Menuju konten utama

Vaksin HPV dan Urgensi Perlindungan Anak dari Kanker Serviks

Di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, selama masa pandemi Pengadilan Agama mencatat kenaikan pernikahan dini lebih dari 100 persen.

Vaksin HPV dan Urgensi Perlindungan Anak dari Kanker Serviks
Petugas Dinas Kesehatan Kota Denpasar menyuntikkan vaksin kanker serviks kepada seorang siswi saat vaksinasi di SD Saraswati 6 Denpasar, Bali, Selasa (10/9/2019). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nyma/ww.

tirto.id - Keputusan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk melakukan vaksinasi Human Papillomavirus (HPV) kepada siswi kelas 5 dan 6 SD secara gratis dan wajib, menjadi titik terang terkait perlindungan anak dari risiko kanker serviks.

Terlepas dari makin maraknya penggunaan teknologi dan akses pornografi yang semakin mudah diakses anak, gaya hidup anak saat ini memang telah banyak mengalami perubahan.

Unggahan seorang kriminolog yang mengungkap perilaku seksual bocah kelas 4 SD yang kecanduan seks, atau tentang remaja usia 16 tahun yang menjadi mucikari bagi anak-anak seusianya, menjadi gambaran perubahan tersebut.

Fenomona perilaku anak ini tentu membuat anak kini lebih berisiko terjangkit penyakit seksual. Oleh karena itu, pemberian vaksin HPV yang akhirnya dapat dijangkau oleh setiap anak tanpa memandang tingkat ekonomi maupun sosial, menjadi harapan tersendiri. Apalagi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kanker masih menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia.

HPV sebenarnya sudah lama dinyatakan sebagai salah satu penyebab kanker serviks.

Namun ternyata bukan hanya kanker serviks yang bisa disebabkan oleh HPV. Center of Disease Control and Prevention (CDC) menyebut, kanker lain yang disebabkan oleh HPV adalah kanker vulva (lingkaran di depan tulang pubis), kanker vagina, kanker anus, kanker penis, kanker kepala, dan kanker leher.

Kanker ini bisa terjadi puluhan tahun setelah seseorang terinfeksi HPV melalui hubungan seks vaginal, anal, dan oral. Seseorang yang sudah terinfeksi virus ini tidak langsung menunjukkan gejala, tetapi bisa menyebarkan melalui sentuhan kulit saat kontak seksual.

Ada banyak tipe HPV, tetapi HPV tipe 16 dan 18 menjadi penyebab 70 persen dari semua kanker serviks di seluruh dunia.

Global Cancer Observatory tahun 2021 menyebut, ada 36.000 kasus kanker serviks di Indonesia. Padahal kanker ini adalah satu-satunya kanker yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin HPV.

Infeksi HPV, Penyebab Tunggal Kanker Serviks

“Penularan HPV tanpa kontak seksual mungkin saja terjadi, misalnya saat terjadi kontak kulit dengan kulit kelamin, yang kebetulan mengandung virus HPV yang masih hidup. Namun, kejadian ini angkanya masih sangat kecil dan jarang,” ujar dr. Gorga I.V.W Udjung, Sp.OG, dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RSIA Bunda Jakarta.

Kalau kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah dengan vaksin, apakah itu berarti infeksi HPV menjadi penyebab tunggal kanker serviks? “Sampai saat ini studinya menyatakan demikian,” tandas Gorga.

Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan pemberian vaksin HPV pada anak perempuan usia 9 sampai 14 tahun, yaitu anak perempuan yang belum aktif secara seksual.

“Perlindungan vaksinasi yang didapat anak yang belum melakukan hubungan seksual akan lebih tinggi dibandingkan bila sudah pernah ada kontak seksual, karena ada risiko sudah tertular HPV,” terang Gorga.

Setelah mendapatkan vaksinasi HPV, anak-anak diharapkan punya kekebalan yang mencegah terjadinya infeksi HPV ketika mereka terpapar virus. Meski virusnya masuk tubuh, antibodi akan menghalangi agar infeksi tidak menyebar dan berkembang.

Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh virus biasanya tidak dapat diobati. Apakah itu berarti kanker serviks akibat infeksi HPV tidak dapat diobati?

“Kanker serviks bila dijumpai pada stadium awal maka kesembuhannya juga akan lebih tinggi, sehingga screening rutin seperti IVA test (Inspeksi Visual Asam Asetat) dan pap smear, yaitu cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin,” jelas Gorga.

Tes IVA dan pap smear ditujukan bagi perempuan berusia 21 tahun ke atas yang sudah aktif secara seksual. Pap smear secara teratur dapat mendeteksi sel-sel abnormal sehingga penanganan yang tepat dapat segera diberikan.

Infografik Kanker Serviks

Infografik Kanker Serviks. tirto.id/Ecun

Pentingnya Melindungi Serviks

Serviks, sebuah organ yang merupakan bagian dari organ reproduksi perempuan, merupakan jalan bagi lalu lalang berbagai cairan. Perannya begitu penting yakni sebagai jalannya cairan dari uterus ke vagina, sebagai jalan bagi keluarnya darah menstruasi menuju vagina, dan sebagai jalan bagi sperma untuk mencapai tuba fallopi saat membuahi sel telur.

Peran penting lain dari serviks adalah melindungi uterus dari benda-benda yang ada di vagina seperti tampon - meluncur masuk uterus, dan peran serviks yang spektakuler adalah mengontrol kapan bayi akan lahir.

Menjaga kesehatan serviks dapat dilakukan dengan memenuhi gizi seimbang, tidak merokok, rajin berolahraga, menjaga kebersihan area vagina dan tentu saja berperilaku seksual yang sehat.

Bayi perempuan lahir sudah mempunyai serviks, yaitu organ reproduksi yang terdiri dari jaringan fibromuskuler yang kuat. Di masa ini peran orang tua sangat penting dalam menjaga kesehatan vagina bayi perempuan. Caranya dengan memberikan pembiasaan menjaga kebersihan organ genital.

“Di usia selanjutnya yaitu masa kanak-kanak dan remaja, meski jarang terjadi masalah pada organ genetalia terutama di bagian mulut rahim atau serviks, orang tua perlu mengedukasi anak untuk selalu menjaga higienitas organ kelamin, seperti membersihkan dengan air bersih, menjaga celana dalam tetap bersih agar keseimbangan asam basa vagina terjaga,” papar Gorga.

Di rentang usia 8 sampai 13 tahun anak perempuan akan mengalami kematangan organ seksual dan mampu bereproduksi.

Di masa pubertas ini terjadi perubahan hormonal, emosional dan fisik. Payudara membesar, rambut-rambut halus mulai tumbuh di beberapa bagian tubuhnya. Menstruasi akan terjadi. Psikoseksual atau energi libido mengalami peningkatan. Ini juga yang mengendalikan perilaku anak perempuan.

Saat inilah orang tua berperan untuk mengajarkan anak tentang kesehatan organ reproduksi. Tidak hanya kebersihan vagina tetapi juga mengenai pola makan dan perilaku seksual yang sehat.

Kementerian PPPA mencatat angka perkawinan anak selama masa pandemi Covid-19 meningkat menjadi 2.400. Di kabupaten Madiun, Jawa Timur selama masa pandemi, Pengadilan Agama mencatat kenaikan pernikahan dini lebih dari 100 persen.

Jumlah kasus pernikahan dini selama Januari sampai Agustus 2020 di kabupaten itu mencapai 120 dispensasi nikah.

Menurut Dinas PPPA dan Pengendalian Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta, angka pernikahan dini di wilayah ini masih tinggi. Tahun 2022 yang mengajukan dispensasi menikah sebanyak 632 orang berusia di bawah 19 tahun.

Sedangkan pernikahan di bawah usia 18 tahun pada tahun 2022 sebanyak 400 anak, yang sebagian besarnya karena kehamilan yang tidak diinginkan sehingga dispensasi harus diloloskan.

Fenomena tersebut menjadi gambaran semakin lekatnya kegiatan seks yang tanpa didukung pengetahuan akan tubuh dan terkait seks itu sendiri, pada anak-anak di Indonesia. Vaksin HPV hanya menjadi salah satu alat yang dapat digunakan untuk melindungi tidak hanya kesehatan, namun juga masa depan anak Indonesia.

Baca juga artikel terkait KANKER SERVIKS atau tulisan lainnya dari Imma Rachmani

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Imma Rachmani
Penulis: Imma Rachmani
Editor: Lilin Rosa Santi