tirto.id - Organisasi Program Pangan Dunia (World Food Programme atau WFP), salah satu lembaga yang didirikan FAO PBB, meminta perlindungan pada bandara dan pelabuhan Lebanon yang menjadi lokasi kedatangan pasokan pangan dan distribusi bantuan kemanusiaan dari berbagai pihak ke kamp pengungsi Lebanon, Suriah, Palestina dan daerah sekitar.
“Apa yang saya saksikan dan saya dengar, situasinya benar-benar menghancurkan, tetapi hal ini dapat menjadi lebih buruk. Apa yang kami serukan adalah upaya diplomatik, semua upaya diplomatik yang memungkinkan untuk mencoba menemukan solusi politik," tutur Wakil Direktur Eksekutif WFP, Carl Skau, di New York usai berkunjung ke Beirut sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Senin (14/10/2024).
"Kami sangat prihatin pada banyak hal, dan salah satunya adalah karena kami sangat membutuhkan pelabuhan dan rute pasokan untuk terus dapat beroperasi. Jadi itu adalah sesuatu yang selalu kami tekankan dan serukan,” lanjut Skau.
Skau pun mengatakan, harga makanan telah melambung tinggi akibat konflik Israel-Hizbullah meski bandara dan beberapa pelabuhan masih berfungsi.
Saat ini, pemerintah Lebanon melaporkan sekitar 1,2 juta pengungsi di negara tersebut. Mereka mencatat sekitar 200 ribu orang berada di beberapa tempat yang menerima bantuan makanan dari WFP.
WFP sendiri melaporkan mereka telah menimbun makanan untuk sekitar 1 juta orang atau sekitar seperlima warga Lebanon. Makanan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan.
Akan tetapi, WFP berupaya menimbun makanan lebih banyak agar bisa memberikan makan kepada para pengungsi hingga akhir tahun 2024. Saat ini, WFP telah menerima makanan dari Yordania menuju Lebanon lewat Suriah via jalur darat. Akan tetapi, serangan Israel di jalan-jalan yang menjadi lokasi perbatasan Lebanon dan Suriah pada Oktober 2024 lalu memutus jalur untuk menyebrangi perbatasan.
Di sisi lain, Israel terus berupaya meminta PBB agar memindahkan pasukan perdamaian PBB (United Nations Interim Force in Lebanon atau UNIFIL) dari lokasi mereka yang dekat dengan kubu Hizbullah di Lebanon selatan. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeklaim bahwa pasukan UNIFIL menjadi perisai manusia kelompok teroris Hizbullah, apalagi setelah militer Israel melukai 5 orang pasukan UNIFIL, 2 di antaranya adalah TNI.
“Saya ingin mengimbau langsung kepada Sekjen PBB untuk memindahkan UNIFIL dari benteng pertahanan Hizbullah dan wilayah pertempuran. IDF telah berulangkali meminta hal ini dan telah berulangkali ditolak (karena) ini semua ditujukan untuk menjadi perisai manusia bagi teroris Hizbulah. Penolakan untuk mengevakuasi tentara UNIFIL menjadikan mereka sandera Hizbullah,” ujar Netanyahu, Minggu (13/10/2024).
Editor: Intan Umbari Prihatin