tirto.id - Lazio berpeluang turut memperebutkan scudetto Liga Italia Serie A 2019/2020. Namun, Biancocelesti punya trauma dengan sejarah masa silam, tepatnya pada musim 1914/1915. Saat itu, kans juara Lazio pupus lantaran keputusan yang kontroversial.
Otoritas Liga Italia memutuskan Genoa sebagai juara Prima Categoria (nama sebelum Serie A) musim 1914/1915. Kala itu, kompetisi dihentikan di tengah jalan karena Italia ikut Perang Dunia I. Keputusan tersebut masih menjadi kontroversi karena Lazio sejatinya punya kans juara (Baca: Juara Liga Italia Pernah Diputuskan Meski Kompetisi Belum Usai).
Pada Februari 2020 lalu, seorang pengacara bernama Gian Luca Mignogna menyerahkan temuan dokumen terbaru anyar kepada FIGC (Federasi Sepak Bola Italia). Isinya, pernyataan bahwa peraturan di era Primera Categoria melarang pemberian gelar dengan cara demikian.
Menurut Mignogna, menghadiahkan gelar kepada Genoa dan Lazio adalah jalan tengah, bukan memutuskan secara sepihak bahwa Genoa yang menjadi juara musim itu. Langkah ini mendapat dukungan melalui situs change.org yang mendapat 37.000 lebih tanda tangan petisi.
Ketakutan Lazio tentang memori musim 1914/1915 kembali muncul. Kompetisi Serie A 2019/2020 musim ini dihentikan sementara karena pandemi virus Corona yang melanda Italia dan Eropa.
Lazio saat ini berpeluang merengkuh gelar pertamanya dalam dua dekade terakhir. Biancoceleste berada di posisi 2 di bawah Juventus dengan selisih 1 poin saja, serta masih memiliki 12 laga sisa.
“Kekhawatirannya adalah bahwa musim saat ini akan berakhir pada akhir yang sama dengan yang terputus oleh Perang Besar (Perang Dunia I),” tulis Kepala Komunikasi Lazio, Arturo Diaconale, dalam postingan Facebook pada 9 Maret 2020, tak lama sebelum Serie A ditangguhkan.
“Seperti saat itu, gangguan akan menjadi kesempatan untuk menyangkal Lazio pengakuan scudetto yang menang di lapangan,” lanjut Diaconale.
“Sindrom gelar 1915 ini menyebar hampir sebanyak epidemi dari Cina. Karena itu melepaskan ketakutan lama, dalam situasi ketidakpastian maksimal yang dipicu oleh darurat kesehatan yang melumpuhkan negara kita, kepentingan klub-klub besar dapat berubah menjadi kerusakan Biancocelesti,” tandasnya.
Curahan hati Diaconale ini sempat menjadi sorotan sehingga ia kemudian memberikan klarifikasi bahwa itu adalah opini pribadi dan tidak mewakili pandangan Presiden Lazio, Claudio Lotito, maupun klub.
Kendati begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa kekhawatiran Diaconale bukannya tanpa dasar yang kuat. Lazio musim ini tampil impresif dan belum menelan kekalahan dalam 21 pekan terakhir.
Jika konsisten, bukan tidak mungkin Ciro Immobile bakal meraih scudetto. Namun, situasi kini tidak menentu setelah Serie A disetop sementara akibat pandemi Corona. Bayang-bayang sejarah kelam bisa saja kembali menimpa Lazio.
Presiden FIGC, Gabriele Gravina, sempat menawarkan tiga skenario apabila Serie A 2019/2020 bisa dilanjutkan, yaitu:
(1) Tidak ada juara dan terdegradasi serta hanya menentukan tim yang lolos ke Liga Champions musim depan; (2) Mengakhiri musim dengan mengambil juara sesuai posisi klasemen terakhir, termasuk untuk tim terdegradasi; dan (3) Melalui jalur play-off.
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Iswara N Raditya