Menuju konten utama

Air Liur Anjing Najis menurut Islam dan Penjelasan Ilmiah Rabies

Alasan air liur anjing najis menurut Islam dan penjelasan ilmiah terkait rabies akibat gigitan anjing.

Air Liur Anjing Najis menurut Islam dan Penjelasan Ilmiah Rabies
ilustrasi anjing rabies. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Penjelasan dasar terkait hewan yang tergolong najis dan haram dalam Islam terdapat di Surah Al-An'am ayat 145.

قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَىٰ طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ

Artinya: "Katakanlah, 'tiadalah aku peroleh dalam waktu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, darah yang mengalir, atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor.'"

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa babi jelas termasuk najis. Kata ganti 'ha' di dalamnya merujuk pada babi yang disebut rijsun 'kotor'.

Lantas, bagaimana dengan najisnya anjing? Apakah semua anggota tubuhnya tergolong najis atau cuma air liur saja?

Hukum tentang Najisnya Air Liur Anjing dalam Islam

Terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama terkait bagian tubuh anjing yang tergolong najis. Namun, ulama bersepakat bahwa air liurnya sudah pasti najis.

Kesepakatan itu merujuk pada hadis riwayat Imam Muslim. Nabi Muhammad saw. bersabda:

“Sucinya bejana di antara kalian yaitu apabila anjing menjilatnya adalah dengan dicuci tujuh kali dan awalnya dengan tanah.” (HR. Muslim no. 279)

Dalam hadis tersebut diterangkan, najis yang ditimbulkan oleh anjing berasal dari jilatannya. Air liur anjing menempel tersebut mesti dibersihkan. Meski anjing memiliki najis pada air liurnya, para ulama berselisih pendapat mengenai najis tersebut apakah juga termasuk pada seluruh anggota tubuh anjing, atau tidak.

Dalam artikel NU Online berjudul "Ini Pandangan Ulama Perihal Najis Anjing" yang ditulis Alhafiz Kurniawan dijelaskan terkait perbedaan pandangan para ulama.

Mazhab Syafi'i dan salah satu dari dua riwayat Imam Ahmad berpendapat bahwa seluruh tubuh anjing, termasuk bulunya, tergolong najis. Sementara itu, mazhab Hanafi menganggap bulu anjing sebagai sesuatu yang suci tetapi air liurnya tetap najis.

Namun, para ulama sepakat bahwa cara penyucian akibat najis liur anjing dilakukan dengan membasuh memakai air dan tanah tanah. Pandangan sebagian ulama mazhab Maliki terkait metode ini tertuang dalam kitab Bidayatul Mujtahid, yang menerangkan bahwa pembasuhan pakai tanah menjadi kaidah pengobatan karena kemungkinan air liur anjing mengandung kuman.

Cara menyucikan sesuatu yang terkena jilatan anjing adalah dengan membasuhnya sebanyak tujuh kali. Hal itu sesuai riwayat Imam Muslim dan Bukhari.

“Jika anjing minum di salah satu bejana di antara kalian, maka cucilah bejana tersebut sebanyak tujuh kali.” (HR. Bukhari, no. 172 dan Muslim, no. 279).

Dalam riwayat lain disebutkan, “Yang pertama dengan tanah [debu].” (HR. Muslim, no. 279)

Dalam hadits Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika anjing menjilat [walagho] di salah satu bejana kalian, cucilah sebanyak tujuh kali dan gosoklah yang kedelapan dengan tanah [debu].” (HR. Muslim, no. 280).

Bahaya Air Liur Anjing dan Manfaat Tanah untuk Menyucikannya

Dalam Islam, Rasulullah saw. telah mengingatkan umatnya untuk mewaspadai air liur anjing. Apapun yang terkena kontak dengan air liur tersebut sebaiknya segera disucikan dengan tujuh kali bilasan air, dan salah satunya disertai basuhan tanah. Fakta mengenai bahaya liur anjing banyak dikuak dalam penelitian medis modern.

I Ghasemzadeh dan SH Namazi dalam penelitiannya berjudul "Review of Bacterial and Viral Zoonotic Infections Transmitted by Dogs" menyebutkan, anjing menjadi perantara utama berbagai jenis infeksi zoonosis. Hewan ini bisa menularkan sebagian penyakit yang disebabkan virus dan bakteri ke manusia melalui berbagai cara.

Perantaraan penyakit zoonosis bisa melalui air liur, percikan cairan anjing, urin, hingga feses yang sudah terkontaminasi bibit penyakit.

Beberapa jenis virus yang menular dari perantara anjing antara lain rabies dan norovirus. Di sisi lain, ada banyak bakteri berbahaya yang terdapat pada air liur anjing seperti Pasteurella, Salmonella, Brucella, Yersinia enterocolitica, Campylobacter, Capnocytophaga, Bordetella bronchiseptica, Coxiella burnetii, Leptospira, hingga Staphylococcus intermedius.

Staphylococcus intermedius termasuk dalam kelompok Coagulase Positive Staphylococci (CPS), yakni patogen yang dapat menular pada manusia. Penularan parasit ini terjadi melalui kontak langsung.

Situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC) turut memberikan catatan mengenai risiko kesehatan dari air liur anjing. Banyak ditemukan jenis bakteri Capnocytophaga hidup di mulut anjing, termasuk kucing. Namun, bakteri ini tidak membuat anjing dan kucing sakit.

Masalah akan terjadi bila bakteri tersebut sampai menular pada manusia lewat kontak dekat, gigitan, atau cakaran. Jika tubuh orang tersebut memiliki kekebalan tubuh baik, bakteri tidak menimbulkan penyakit. Sebaliknya, saat kekebalan tubuh lemah, bakteri Capnocytophaga dapat memicu penyakit.

Risiko penyakit yang dapat muncul dari Capnocytophaga yaitu radang selaput yang mengelilingi janin dalam kandungan (korioamnionitis). Janin yang terinfeksi bisa mengalami penurunan berat badan saat lahir serta infeksi serius pada aliran darah atau jaringan tubuh (sepsis).

Menurut Jayne E. Gustafson dalam studinya bertajuk "Do Dogs, Cats, or Humans have the Most Bacteria in Their Mouths?" (2002), anjing memiliki koloni bakteri terbesar dalam air liurnya, dengan total 53 koloni. Pertumbuhan koloni bakteri ini berlangsung cepat dan mempunyai berbagai variasi warna.

Jenis koloni paling sering ditemui adalah Staphylococcus sp. Bakteri dari jenis tersebut dikenal sebagai pemicu otitis eksterna, kardiomiopati dan endokarditis, keracunan makanan wabah, bakteremia pada kateter, pneumonia, dan abses otak pada manusia.

Kerja sama penelitian antara Universitas Airlangga dan Ghent University, Belgia, berjudul "The Total Count of CPS on Hand Holding Dog Swab in UNAIR Animal Hospital, Before and After Cleaning based on Islamic Rules and Cleaning Using Soap" (2018) menyebutkan, tanah mampu mengurangi jumlah mikroorganisme patogen yang memapar sesuatu, seefektif pemakaian sabun.

Dalam penelitian itu terbukti bahwa tanah yang dipakai sebagai sarana penyucian air liur anjing dapat mengurangi mikroorganisme lebih baik ketimbang sabun, terutama bakteri Staphylococcus atau CPS.

Keunggulan tanah sebagai sarana pembersihan disebabkan adanya unsur yang bertindak sebagai antibakteri. Tanah membantu mengendalikan pertumbuhan bakteri berbahaya.

Selain itu, tanah dapat membasmi mikroorganisme yang menimbulkan infeksi, mencegah pembusukan dan kerusakan.

Mekanisme penghambatan senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah terbentuk. Perubahan itu terjadi pada permeabilitas membran sitoplasma yang mengakibatkan keluarnya makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

Kendati demikian, tanah yang digunakan untuk bersuci dari air liur anjing tetap dicari yang suci dan bersifat menyucikan. Sebagai misal, tanah yang dipilih terbebas dari kotoran binatang, bangkai, darah, dan sebagainya.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Fadli Nasrudin