tirto.id - Mitologi Yunani kaya dengan tokoh-tokoh inspiratif seperti Dewi Charis alias Charites, Grace, atau Gratia. Encyclopædia Britannica menyebut Dewi Charis adalah personifikasi dari sebuah keanggunan dan kecantikan. Dewi Charis juga dikenal dengan berbagai rupa sebagai Aglaia, Euphrosyne, dan Thalia.
Sosok Charis dimanifestasikan oleh Toyota Motor Corporation (TMC) yang menjumput nama Charis untuk mobil Toyota Yaris saat lahir pada 1999 silam untuk pasar Eropa. Di Indonesia, Toyota Yaris baru muncul di 2006 sebagai generasi II penerus generasi Toyota Starlet di segmen mobil sedan buntung atau hatchback.
Semenjak hadir di pasar Indonesia, Toyota Yaris beberapa kali berganti rupa tampilan luar hingga jeroan. Sempat muncul All New Yaris pada Maret 2014, berselang empat tahun kemudian, Yaris mengalami penyegaran terutama di eksterior. Tampilan baru ini diluncurkan pada 20 Februari 2018 lalu di Jakarta. Toyota Astra Motor (TAM) menyebutnya sebagai Toyota New Yaris.
“Penyegaran itu dalam rangka ngikutin dinamika perubahan kebutuhan pasarnya,” kata Public Relation Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Rouli Sijabat kepada Tirto.
Seperti kata Rouli, tampilan Toyota New Yaris memang lebih segar terutama di bagian luar mobil ini. Desain bodi memiliki sudut-sudut dan lekukan tajam, headlamp dan lower grille yang jauh berbeda dibandingkan model lama. Di bagian pantat, memang ada perubahan signifikan pada desain lampu berlapis dan tipis dengan alur horizontal memberi kesan melebar.
Namun, jangan harap ada perubahan signifikan pada bagian interior, apalagi mesinnya. Toyota New Yaris masih menggendong mesin 2NR FE yang mampu memuntahkan tenaga maksimum 107 PS dan torsi 14,3 kgm. Singkat kata New Yaris adalah facelift tulen, cuma bukan juga sebagai mobil new karena masih memakai basis mesin, bodi monocoque, dantransmisi yang sama dari pendahulunya. Namun, ada harga yang harus ditebus konsumen, Yaris terbawah dihargai Rp235,4 juta atau lebih mahal Rp3 juta dari versi lama.
New Yaris sudah lebih dahulu muncul di Thailand. Kehadiran mobil ini memang penting, tentunya bagi Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sebagai pabrikan perakitnya di Indonesia, apalagi TAM sebagai penjualnya.
Catatan Gaikindo di Januari 2018, Yaris hanya terjual 21 unit, bagai bumi dengan langit bila disandingkan dengan Honda Jazz facelift yang terjual 1.195 unit. Selama lima tahun terakhir, penjualan Yaris seringkali di bawah Honda Jazz yang memang lebih dulu mencicipi pasar Indonesia sejak 2004. Tahun lalu saja, penjualan Yaris hanya 10 ribuan unit, sementara Jazz mampu membukukan 16 ribu unit lebih. Honda Jazz memang penguasa pasar di segmen hatchback.
Honda tengah menikmati keunggulan mereka setelah lebih dulu mengeluarkan versi facelift Honda Jazz pada Juli 2017. Marketing & After Sales Service Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy bilang, Honda belum berpikir untuk menyiapkan Honda Jazz terbaru sebagai tandingan untuk memantapkan posisi di atas angin dari Toyota Yaris. “Belum lah, kan baru 6 bulan lalu kita facelift.”
Bagi Toyota dan Honda atau pabrikan mobil lain, siklus dari model mobil bagian dari jurus menarik perhatian konsumen di tengah persaingan yang kian ketat. Di segmen hatchback, selain Yaris dan Jazz yang mendominasi pasar, ada nama lain yang cukup diperhitungkan seperti Mazda 2, Suzuki Baleno Hatchback, Kia Rio, Hyundai Grand Avega dan lainnya.
Siklus Mobil Saat “Berganti Baju”
Perubahan siklus mobil merupakan salah satu upaya mengamankan pasar. Dalam laporan NADA Used Car Guide, AS yang mengutip Journal of Business Research berjudul “Non-price determinants of automotive demand: Restyling matters most" (2010:1.282-1.289) mengungkapkan para manufaktur mobil AS mengalami penurunan pangsa pasar sampai 25 persen antara 1995-2006 karena frekuensi redesain model mobil yang mereka keluarkan kurang banyak dibandingkan pabrikan Jepang atau Eropa.
Padahal model sebuah mobil menjadi kunci dalam memengaruhi konsumen untuk memilih atau menghindari saat membeli kendaraan. Seperti laporan J.D. Power 2016 U.S. Auto Avoider Study, terungkap dari pengamatan perilaku pembelian mobil baru selama 2015 di pasar AS, menunjukkan 51 persen konsumen memutuskan membeli mobil baru karena gaya eksterior dan interiornya, hanya tipis di bawah keputusan membeli karena alasan keandalan mobil yang porsinya 55 persen.
Sehingga tak mengherankan, pabrik mobil terus melakukan penyegaran dengan skala dari paling minor sampai semua serba baru dengan siklus terus berputar sampai pergantian generasi ke generasi. Namun, beberapa mobil harus “disuntik mati” dengan berbagai alasan, karena gagal di pasar atau sudah ketinggalan zaman.
Jargon-jargon yang dipakai berbeda oleh masing-masing pabrikan. Namun, menurut Jim Prueter, penulis otomotif AS, jargon yang umum pada siklus mobil: all new, redesign, refresh, dan facelift. All new, artinya benar-benar belum pernah ada sebelumnya dari eksterior, interior, hingga mesin sebuah mobil. Ini bisa dibilang sebagai puncak dari perubahan sebuah mobil.
Namun, bila ditilik dari skala yang paling kecil perubahannya sebelum mobil mencapai siklus all new, biasanya disebut sebagai update atau perubahan minor, hanya terjadi perubahan pilihan warna, fitur. Sedikit di atas itu, ada yang namanya penyegaran atau refresh. Pada tahap ini biasanya ada perubahan kecil di bagian eksterior depan seperti rear bumper, lampu yang baru, dan desain velg roda yang baru.
Selanjutnya ada facelift, sedikit di atas penyegaran, sering disebut perubahan mayor. Biasanya ada revisi perubahan interior dan beberapa fitur baru. Mobil yang mengalami facelift akan tampak berbeda jauh dari tampilan fisik dari model sebelumnya, semacam “berganti baju”. Facelift memungkinkan tetap memakai platform dan mesin yang lama, tapi biasanya ada konsekuensi kenaikan harga karena ada perubahan yang cukup besar.
Selain itu ada juga, redesign atau new, tahap ini sebuah mobil mengalami perubahan yang besar di sisi eksterior maupun interiornya, bahkan bisa juga terjadi perubahan di bawah kap mesin. Ciri lainnya biasanya ada perubahan teknologi mutakhir dari versi sebelumnya, termasuk interior yang lebih modern, dan gaya terkini.
Setiap perubahan ini bagi pabrikan akan memakan biaya investasi tergantung seberapa besar perubahan sebuah model. Semakin perubahan makin besar maka investasinya juga makin besar dan sebaliknya. Secara umum siklus hidup sebuah model mobil berlangsung 6-8 tahun, biasanya konsumen seperti di segmen armada rutin melakukan pergantian 3-4 tahun, setelahnya mereka menghendaki sesuatu yang baru. Namun, pabrikan bisa memilih langkah facelift agar tetap bisa bersaing dengan para kompetitor.
“Selama siklus model kendaraan banyak terjadi dan kompetitor baru datang. Pabrikan mobil perlu membuat facelift untuk improvisasi agar tetap menjaga penjualannya,” kata Carlos da Silva, konsultan IHS Automotive seperti dikutip dari Financial Times.
Pada akhirnya sebuah mobil saat masanya tiba akan “disuntik mati” oleh pabrikan karena sudah melewati eranya. Pada akhir 2017, Financial Express melaporkan bahwa Toyota berencana menyuntik mati separuh lebih model-model mobilnya yang beredar di Jepang dari 62 model mobil jadi hanya 30 model hingga 2025. Alasan karena pasar yang lesu dan strategi baru Toyota. Juru bicara Toyota Akiko Kita, mengatakan pihaknya berkonsentrasi pada kendaraan yang rendah emisi termasuk mobil listrik di masa depan.
Mobil memang seperti seorang sopir yang suatu saat akan lelah setelah melewati masanya. Siklus model mobil hanya fase kecil dari tantangan model dan teknologi di masa depan yang tak cukup hanya "berganti baju".