Menuju konten utama
Dunia Anak

Yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Mengajak Anak Nonton Bioskop

Orang tua harus memahami risiko paparan suara keras di bioskop terhadap kesehatan telinga anak dan bijak menentukan film yang relevan untuk anak.

Yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Mengajak Anak Nonton Bioskop
Header Diajeng Seri Hiburan Anak. tirto.id/Quita

tirto.id - "Sedikit demi sedikit engkau akan berteman pahit, luapkanlah saja bila harus menangis..."

Sering dengar potongan lirik lagu di atas akhir-akhir ini? Atau, justru anakmu yang sedang tergila-gila dan gemar menyanyikannya setiap hari?

Popularitas soundtrack dari film Jumbo (2025) karya sutradara Ryan Adriandhy tersebut ternyata berbanding lurus dengan ketenaran filmnya.

Memasuki hari ke-36 setelah rilis perdana pada musim Lebaran lalu, Jumbo sudah ditonton lebih dari 8,7 juta penonton.

Film ini mengisahkan tentang Don, seorang anak laki-laki yang sering diejek karena ukuran tubuhnya yang besar sehingga mendapat julukan Jumbo.

Don berusaha membuktikan kemampuannya dengan membuat pertunjukan bakat menggunakan buku dongeng peninggalan orang tuanya.

Hanya dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, Don menjadi idola baru anak-anak Indonesia.

Mereka berbondong-bondong mengantre bersama orang tuanya untuk memasuki studio bioskop.

Anak-anak ternyata merupakan kelompok demografi yang cukup menikmati pengalaman nonton bioskop.

Menurut survei terhadap 1.600 anak-anak usia 7-14 tahun di Denmark pada 2020, nyaris separuh responden (47 persen) pergi ke bioskop setiap tiga bulan. Dalam satu tahun, bisa dibilang semua responden anak (92 persen) pergi ke bioskop.

Sementara itu, survei terhadap 2.000 orang tua dan anak usia 5-13 tahun di Inggris mengungkapkan bahwa menonton bioskop adalah aktivitas hiburan keluarga yang paling dinanti-nantikan (69 persen) seiring masyarakat memulai kebiasaan baru kala pandemi COVID-19 pada 2020 lalu.

Bioskop menjadi pilihan utama setelah aktivitas pergi ke taman bermain (68 persen), taman hiburan (56 persen), atau sekadar berjalan kaki (48 persen).

Meski tergolong sebagai hiburan yang mengasyikkan dan edukatif bagi keluarga, orang tua perlu mempertimbangkan sejumlah faktor penting sebelum memutuskan mengajak anak ke bioskop.

Menimbang dari sisi kesehatan, misalnya, paparan suara yang terlalu keras dan terlalu lama dari stereo gedung bioskop berpotensi membahayakan gendang telinga bayi dan anak-anak.

Di lingkup pengasuhan dan pendidikan anak usia dini, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan tingkat kebisingan dipertahankan pada level ≤35 desibel selama setidaknya 80 persen waktu.

Nyatanya, kebisingan di dalam gedung bioskop melebihi rekomendasi batas aman tersebut.

Seperti disebutkan National Institute on Deafness and Other Communication Disorders menyebutkan bahwa kebisingan di dalam bioskop berkisar dari 74 sampai 104 desibel—lebih keras daripada aktivitas berbincang-bincang (60-70 desibel).

Penting diingat, paparan yang lama dan berulang oleh kebisingan di atas 85 desibel berpotensi menimbulkan isu pada kesehatan telinga.

Menurut Psikolog Klinis Anak dan Dewasa dari Be Sha Counseling, Marsya Rezkita Dewi, M.Psi., Psikolog, umumnya anak-anak sudah siap diajak menonton film di bioskop pada usia 5 tahun.

Tingkat risiko terhadap kesehatan fisik dan psikologis dari aktivitas nonton bioskop pada anak berusia 5 tahun cenderung lebih rendah dibandingkan mereka yang usianya lebih muda.

Marsya menegaskan sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan orang tua ketika mengajak anak nonton film di bioskop.

"Apakah anak bisa fokus menonton sehingga tidak rewel dan berisik? Relate atau tidak dengan cerita filmnya? Ketika diajak ke bioskop, kondisi kesehatan anak sedang oke, tidak?" papar Marsya.

Marsya mendorong orang tua untuk mengikuti anjuran AAP tentang batas aman suara keras saat hendak mengajak anak menonton film di bioskop.

Ini penting dilakukan dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kerusakan pada indera pendengaran anak.

"Kerusakan pendengaran umumnya memang terjadi karena terpapar suara berisik dalam jangka waktu berkepanjangan, akan tetapi alangkah lebih baiknya kita fokus pada mitigasi alih-alih tindakan kuratif," tegasnya.

Menurut Marsya, ditinjau dari sisi psikologis, anak usia 4-5 tahun berada dalam fase pra-operasional.

Fase tersebut merupakan tahap di mana kemampuan berpikir simbolik anak sudah cukup matang. Selain itu, daya atensi anak mulai stabil karena mereka sudah bisa fokus untuk durasi waktu 30 sampai 60 menit.

Sepanjang rentang usia itu pula anak juga sudah mulai memiliki pemahaman dasar tentang cerita, tokoh, dan alur cerita sederhana.

"Jadi, anak dapat mengikuti cerita di layar, mengenal ekspresi tokoh, dan mulai bisa membedakan bahwa film adalah buatan atau khayalan—meskipun nalarnya belum sempurna seperti orang dewasa," papar Marsya.

Marsya pun menyarankan agar orang tua mengajak anak menonton film dengan durasi yang sesuai dengan kondisi fisik anak.

"Carilah film yang dikategorikan untuk SU (Semua Umur), seperti Inside Out, Garfield, atau Migration," kata Marsya.

Saran serupa juga ditekankan oleh pakar pengasuhan Elizabeth Pantley.

"Temukan film yang dirancang khusus untuk anak-anak yang memiliki karakter yang akan dikenali atau menarik untuk ditonton oleh anak kalian," ujar Pantley dikutip dari The Bump.

"Alur cerita bukanlah hal terpenting pada masa balita. Adegan yang hidup dan menyenangkan untuk ditonton adalah pilihan terbaik," imbuhnya.

Nah, agar kegiatan menonton bioskop berjalan lancar, orang tua dapat mempertimbangkan beberapa saran praktis berikut.

Melansir BabyCenter, orang tua sebaiknya memilih kursi di dekat lorong untuk mempermudah akses keluar, terutama ketika anak merasa gelisah atau ingin buru-buru pergi ke toilet.

Saran lain adalah memilih pertunjukan film pada siang hari dan pada hari kerja sehingga suasana tidak terlalu ramai.

Dan yang tak kalah penting, persiapkan camilan untuk bisa dinikmati bersama di dalam studio.

Bagaimana, sudah siap ajak si kecil menonton film di bioskop?

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Putri Annisa

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Putri Annisa
Penulis: Putri Annisa
Editor: Sekar Kinasih