“Sangat membantu sekali. Karena memang kadang-kadang kita guru pasti mempunyai problem masing-masing ya, dan kalau saya mungkin dari segi biaya. Makanya, dengan program ini sangat membantu sekali,” katanya.

Erin menambahkan, kesempatan kuliah S1 membuatnya lebih percaya diri dalam mengajar. “Berdampak positif dari sisi kinerja kita sebagai guru dan dalam melakukan proses pembelajaran. Karena itu menambah wawasan keilmuan kita, kompetensi kita juga makin meningkat,” ujarnya.

Pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai langkah ini sebagai terobosan penting. Menurutnya, dukungan terhadap guru honorer, terutama yang berpenghasilan rendah, adalah bentuk penghargaan profesi guru.

Lebih lanjut, ia menyebut pemerintah tidak akan merugi jika memberikan subsidi kepada guru termasuk guru swasta. Hal ini disebabkan lembaga-lembaga pendidikan swasta ini sejak lama telah berperan besar dalam meningkatkan angka partisipasi pendidikan, bahkan jauh sebelum pemerintah mampu membangun sekolah-sekolah negeri secara merata.

“Prinsipnya saya apresiasi atas kebijakan itu, karena sangat menolong guru-guru honorer, terutama yang di sekolah swasta dengan gaji sangat rendah. Saya kira ini perkembangan baru untuk menghargai profesi guru,” ujarnya, Selasa (23/9/2025).

Ia menekankan, pendidikan swasta telah lama berkontribusi besar pada peningkatan akses pendidikan di Indonesia. Karena itu, subsidi kepada guru swasta sekalipun tetap memberi manfaat luas.

“Jadi ini merupakan terobosan yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, untuk membantu para guru honorer. Memang ini baru permulaan, tapi kalau diteruskan, saya kira akan mendapat apresiasi banyak dari masyarakat,” ucapnya.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN atau tulisan lainnya dari Tirto Creative Lab

tirto.id - Edusains
Penulis: Tirto Creative Lab