tirto.id - Pada akhir abad ini, sebanyak satu miliar orang diprediksi terkena penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Para ilmuwan mengungkapkan fenomena itu akibat dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Neglected Tropical Diseases menjelaskan, penyakit yang disebabkan nyamuk seperti demam berdarah bahkan berisiko pada daerah iklimnya tidak cocok untuk pertumbuhan nyamuk.
Hal ini karena virus yang dibawa terkenal eksplosif ketika mereka muncul di tempat yang tepat dalam kondisi yang tepat.
"Perubahan iklim adalah ancaman terbesar dan paling komprehensif terhadap keamanan kesehatan global. Nyamuk hanya bagian dari tantangan, tetapi setelah wabah Zika di Brasil pada 2015, kami terutama khawatir tentang apa yang terjadi selanjutnya," kata ahli biologi perubahan global Colin J. Carlson, penulis utama studi baru ini.
Dengan pemanasan global, kata para ilmuwan, hampir semua populasi dunia dapat terpapar pada titik tertentu dalam 50 tahun ke depan. Ketika suhu meningkat, mereka mengharapkan transmisi sepanjang tahun di daerah tropis dan risiko musiman hampir di tempat lain. Mereka juga memprediksi intensitas infeksi yang lebih besar.
"Penyakit-penyakit ini, yang kami anggap sebagai penyakit yang hanya terjadi di daerah tropis, telah muncul di daerah-daerah dengan iklim yang bukan tropis seperti Florida, karena manusia sangat pandai memindahkan serangga dan patogen mereka di seluruh dunia," jelas Sadie J.Ryan, pemimpin penelitian dari geografi medis di Florida.
"Risiko penularan penyakit adalah masalah serius, bahkan selama beberapa dekade berikutnya. Tempat-tempat seperti Eropa, Amerika Utara, dan dataran tinggi di daerah tropis yang dulunya terlalu dingin untuk virus akan menghadapi penyakit baru seperti demam berdarah,” tambah Carlson.
Perubahan iklim yang lebih parah akan menghasilkan paparan populasi yang lebih buruk secara proporsional untuk nyamuk Aedes aegypti.
Akan tetapi di daerah-daerah dengan peningkatan iklim terburuk, termasuk Afrika Barat dan Asia Tenggara, penurunan yang serius diperkirakan terjadi pada nyamuk Aedes albopictus, nyamuk yang disebut membawa demam berdarah, chikungunya, dan Zika.
Tim peneliti mengamati suhu dari bulan ke bulan untuk memproyeksikan risiko hingga tahun 2050 dan 2080. Pemodelan tersebut tidak memprediksi jenis nyamuk mana yang akan bermigrasi, melainkan memperhitungkan iklim di mana penyebarannya.
"Berdasarkan apa yang kita ketahui tentang pergerakan nyamuk dari satu daerah ke daerah lain, 50 tahun adalah waktu yang cukup lama dan kami berharap penyebaran yang signifikan dari kedua jenis serangga, terutama Aedes aegypti yang tumbuh subur di lingkungan perkotaan," jelas Carlson.
"Ini hanya satu studi untuk mulai memahami tantangan cepat yang kita hadapi dengan pemanasan global. Kami memiliki tugas besar di depan. Kami perlu mengetahui patogen demi patogen, wilayah demi wilayah, ketika masalah akan muncul sehingga kami dapat merencanakan respons kesehatan global," tambah Carlson seperti dilansir Georgetown University.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) nyamuk adalah salah satu hewan paling mematikan di dunia, membawa penyakit yang menyebabkan jutaan kematian setiap tahun.
Aedes aegypti dan Aedes albopictus dapat membawa virus dengue, chikunguyna dan Zika, serta setidaknya selusin penyakit lain yang muncul yang menurut para peneliti bisa menjadi ancaman dalam 50 tahun ke depan.
Editor: Dipna Videlia Putsanra