tirto.id - Pada Juni 2017, SpaceX meluncurkan 3 roket ke luar angkasa dengan membawa beberapa peralatan bagi astronot yang tengah berada di stasiun luar angkasa internasional atau ISS. Roket pendorong tahap pertama yang digunakan SpaceX bisa kembali ke Bumi dengan selamat. Roket canggih ini mendarat mulus di sebuah kapal yang mengambang di lautan, Cape Canaveral, Amerika Serikat.
Roket yang bisa digunakan ulang merupakan impian dunia antariksa sejak lama. Dalam sebuah artikel berjudul “Reusable Rocket Designed” yang ditulis oleh Jonathan Eberhart pada majalah The Science News-Letter edisi ke-86 yang terbit di 1964, membahas soal konsep roket daur ulang untuk melakukan penjelajahan melewati orbit Bumi, Bulan, dan bahkan hingga ke Mars.
Phil Bono, salah satu ilmuwan di akhir dekade 1970-an mengatakan roket daur ulang akan dimanfaatkan untuk melakukan penjelajahan manusia ke Bulan. Roket daur ulang akan didukung pula oleh suatu wahana tangki bahan bakar. Dalam sebuah kongres bernama “15th Annual International Astronautical Federation Congress” yang dilaksanakan di Warsawa, Polandia, tercetus suatu konsep bernama ROMBUS atau Reusable Orbital Module-Booster and Utility Shuttle.
Keinginan adanya roket daur ulang jelas bukanlah tanpa sebab, masalah mahalnya biaya roket konvensional jadi alasan utamanya. Penjelasannya, bila roket bisa dipakai kembali berati menyelamatkan 9 mesin pada roket. SpaceX, yang memulai ambisi roket daur ulang, memulainya dengan proyek bernama The Gasshopper pada 2012 dan kemudian mendaftarkan paten tentang roket daur ulang di 2014, akhirnya sukses mewujudkan impian sejak lama tersebut. Sosok kunci di balik kesuksesan SpaceX adalah Elon Musk.
Elon Musk bukanlah nama sembarangan. Selain menukangi SpaceX, ia pun menjadi nakhoda bagi Tesla yang sukses menghadirkan mobil listrik di jalan umum. Ambisinya juga sangat kuat soal mimpi membuat koloni manusia di Planet Mars. Elon Musk masuk jajaran tokoh dunia antariksa yang disegani. Impian manusia menjejak kaki di Planet Mars, jadi ambisi Elon Musk.
- Baca juga: Berbagai Upaya Elon Musk Menjelajah Mars
Namun, usaha Musk membuat koloni di Mars tak langsung terjawab hanya dengan kemampuan SpaceX sukses membuat roket daur ulang. Ia memiliki banyak pekerjaan rumah lain untuk menggapai Mars. Upaya sejenis sudah dilakukan pendahulunya. Wernher von Braun, merupakan sosok yang punya andil mengantarkan manusia menggapai Bulan.
Sosok Kontroversial
“Manusia akan segera menaklukkan luar angkasa.”
Salah satu ungkapan yang terkenal dari sosok bernama Wernher von Braun. Ia sukses dengan roket V-2 dan Saturn V, sedangkan di masa kini ada Elon Musk yang sukses melalui SpaceX dengan roket daur ulang.
Pesawat V-2 maupun Saturn V memang hanyalah roket semata tapi keduanya lahir dari kepentingan yang berbeda. V-2 merupakan roket andalan NAZI--cikal bakal peluru kendali balistik modern saat ini, sedangkan Saturn V merupakan roket yang dipakai NASA dalam misi proyek Apollo untuk ke bulan. Wernher von Braun mengambil dua peran yang berlawanan, di sisi lain sempat membantu NAZI dan setelahnya membawa kejayaan bagi dunia antariksa Amerika Serikat.
Wernher von Braun merupakan anak dari Magnus Freiherr von Braun, tokoh yang pernah merasakan jabatan menteri pertanian Jerman sebelum Hitler berkuasa. “Bibit” yang baik tersebut, sukses membawanya memegang gelar Doctor pada pertengahan 1934 saat von Braun berusia 22 tahun.
Sekitar setahun kemudian atau selepas 10 bulan masa awal kekuasaan NAZI di bawah komando Hitler, ia bergabung dengan NAZI. Ia masuk ke sebuah unit NAZI bernama “SS-Reitersturn Lat Berlin-Halenseean SS Equestrian.” Karirnya terbilang moncer. Hal ini dibuktikan pada 1937, ia dipromosikan menjabat sebagai direktur teknik fasilitas rahasia NAZI bernama Peenemtinde. Sebuah fasilitas yang ditugasi membuat roket. Selepas proyek rahasia itu, pada 1942 ia mendapat tugas baru untuk melahirkan roket V-2.
Sayang, menjelang runtuhnya kekuatan NAZI, karir Wernher von Braun saat itu ikut runtuh. Ia diduga menyatakan sikap menyerah atas kenyataan bahwa NAZI akan hancur menjelang berakhirnya perang dunia ke-2 dan dianggap melakukan aksi sabotase atas roket V-2. Ia dituding bergabung dengan komunis. Akibat rentetan tuduhan itu, pada 1944, von Braun ditangkap oleh Gestapo dan merasakan suasana penyekapan selama dua minggu. Latar belakangnya sebagai pembuat roket V-2 yang fenomenal, membuatnya tidak dihukum mati oleh NAZI.
Padahal, merujuk sebuah jurnal berjudul “Wernher von Braun, the SS, and Concentration Camp Labor: Questions of Moral, Political, and Criminal Responsibility” karya Michael J. Neufeld disebutkan bahwa von Braun, memiliki sikap hormat pada Hitler. Jurnal itu, mengutip kata-kata von Braun tentang Hitler yang berbunyi, “saya bertemu Hitler 4 kali. Ketika saya melihatnya pertama kali dari jarak (cukup jauh) pada 1934, dia nampak melihat saya seperti mahasiswa lainnya yang lusuh. Kemudian ketika saya melihatnya (lagi) di suatu pertemuan kecil, saya mulai menyadari format lelaki ini: (saya) terkejut dengan kehebatan intelektualnya, suatu pengaruh nyata yang mengelilingi dirinya [...] Kesan saya tentang dirinya, ia adalah sosok Napoleon baru.”
Sayang, sikap von Braun terhadap Hitler berubah-ubah. Von Braun, dikatahui tak memiliki loyalitas terhadap sosok atau ideologi apapun. Merujuk jurnal itu, seorang wartawan yang memiliki akses rahasia pemerintah AS menyebut, von Braun terbukti pernah bergabung dengan National Socialist Party. Von Braun akan menggadaikan ideologinya asalkan ia dilibatkan dalam proyek-proyek luar angkasa. Menjadi komunias, sosialis, kapitalis, atau NAZI sekalipun, sangat mungkin dijalaninya.
Dalam keterangan lanjutan tentang Hitler, von Braun mengatakan, “dalam sebuah rapat terakhir dengannya, Hitler menunjukkan pada saya bahwa ia merupakan sosok tidak beragama, sosok yang tidak memiliki perasaan atas pertanggungjawaban memiliki kekuatan tertinggi, seseorang yang merasa tidak ada Tuhan.”
Meskipun von Braun merupakan bagian dari NAZI, talenta sosok ini memang tak bisa disepelekan. Amerika Serikat, menyadari hal tersebut. Selain itu, selepas perang dunia ke-2, Amerika Serikat kembali terjun dalam perang dingin bersama dengan Uni Sovyet. Dalam perang dingin itu, perlombaan menuju luar angkasa, merupakan harga mati yang harus dimenangkan.
Dalam sebuah artikel berjudul “Space, Past, Present and Future Source” yang terbit di majalah The Science News-Letter edisi ke-82, yang terbit pada 1962, disebutkan bahwa Uni Sovyet, unggul dalam perlombaan luar angkasa. Semenjak perlombaan mencapai bulan dimulai pada 1957, hingga 1962, Uni Sovyet masih unggul dibandingkan AS. Hingga tahun itu, AS telah meluncurkan 100 wahana ke angkasa dan Uni Sovyet hanya meluncurkan 27 wahana, kesuksesan Sputnik 1, sukses menggugurkan keunggulan Uni Soviet daripada AS.
Kehadiran von Braun di AS, strategi kunci AS memperoleh kejayaan luar angkasa. Dari tangannya, roket Saturn V bisa tercipta. Keunggulan Uni Sovyet, lebur seketika kala roket itu berhasil mengantarkan manusia untuk pertama kali menginjakkan kaki di Bulan.
- Baca juga: Saat Kennedy Ingin Amerika Mendarat di Bulan
Von Braun, diketahui merupakan satu di antara lebih dari 1.000 orang bertalenta yang diangkut AS dari NAZI, Jerman. Dalam artikel berjudul “Noted German Scientists Work for Uncle Sam” yang terbit di majalah The Science News-Letter edisi ke-50 yang terbit 1946, disebutkan bahwa proyek itu berjudul; “Project Paperclip.”
Proyek Paperclip, mengangkut individu-individu peneliti bertalenta untuk mendukung AS dalam berbagai bidang di bawah komando Departemen Perang AS. Sosok-sosok itu pun diberikan fasilitas segudang. Selain itu, mereka pun langsung diberi visa imigrasi serta kemudahan menjadi warga negara AS.
Selain von Braun, sosok hebat dalam proyek ini ialah Dr. Alexander W. Lippisch, mantan kepala desain pada Messerschmidt Aircraft Corporation, Dr. Friedrich Doblhoff, perancang mesin jet-propelled pada helikopter, dan Dr. Helmuth Heinrich, mantan ilmuwan di Graf Zeppelin Research Institute.
Von Braun meninggal pada 1977 akibat kanker, memang tak bisa disamakan dengan Musk. Namun, di balik segala keterbatasan teknologi manusia pada masanya, ia sukses membawa manusia ke luar angkasa. Von Braun telah sukses dengan Bulan. Apakah Elon Musk akan sukses dengan Mars?
- Baca juga: Usaha Bermukim di Planet Mars
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra